Mohon tunggu...
Philip Anggo Krisbiantoro
Philip Anggo Krisbiantoro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"_Cogito Ergo Sum_"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Wayang Kulit

8 September 2013   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:12 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13786069301731649428

Wayang adalah sesuatu yang adiluhung. Ya, dan semua sudah biasa mendengarkannya. Tetapi tahukah kita makna di setiap sunggingan, goresan cat, dan juga cerita yang dimantramkan oleh Ki Dalang?

Adakah yang tahu tokoh Kumbakarna seperti apa? Atau Betara Narada itu seperti apa? Sudah tidak perlu jauh-jauh, seperti apakah Irawan anak dari Raden Janaka?

Saya yakin 9 dari 10 pemuda jawa tidak akan mengetahui tokoh yang saya sebut di atas (berbeda lagi jika mencari di Google). Ya, sekarang ini generasi yang nantinya dapat diberikan tanggung jawab untuk melestarikan wayang telah sedikit, bahkan orang asli Jawa sekalipun.

Mengapa? Padahal pada saat pergelaran wayang kulit banyak yang menonton?

Iya, mereka memang datang, tetapi hanya untuk menonton hiburan dangdutnya saja saat Limbukan saja., setelah itu? Pertunjukan wayang hanya akan ditonton oleh para penabuh gamelannya saja (wiyaga). Sing, semua sepi secara mendadak begitu dalang tancap kayon pertanda Limbukan selesai.Lebih sedih lagi saat saya melihat pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Sutono Hadi Sugito di depan Fakultas Geografi UGM. Saat itu saya datang pukul 12 malam, dan memang banyak penonton walaupun Ki Sutono tidak ada Dangdutannya. Saya disitu merasa senang juga akan hal yang saya lihat, tetapi setebelum Goro-goro ada pembagian dorprize, dan saya tidak percaya dengan yang saya lihat setelah pembagagian Dorprize. Semua penonton langsung pergi dan hanya menyisakan tidak lebih dari 30 orang. Itu pun yang tua-tua, sedangkan dari kalangan mahasiswa yang saya tahu hanya ada saya dan seorang mahasiswa Teknik Fisika UGM (yang saya tahu).

Saya sempat heran akan hal ini, padahal masih ada cerita yang akan disajikan ki Dalang, dan betapa bagusnya cerita tersebut jika melihat dan mendengarkan sampai akhir. Karena setiap saya mendengarkan mantram dan suluk dari ki Dalang, seperti ada sebuah nasehat kepada saya. Selain itu alur cerita memiliki alur yang sangat indah menurut saya.

Sebenarnya memang bukan apa-apa, tetapi jika tidak ada lagi generasi penerus yang melestarikan Wayang kulit, paling tidak sekedar tahu cerita wayang, maka bukan hal yang tidak mungkin jika 50 tahun lagi Wayang hanya tinggal cerita saja.

Saya sendiri, saking cintanya sama wayang sampai menggunting kardus dan lain sebagainya saat saya masih kecil dan selalu mencari dan mendengarkan chanel radio yangmenyiarkan wayang, serta mengoleksi beberapa lakonnya baik mp3 atau video. Hingga sekarang akhirnya saya dapat menyungging sendiri wayang dari karton, walaupun tidak sesuai pakem. Dalam proses pembuatannya saya seperti mengerti pekerjaan mereka yang menyungging wayang. Dan sungguh, wayang yang dijual di pasaran adalah sangat murah dibandingkan harga dari proses pembuatannya. Mungkin mereka para pembuat wayang sudah tidak lagi memperhitungkan seberapa besar uang yang didapat dari hasil penjualan, tetapi seberapa besar para muda yang nantinya tertarik dan dapat melanjutkan kebudayaan yang adiluhung tersebut.

Generasi ini memang generasi digital, tetapi apa salahnya jika sedikit peduli dengan kebudayaan yang lama diciptakan nenek moyang? Apa lagi wayang memiliki cerita yang dapat dijadikan panutan bagi setiap orang yang mendengarkannya. Jadi siapapun kita, apapun kita, di jaman seperti apapun, biarlah wayang tetap eksis keberadaannya. Biarlah wayang menjadi koleksi bangsa yang menyimpan nilai moral yang tidak bisa diukur kedalamannya bagi bangsa ini.

"Cogito Ergo Sum"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun