Parcel Lebaran/Tribunnews
Ma, Mengapa Kita Tak Dapat Bingkisan Lebaran?
Sore ini putri saya minta izin mau ke Tawangmangu bersama teman SMP-nya. Saya memperbolehkan karena Fai berjanji akan pulang secepatnya. Saya berpesan untuk hati-hati di jalan dan tidak usah ngebut. Pelan-pelan saja naik motornya. Yang penting sampai tujuan dengan selamat dan pulang sebelum maghrib.
Ketika Fai dijemput temannya, saya minta dibawakan seledri. Seledri itu nanti untuk pelengkap soto yang akan dipakai untuk buka puasa di rumah. Fai setuju. Setelah Fai pergi, saya mulai beraktifitas di dapur. Kebetulan Ayah dan si kecil pergi. Hari ini saya harus sabar di dapur, maklum kompor yang biasa dipakai rusak. Dalam keadaan darurat saya menggunakan kompor jatah dari pemerintah. Kompor klasik, dengan nyala yang tidak bisa besar walau sudah maksimal.
Akhirnya selesai juga masaknya. Fai pulang dari Tawangmangu sambil senyum-senyum, sepertinya menahan geli. Saya Cuma membatin. Fai salah mencabut tanaman!
“Mama, aku salah mengambil tanaman. Ternyata yang aku cabut bukan seledri melainkan wortel.”
“Dari jauh mama juga tahu. Daunnya saja beda!”
“Padahal tadi waktu lewat Ngargoyoso ada tanaman seledri lo.”
“Kok kamu tidak mengambil?”
“Habis kasihan temanku kalau berhenti terus.”
“Walah, sudah sampai sana kok ya nggak mau membawakan pesanannya mama to, Nok.”