Dalam pergaulan sehari-hari tanpa disadari kita sering terjebak untuk mengungkapkan atau mengumbar kekurangan pasangan kita masing-masing. " Curhat " menjadi ajang tempat untuk berkeluh kesah terhadap hal-hal yang tidak disukai dari pasangannya. Kalau masih taraf pacaran atau berteman dekat, hal tersebut masih bisa dimaklumi.
Namun jika sudah menjadi pasangan suami istri yang sah, bahkan sudah punya beberapa anak-anak yang lucu-lucu. Hal ini tentu akan menjadi sinyal-sinyal negatif bagi kelanggengan rumah tangga. Bukankah pada masa proses berpacaran masing-masing sudah mengetahui kelebihan dan kelemahan pasangannya. Meskipun saat itu ada saja sifat-sifat yang belum terlihat seluruhnya, namun niat suci yang diwujudkan dalam ikatan perkawinan dapat dijadikan benteng untuk memperkokoh keharmonisan rumah tangga. Komitmen untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan diawal perkawinan juga hal yang harus menjadi pertimbangan.
Dengan fenomena social media saat ini, curhat sudah tidak lagi dilakukan person to person tapi sudah merambah melalui facebook, twitter dengan update status tentang beraneka ragam, kadang tanpa disadari juga mengungkap permasalahan yang sedang dihadapi dengan pasangannya yang pada akhirnya malah akan membongkar aib sendiri.
Contohnya, di Facebook, seorang teman bikin status seperti ini, “ Emang enak diselingkuhi. " Dengan status seperti ini secara tidak langsung dia membuka aib bahwa dia diselingkuhi dan yang kasihan adalah suami/istri, walaupun misalnya memang pasangannya selingkuh tapi kan itu aib suami/istri yang perlu dijaga. Hal tersebut juga membuka pintu prasangka bagi siapa saja yang membaca statusnya.
Dalam pergaulan sehari-hari baik itu dalam lingkup pekerjaan maupun dalam lingkup pertemanan, beberapa kali saya pernah dicurhati rekan pria mengenai masalahnya dengan istrinya yang pada akhirnya membuka beberapa kekurangan (aib) istrinya yang tidak disukainya.
Saya jadi teringat percakapan dengan dua orang rekan dalam perjalanan tugas ke Kabupaten Serdang Bedagei kira-kira seminggu sebelum lebaran. Saat itu pak Alvin (bukan nama sebenarnya) mencoba untuk menjelaskan keterlambatannya dari waktu yang sudah kami sepakati sebelumnya.
Hal yang diluar dugaan saya beliau mengatakan bahwa pagi itu sedang menyelesaikan masalah dengan istrinya yang berdomisili di Jakarta, sementara beliau sudah 5 tahun terakhir ini menetap di Medan. Inti permasalahannya, si istri sering mendengarkan curhat rekan pria sekantornya bahkan sudah 20 kali sehingga menimbulkan fitnah bagi mereka berdua. Meskipun sang istri mengatakan bahwa dia tidak punya perasaan khusus dengan rekannya itu , namun hal itu tidak membuat pak Alvin menerima penyataan istrinya begitu saja. Beliau menuntut pembuktian ...
Pada kesempatan yang lain lagi, saya sempat mendengarkan curhat teman lama yang lagi bermasalah dengan istrinya, banyak sekali daftar kekurangan sang istri yang diungkapkan pada saya. Sebenarnya saya risih juga mendengarkannya, namun saya berusaha untuk bersikap netral, dengan menanyakan kelebihan-kelebihan istrinya, hal-hal apa yang dulu membuat teman saya ini jatuh cinta pada istrinya. Selanjutnya saya tidak lagi merespon pembicaraan yang sudah menjurus ke permasalahan pribadi.
Dari contoh kasus di atas, alangkah baiknya jika lebih baik kita intropeksi diri, karena tak gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna. Yang diperlukan adalah bagaimana menyikapi kekurangan pasangan masing-masing dengan komunikasi yang efektif dengan menanggalkan terlebih dulu ego masing-masing.
Suami atau istri yang hanya suka mencari-cari kekurangan dan kesalahan pasangannya bahkan menyebarluaskannya kepada orang lain adalah pasangan yang sangat tidak bijaksana dan merusak rumah tangganya sendiri. Suami/istri yang sudah mengetahui aib pasangannya sepatutnya menyimpan aib tersebut sebagaimana menyimpan aib kita sendiri.
Saya pernah membaca satu ayat yang menjelaskan bahwa istri adalah pakaian bagi suami, begitu pula sebaliknya .” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)