Mohon tunggu...
Qonita Hutami
Qonita Hutami Mohon Tunggu... -

active and creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Film Asing Ditarik, Saatnya Wayang Beber Kembali Ditonton

20 Februari 2011   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:26 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan berita yang menghebohkan karena terhitung sejak Kamis, 17 Februari 2011 peredaran film asing resmi ditarik oleh pihak MPA dari bioskop-bioskop di Indonesia tentu saja membuat banyak penikmat film asing yang merasa kecewa dan dirugikan. Ditambah lagi dengan keberadaan film-film dalam negeri yang masih berada dibawah standar untuk djadikan tontonan yang layak bagi para pecinta film. Ya terdapat pro-kontra (mungkin lebih banyak kontra) dalam pengambilan kebijakan ini.

Terlepas dari masalah pro dan kontra masalah film asing yang ditarik dari bioskop-bioskop Indonesia, ada satu peluang yang dapat saya lihat disini. Ketika masyarakat mengeluhkan tentang rendahnya kualitas film dalam negeri, ada baiknya kita menengok kembali kebudayaan Indonesia yang mungkin sudah tidak pernah disentuh lagi selama ini akibat gencarnya budaya asing yang masuk, termasuk melalui film. Nah kebudayaan yang satu ini patut dijadikan prioritas untuk ditonton kembali.

Ada yang sudah pernah mendengar kebudayaan wayang beber? Saya yakin pasti hanya sebagian kecil orang yang mengetahui bahwa Indonesia memiliki kebudayaan wayang beber yang hampir punah. Wayang beber adalah salah satu jenis wayang yang dimiliki oleh Indonesia. Wayang ini hampir punah keberadaannya karena penerus pemegang wayang ini telah meninggal dunia dan beliau tidak mewariskan kemampuan itu kepada putranya. Dan akhirnya keluarga besar dari penerus wayang beber pun mewariskan wayang itu kepada pemerintah Pacitan agar dijadikan cagar budaya yang harus dilestarikan.

Kini keadaan wayang beber sangat memperhatinkan karena sebagian besar anak bangsa ini tidak mengetahui keberadaan wayang beber yang merupakan salah satu wayang tertua di negeri ini. Wayang beber tidak terbuat dari kulit maupun kayu atau bahkan bukan dilakonkan oleh manusia tetapi wayang beber dalam pementasannya menggunakan gulungan lukisan yang sudah digambar khusus untuk satu pagelaran. Pada dasarnya penceritaan wayang beber sama dengan mekanisme pemutaran film yang berupa gulungan-gulungan potongan film.

Jadi, daripada kita terus mencemooh kebijakan pemerintah dan tidak mendapatkan keuntungan apa pun lebih baik kita melakukan hal yang positif lainnya. Ketika film asing ditarik dari peredaran dan kita tidak mempunyai tontotan yang layak, saya pikir ini saatnya kita kembali menaikkan eksistensi kebudayaan kita yang hampir punah khususnya wayang beber. Mari jadikan situasi yang buruk ini menjadi ladang yang positif.

MAJULAH INDONESIAKU!

-qonita sukma hutami-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun