Hybrid library memadukan koleksi konvensional atau buku cetak dengan koleksi digital. (Sumber: hybridlibrary.blogspot.com)
Begitu cepatnya arus perkembangan teknologi informasi (TI). Sehingga saat ini beberapa bidang mulai mengintegrasikan diri dengan teknologi digital. Tak terkecuali dunia pendidikan.
Salah satu pengaruh teknologi digital terhadap pendidikan adalah lahirnya perpustakaan digital. Di Amerika Serikat, dunia web didukung ketersediaan dana untuk pengembangannya. Karena itu, dengan cepat perpustakaan digital mengkristal dan populer.
Para penganut pandangan determinasi teknologi memandang bahwa perpustakaan digital merupakan sebuah lompatan raksasa karena menghadirkan sesuatu yang sama sekali baru dalam kehidupan manusia.
Sedemikian populernya, dengan cepat perpustakaan digital merambah ke mana-mana di berbagai penjuru dunia. Sebagian kalangan memandang bahwa inilah era e-book yang bakal menggerus kehadiran buku-buku cetak. Mereka menilai digitalisasi membuat semuanya lebih praktis.
Saya termasuk yang tidak sependapat dengan hal itu. Bagi saya, walaupun kehadiran e-book tak bisa terelakkan dengan kemajuan zaman, buku cetak tetap diperlukan.
Karena itu, saya lebih setuju dengan pengembangan hybrid library (perpustakaan hibrida). Menurut Christine Brogman dalam buku Designing Digital Libraries for Usability in Digital Library Use (The MIT Press, 2003), ”Hybrid library are designed to brings of technologies from different sources together in the context of a working library and also to begin to explore integrated system and services in both the electronic and print environment.”
Yakni, hybrid library didesain untuk mengelola teknologi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik dan sumber koleksi tercetak yang bisa diakses melalui jarak dekat dan jarak jauh.
Secara sederhana, hybrid library bisa disebut sebagai perpaduan koleksi digital (e-book/buku elektronik) dan koleksi konvensional (buku cetak).
Di Inggris, konsep hybrid library diteliti dan dikembangkan. Tak tanggung-tanggung, Negeri Ratu Elizabeth itu memiliki lima proyek hybrid library (Pendit, 2007: 34). Yaitu, BUILDER (University of Birmingham), AGORA (University of East Anglia), MALIBU (King’s College London), Headline (London School of Economics), dan HyLife (University of Northumbria).