PENCITRAAN ISTERI CALON KEPALA SEKOLAH
Aku orangnya simpel, apa adanya. Tidak suka dengan sesuatu yang direkayasa. Penampilanku biasa saja, sederhana dan tidak suka berlebihan. Cara bergaulku dengan teman-teman kantor akrab apa adanya. Tak pernah punya maksud tertentu dengan keakraban itu. Tidak ada udang di balik rempeyek. Yang ada hanyalah ada uang di balik tas hitam. Wajar saja kalau aku lebih familier dibanding temanku yang lain.
Cara bicaraku ceplas-ceplos. Aku tak suka bicara dibuat-buat. Dengan seperti itu teman-teman jadi tahu, aku adalah orang apa adanya. Aku bukan tipe penjilat. Kalau memang A maka aku katakan A. Kata orang aku terlalu jujur. Jujur ajur. Aku tak peduli.
Aku tak tahu apa kesalahanku pada seorang teman. Kurasa aku tak pernah menyakitinya. Atau mungkin karena ideku yang selalu cemerlang. Temanku teramat gengsi untuk mengakuinya. Ah, barangkali orang mengatakan masa bodoh. Tak usah digubris.
Dahulu aku selalu cuek dengan apa yang dikatakan temanku, Pak Jaka. Tapi kali ini aku harus peduli dengan kata-kata Pak Jaka. Masalahnya Pak Jaka bukan bicara langsung padaku, face to face. Pak Jaka menyampaikan sesuatu tentang aku ke temanku yang lain. Wah, memang dia takut padaku. Padahal aku kan tidak perlu ditakuti. Aku perempuan. Banyak sekali sisi kelemahanku.
Mengapa aku jadi membicarakan Pak Jaka? Ya, karena Pak Jaka calon kepala sekolah pada tahun ajaran yang akan datang. Sekolah tempatku mengajar adalah sekolah swasta. Kepala sekolah ditunjuk berdasarkan musyawarah. Bisa pilihan langsung, mengambil suara terbanyak. Atau bisa jadi kepala sekolah ditunjuk oleh yayasan langsung.Bagiku itu tak berpengaruh apa-apa terhadap masa depanku. Mau kepala sekolah ditunjuk langsung oleh yayasan atau pilihan langsung, rasanya sama saja.
Bukannya aku takut dengan apa yang diucapkan Pak Jaka. Apa yang kelak diputuskan Pak Jaka, bila merugikan aku pasti akan kutuntut.
00000
Kepala sekolah yang lama sudah mengundurkan diri dengan alasan kesehatannya, beliau ingin menjadi guru biasa. Sementara tidak ada yang mau menjadi calon kepala sekolah. Satu-satunya calon yang kuat yang akan ditunjuk oleh yayasan adalah Pak Jaka. Pak Jaka masih ada hubungan kekerabatan dengan pemilik sekolah.
Isteri Pak Jaka juga mengajar di sekolah ini, namanya Bu Tatik. Sekarang Pak Jaka belum menjadi kepala sekolah. Sebutannya yang baru adalah calon kepala sekolah. Maka isterinya juga disebut isteri calon kepala sekolah.
Belum menjadi kepala sekolah, Pak Jaka sudah sok berkuasa. Huft, apalagi nanti kalau sudah duduk di kursi empuk. Apa jadinya? Pak Jaka akan semakin semena-mena terhadapku. Ah, semoga dugaanku tidak benar.