Mohon tunggu...
Nadia Zulmi
Nadia Zulmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤ

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perdebatan 'Exhuma', Overrated atau Pantas Diberi Acungan Jempol?

20 April 2024   12:14 Diperbarui: 21 April 2024   03:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Poster Spesial Exhuma (@showboxmovie di X)

Memecahkan misteri dan meresapi kedalaman sebuah cerita seringkali membawa kita pada pengalaman yang mengasyikkan. Begitu pun dengan film horor terbaru dari Korea, "Exhuma". Dalam perjalanan menuju puncak box office Korea dengan 6 juta penonton dalam waktu 11 hari, "Exhuma" tidak sekedar menghibur, melainkan juga mengajak penontonnya untuk merenung. Dibuat dengan cermat oleh sutradara Jang Jae-hyun, film ini memadukan kisah misteri dan okultisme dengan sempurna, membawa penonton ke dalam alam semesta yang gelap dan misterius. 

Meskipun menuai antusiasme tinggi, tidak sedikit yang menganggap film "Exhuma" ini overrated. Menurut Steven Rendy, seorang konten kreator TikTok, "Film ini menurut gw overrated banget cuman karena 2 aktornya aja"  "banyak banget adegan yang bertele - tele kayak gali makam, terlalu banyak mikir, dan juga banyak obrolan - obrolan yang nggak penting. Terlalu lama dan membosankan"  Komentar dari akun Twitter @Taufiq_uwu juga sependapat "Exhuma overrated (bagi aku ya), banyak hal yang belum dijelaskan dalam ceritanya dannnn ga ada serem seremnya? Overall 6/10 dehhhh" "Exhuma" harus berhadapan dengan kritik yang menganggapnya terlalu diangkat.

Di balik hiburan dan ketegangan yang disajikan, "Exhuma" menyoroti isu-isu mendalam seperti takdir, roh keluarga yang terlupakan, dan ketidaknyamanan dari relokasi makam. Melalui cerita di film ini membuka diskusi tentang ritual antara hidup dan mati, serta memberikan refleksi tentang kekayaan dan konsekuensinya. Film ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga sebuah refleksi tentang sisi kelam kehidupan.

"Exhuma" Membawa Penonton Melalui Plot yang Kompleks terstruktur dengan baik

Sebagai seorang yang tidak begitu menyukai film horor yang mengandalkan jumpscare dan menampilkan karakter yang menakutkan, saya lebih tertarik kepada film horor yang berkelas dengan fokus pada world building, pengembangan karakter, dan lore yang khas. Dengan memanfaatkan elemen mistis dari budaya Korea Selatan, film ini berhasil memberikan pengalaman yang mendalam dan memperkaya pengetahuan tentang tradisi mistis yang kaya di negara tersebut.

Sumber : Poster Spesial Exhuma (Instagram @showbox.movie)
Sumber : Poster Spesial Exhuma (Instagram @showbox.movie)

Berbeda dengan kebanyakan film horor yang hanya mengandalkan ketakutan melalui jumpscare, "Exhuma" memilih untuk memberikan pengetahuan mendalam tentang ritual-ritual mistis Korea Selatan. Penggambaran yang akurat tentang proses pembongkaran makam hingga ritual-ritual seperti 'Grave Calling' dan 'Ritual Penarikan' menghadirkan pengalaman yang mendalam tanpa harus mengandalkan sensasi horor yang berlebihan. Lebih dari itu, karakter-karakter yang kuat dan akting yang memukau membuat film ini menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Meskipun film horor seringkali menggunakan jump scare sebagai daya tarik utama, "Exhuma" membuktikan bahwa sebuah cerita yang kompleks dan mendalam dapat tetap menarik tanpa harus mengandalkan trik-trik tersebut. Dengan fokus pada plot yang seimbang antara logika dan tahayul, serta penggambaran yang akurat terhadap budaya Korea Selatan, film ini berhasil membangun ketegangan tanpa harus mengandalkan adegan-adegan yang terlalu menakutkan.

"Exhuma" bukan hanya sekedar film horor biasa. Dengan world building yang kuat, karakter-karakter yang kompleks, dan cerita yang mendalam, film ini meninggalkan kesan yang mendalam pada penontonnya. Dengan demikian, "Exhuma" tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan memperkaya pengetahuan tentang budaya dan tradisi mistis Korea Selatan. Sebuah prestasi yang luar biasa dalam dunia perfilman horor.

Nadia Zulmi, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun