Hari, Jumat 6 dibulan Desember ini, tak terasa umurku sudah berkurang satu tahun. Bulan Desember memang selalu berkesan bagiku. Aku terlahir di bulan ini, dari rahim seorang wanita terbaik yang juga terlahir di bulan ini. Profesional muda hidup dalam kebermaknaan mempunyai kesan khusus dalam mengahadapi tantangan.
Namun, Desember tahun ini nampaknya juga akan menjadi bulan yang paling berat dan penuh perjuangan. Perjuangan untuk menyelesaikan tugas, perjuangan untuk merampungkan tugas-tugas kemanusian, dan perjuangan untuk menyiapkan masa depan anak-anak. Saya yakin teman-temanku juga yang seprofesi akan sepakat tentang hal ini.
Berbicara tentanghari ulang tahun yang sudah mengalami pergeseran makna identik dengan pesta dan kado. Ulang tahun kali ini aku anggap istimewa, bukan karena kado, bukan karena ucapan selamat, juga bukan karena pesta pora hari ulang tahun, tapi karena aku bisa menghabiskan hari secara sederhana bersama keluargaku di rumah, bersama ayah, ibu, dan adik-adiku tercinta dengan rasa haru. Berkumpul bersama mereka, sejenak mengistirahatkan diri dari berbagai masalah dan kesibukan di dunia pendidikan.
Hari ulang tahun memang hari yang sangat istimewa. Hari di mana kita pertama kali kita melihat dunia. Hari di mana ibu kita berjuang antara hidup dan mati mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan kita. Hari di mana ayah kita menunggu dengan cemas dan was-was, menantikan kedatangan kita ke dunia ini.
Berbeda dengan peringatan hari Ulang Tahun yang hanya menggunakan perhitungan tanggal dan bulan saja, dengan mengabaikan hari maupun wuku pada tanggal tersebut. Misalnya seseorang yang lahir tanggal 10 Januari, maka hari ulang tahunnya akan diperingati tiap-tiap tanggal 10 Januari pada tahun berikutnya (12 bulan kalender).
Otonan diperingati sebagai hari kelahiran dengan melaksanakan upakara yadnya yang kecil biasanya dipimpin oleh orang yang dituakan dan bila upakaranya lebih besar dipuput aleh pemangku (Pinandita). Sarana pokok sebagai upakara dalam otonan ini ada1ah; biyukawonan, tebasan lima, tumpeng lima, gebogan dan sesayut.
Menurut tradisi umat Hindu di Bali, dalam mengantarkan doa-doa otonan sering mempergunakan doa yang diucapkan yang disebut sehe (see) yakni doa dalam bahasa Bali yang diucapkan oleh penganteb upacara otonan yang memiliki pengaruh psikologis terhadap yang melaksanakan otonan, karena bersamaan dengan doa juga dilakukan pemberian simbol-simbol sebagai telah menerima anugerah dari kekuatan doa tersebut.
Sebagai contoh :Melingkarkan gelang benang dipergelangan tangan si empunya Otonan, dengan pengantar doa : "Ne cening magelang benang, apang ma uwat kawat ma balung besi" (Ini kamu memakai gelang benang, supaya ber otot kawat dan bertulang besi). Sedangkan dari ucapannya doa tersebut memiliki makna pengharapan agar menjadi kuat seperti memiliki kekuatannya baja atau besi. Disamping kuat dalam arti fisik seperti kuat tulang atau ototnya tetapi juga kuat tekadnya, kuat keyakinannya terhadap Tuhan dan kebenaran, kuat dalam menghadapi segala tantangan hidup sebab hidup ini bagaikan usaha menyeberangi samudra yang luas. Bermacam rintangan ada di dalamnya, tak terkecuali cobaan hebat yang sering dapat membuat orang putus asa karena kurang kuat hatinya.
Dalam rangkaian upacara otonan berikutnya sebelum natab, didahului dengan memegang dulang tempat sesayut dan memutar sesayut tersebut tiga kali ke arah pra sawia (searah jarum jam) dengan doa dalam bahasa Bali sebagai berikut: "Ne cening ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu "bencah" (Ini kamu memutar sampan, memutar perahu, batu makocok, tongkat bungbung, sampai di pantai menemui kapal terdampar).
Ada dua makna yang dapat dipetik dari simbolis memakai gelang benang tersebut adalah pertama dilihat dari sifat bendanya dan kedua dari makna ucapannya. Dari sifat bendanya benang dapat dilihat sebagai berikut :
Banyak orang merayakan hari ulang tahunnya dengan pesta-pesta besar dan meriah. Terhanyut dalam gemerlapnya pesta dan perayaan tanpa berpikir mengenai makna dari ulang tahun tersebut. Kalo kita coba renungkan, sebernarnya apa sih makna yang terkandung dalam hari ulang tahun itu?