Mohon tunggu...
Nur Wigati
Nur Wigati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menikmati hidup, bersyukur dan semangat :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan Nasional dari Banten

6 November 2012   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:52 3892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1352264688880546906

Di tahun 2011 Sjafruddin Prawiranegara telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia. Penganugerahan diadakan di sebuah acara resmi yang dipimpin Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, berlokasi di Istana Negara. Beliau lahir di Serang pada tanggal 28 Februari 1911 meninggal di Jakarta , 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun. Gelar Pahlawan Nasional diterima kepada ahli waris, ahli waris dari Syafruddin yang hadir adalah Aisyah Prawiranegara. Keluarga beliau sangatlah bangga atas gelar Pahlawan Nasional tersebut. Diharapkan dengan gelar tersebut akan menjadi teladan dan contoh semangat perjuangan putra asli Banten. Sjafruddin adalah pejuang pada masa kemerdekaan RI yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948. Tahun 1948, pemerintahan Indonesia di Jogjakarta ditawan Belanda. Kemudian Sjafrudin membentuk PDRI. Waktu itu beliau mencari Hatta, kemudian setelah yakin bahwa Soekarno-Hatta tertawan, Ia bersama para tokoh nasional yang sedang berkunjung ke Sumatera Barat saat itu, berinisiatif mendirikan PDRI. Tokoh yang lahir di Anyar Kidul yang memiliki nama kecil "Kuding" ini memiliki darah keturunan Sunda Banten dan Minangkabau. Buyutnya, Sutan Alam Intan, masih keturunan raja Pagaruyung di Sumatera Barat, yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri. Ia menikah dengan putri bangsawan Banten, melahirkan kakeknya yang kemudian memiliki anak bernama R. Arsyad Prawiraatmadja. Ayah Syafruddin bekerja sebagai jaksa , namun cukup dekat dengan rakyat, dan karenanya dibuang oleh Belanda ke Jawa Timur. Syafruddin menempuh pendidikan ELS pada tahun 1925 , dilanjutkan ke MULO di Madiun pada tahun 1928 , dan AMS di Bandung pada tahun 1931 . Pendidikan tingginya diambilnya di Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta (sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia) pada tahun 1939 , dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Magister Hukum). Ia juga sempat menyusun buku Sejarah Moneter, dengan bantuan Oei Beng To, direktur utama Lembaga Keuangan Indonesia. Bahkan belum lama ini Pemprov Jabar berencana mengabadikan nama beliau sebagai nama sebuah jalan. Sejarawan harus membuktikan pada pemerintah pusat bahwa keterlibatan Syafruddin dalam organisasi tersebut bukanlah sebuah pemberontakan. Inilah sedikit cerita tentang Syafruddin, semoga generasi muda jaman sekarang dapat lebih mengenal beliau sebagai Pahlawan Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun