Salah satu kalendar acara yang selalu saya tunggu-tunggu saban tahun adalah Jakarta Book Fair (JBF) alias Pesta Buku Jakarta. Seperti sudah-sudah, tahun ini JBF kembali mengambil tempat di Istora Senayan, Jakarta Selatan. Berbeda dengan tahun lalu, perhelatan JBF diselenggarakan lebih awal, yakni mulai dari 23 Mei 2014 dan akan berakhir 1 Juni malam nanti. Inilah ajang tempat para penerbit buku menggelar diskon menarik untuk para pencinta dan penggila buku. Peserta JBF beragam mulai dari nama-nama besar dan kondang macam Kompas Gramedia, Elex Komputindo, Grassindo, BIP, Tempo, Femina, dan sebagainya, hingga toko buku dari luar Jakarta seperti toko buku Yusuf dari Yogyakarta.
Sebagai seorang pencinta buku –yang tentunya doyan membaca serta mengoleksi buku- jelas saya tak hendak melewatkan acara yang satu ini. Wajib hukumnya, sebab di ajang inilah saya rutin berburu buku-buku berkualitas berharga murah. Ya, murah karena perang diskon yang digelar para penerbit maupun distributor buku. Maka hari Sabtu, 31 Mei kemarin saya menyambangi pekan raya buku ini dengan hati riang. Untuk acara yang satu ini saya lebih suka pergi sendirian. Sebab dengan begitu saya bisa bebas blusukan keluar masuk stan-stan buku yang menarik minat saya dari pagi hingga sore. Dulu saya pernah beberapa kali pergi bersama teman atau anggota keluarga, namun hasrat mereka terhadap buku tak sama seperti saya. Sementara saya tahan berjam-jam hilir mudik menelusuri ratusan bahkan ribuan judul buku, mereka cepat kehilangan minat dan kecapekan. Akibatnya saya jadi terbebani melihat rona bosan di wajah-wajah mereka saat menemani saya yang tenggelam dalam keasyikan dunia buku. Blusukan di surga buku jadi enggak asyik lagi akibat ditunggui ‘dayang-dayang’ berwajah bosan…hehehe.
Diskon Besar dan Buku Lawas
Rata-rata peserta JBF melancarkan trik untuk menarik minat kaum pencinta dan penggila buku : diskon. Ada yang memberikan diskon mainstream, yakni antara 10% hingga 20%. Wajar. Ada yang menawarkan diskon penggugah hasrat, yakni sebesar 50%. Namun ada yang melemparkan diskon gila-gilaan yang membuat mata jadi berkedip-kedip tak percaya dan bikin hati jadi kalap. Contohnya, buku Ring of Fire, Indonesia Dalam Lingkaran Api karya Lauwrence Blair, terbitan Ufuk Press tahun 2012. Buku hardcover setebal 399 halaman tersebut dibandrol 20 ribu rupiah saja dari harga aslinya yang nyaris menyentuh 90 ribu rupiah. Ada ratusan judul buku yang berharga serba 20 ribu rupiah, 10 ribu rupiah, dan 5 ribu rupiah. Mulai dari buku-buku fiksi seperti novel, baik lokal maupun terjemahan, komik, cerita anak-anak, dan buku-buku non fiksi seperti buku religi, kisah perjalanan, sejarahan, ilmu sosial, psikologi hingga aneka buku resep masakan. Tak heran kalau stan buku super murah asal Yogyakarta ini diserbu pembeli. Sayangnya, mereka mengelompokkan buku hanya berdasarkan harga dan tidak disortir menurut jenis buku, sehingga kita harus meluangkan waktu cukup lama untuk meneliti dan menemukan judul buku yang menarik minat dari antara puluhan bahkan ratusan buku.
Salah satu stan favorit saya adalah Periplus, distributor buku-buku impor. Dari tahun ke tahun, saya tak pernah absen mampir ke stan yang satu ini sebab di sinilah saya berburu novel-novel karya sastrawan terkenal Jepang seperti Shusaku Endo, Yukio Mishima, Kobo Abe, Yasunari Kawabata, Ryonesuke Akutagawadan sebagainya, yang umumnya diterbitkan oleh Tuttle Publishing (dalam terjemahan bahasa Inggris). Saya memang memiliki ketertarikan tersendiri dengan karya-karya sastrawan ternama negeri Sakura ini karena dibandingkan karya-karya para satrawan Barat, karya-karya sastrawan Jepang belum banyak dikenal dan baru sedikit yang diterjemahkan khususnya ke dalam bahasa Indonesia. Namun saya kecewa karena kemarin saya tak menemukan apa yang saya cari. Mayoritas novel-novel yang digelar Periplus dengan diskon rata-rata 50% adalah novel pop dari Amerika, termasuk sekuel novel Fifty Sheds of Grey, parodi dari novel Fifty Shades of Grey karya EL James yang tahun lalu bikin heboh karena muatan erotikanya.
Dalam JBF kita juga bisa menemukan beberapa stan yang khusus menjual koleksi buku-buku lawas alias terbitan jaman dulu. Mayoritas buku lawas ini adalah buku seken atau bekas. Meski begitu sebagian besar kondisinya masih laik baca. Jenisnya macam-macam, baik fiksi maupun non fiksi. Saya mendapati buku lawas yang khusus memuat pepatah-pepatah lama bahasa Aceh, dan sempat membuka-buka beberapa halamannya. Saya masih ingat salah satu pepatah, bunyinya begini : Peukacak keumurah soh –menggertak senapan kosong- yang artinyaorang yang hanya bicara besar tanpa bukti.Selain itu ada juga novel-novel lama karya novelis terkenal macam Mira W dan Marga T, aneka komik jadul seperti Tintin, komik wayang, dan lain-lainnya. Tak hanya itu, di salah satu stan saya melihat banyak sekali tumpukan manga (komik Jepang) edisi lama.Tampaknya jenis komik yang satu ini tak pernah kekurangan penggemar dan masih dicari meski sudah bekas (seken).
Kartu Perpustakaan Gratis
Satu stan yang tak boleh lupa untuk dikunjungi adalah stan Pemprov DKI. Stan ini menyediakan layanan pembuatan kartu anggota perpustakaan untuk warga DKI. Gratis. Kita cukup menyerahkan KTP untuk difotokopi dan mengisi formulir dengan data diri. Setelah itu petugas akan melakukan pemotretan. Tunggu sejenak, dan selesailah kartu anggota perpustakaan kita. Perpustakaan Pemprov DKI melayani umum setiap hari dari Senin hingga Minggu, mulai jam 8 pagi hingga jam 8 malam. Perpustakaan telah dilengkapi dengan layanan internet dan akses wi-fi. Semuanya gratis. Menurut petugas, saat ini Pemprov DKI sedang membangun gedung perpustakaan dan pusat arsip baru di kawasan Cikini. Selain kartu perpustakaan gratis, saya juga mendapat souvenir sebuah pulpen dan majalah Mantap (terbitan Pemprov DKI).
Nah, bagi Anda penggemar dan pencinta buku yang belum sempat mengunjungi JBF, masih ada kesempatan. Segeralah meluncur ke sana sebelum ajang ini resmi ditutup malam nanti. Salam buku!
Octaviana Dina
Jakarta, 1 Juni 2014
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI