Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Smoking Area Bandara Soetta Kini Lebih Manusiawi

16 Mei 2015   05:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 3376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_383466" align="aligncenter" width="600" caption="Dok. Pribadi, Gazebo Taman Merokok terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta"][/caption]

Merokok merugikan kesehatan. Itu jelas terpampang di bungkus rokok. Orang yang merokok (perokok) sudah sadar itu. Bahasa permisif-nya "Merokok itu Pilihan". Dalam Joke kaum perokok "Tidak merokok mati, kalau merokok pun mati.Jadi mendingan merokok, karena di akhirat sana tidak tahu apakah ada ada rokok atau tidak". Itulah joke "konyol" yang dibenci kaum anti rokok, tapi sebaliknya jadi hiburan bagi perokok, termasuk Saya.

Sekarang sudah banyak tempat -ruang publik , seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, kampus, terminal, stasiun, dan lain sebagainya yang melarang orang merokok. Kalau pun disediakan, tempatnya 'terpencil' di sudut. Ruangnya sempit tanpa tempat duduk, pengap, dan tanpa view yang menarik. Ruang Smoking Area itu seringkali terkesan tidak manusiawi. Seolah perokok adalah narapidana berpenyakit menular, berbahaya dan punya kesalahan besar. Padahal cukai rokok termasuk yang memberi kontribusi terbesar untuk pembangunan negara, termasuk ruang publik itu !

Sebagai Arsitek, saat mendesain bangunan atau ruang publik, biasanya Saya ciptakan ruang nyaman bagi para supir, dan service liner (office boy, pembantu, clening service), termasuklah bagi kaum perokok ! Ruang bagi mereka saya buatkan khusus yang berkesan lega, beserta aspek arsitektural lainnya. Walau upaya saya itu seringkali 'dipertanyakan' para klien. Namun dengan penjelasan konsep yang logis, mereka pun bisa memahaminya.

Sebagai perokok, Saya melihat masyarakat kita munafik dan berlaku tidak adil. Maunya dapat pajak besar untuk pembangunan, tapi pura-pura tidak tahu adanya pemasukan pajak yang besar dari industri rokok. Sementara kaum perokok sebagai penyumbang pajak sepert dinistakan di ruang publik. Keberadaan mereka dianggap angin lalu.

Salah satu bandara yang cukup ketat terhadap perokok adalah Bandara Soekarno-Hatta (Soeta). Tapi itu dulu, sekarang tidak.

Dahulu, smoking area Bandara Soeta, terutama khususnya di zona ruang tunggu terminal A, B, dan C berupa 'ruang kotak kaca '. Letaknya ditepi selasar. Ukurannya sekitar 2, 5 X 3 meter, relatif kecil dan tidak enak untuk bersantai. Pada awalnya ruang kotak itu tak diberi kursi. Belakangan diberi kursi besi yang tidak sepadan dengan jumlah perokok.

[caption id="attachment_383467" align="aligncenter" width="600" caption="Smoking Room Bandara Soeta, Dahulu. Sumber gambara ; https://lh6.googleusercontent.com/-3Zpeb_.jpg"]

1431549940398315074
1431549940398315074
[/caption]

Saking kecilnya ruang merokok itu seperti kotak berisi tumpukan manusia sebagai benda mati. Para perokok 'dipaksa' berdiri berjejal di ruang sempit itu.

Sungguh tidak nyaman merokok di tempat itu. Padahal bagi orang yang sedang merokok, kenyamanan bukan hanya dari isapan rokok saja, tapi juga (harusy ditunjang tempat (ruang) yang lega sehingga tubuh bisa rileks, sambil selonjor (bukan selingan obrolan jorok, lho). Ruang merokok harusnya mampu menciptakan inspirasi kehidupan bagi si Perokok.

Kini Smoking Area bandara Soeta sudah lebih baik. Tempatnya lebih luas yang berada di luar gedung. Karena letaknya di alam terbuka, maka lebih tepat di sebut Taman Merokok. Tempat itu jauh lebih lega serta memiliki view menarik dan cukup teduh. Letaknya cukup tepat, terpisah dari gedung sehingga tidak mengganggu orang-orang yang tidak merokok. Asap para perokok langsung terbang menyatu dengan alam bebas, sehingga tidak perlu exhaus (penghisap asap ruangan) seperti ruang terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun