Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang Kontemporer (07) Sexy Drupadi, Seksualitas Wanita untuk Para Suami

25 Maret 2010   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 9117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewi Drupadi memang wanita yang bijaksana dan cerdas, ia mengerti, seks dalam perkawinan adalah hal yang urgen ---- ia ditakdirkan menjadi seorang isteri yang harus membahagiakan suaminya --- ia sadar seks adalah masalah sensualitas, masalah indrawi. Sedang Pandawa adalah para lelaki yang berjiwa satria, cerdas-cerdas, manusia-manusia yang visioner untuk merebut kembali hak mereka.

Perjuangan yang panjang, yang mungkin harus diselesaikan dalam peperangan yang besar. Merebut kembali Kerajaan Astina !

Ki Dhalang Tukidjan meneruskan ceritanya, “Dewi Drupadi adalah tokoh favorit saya --- ia seorang Dewi yang cantik dan  cerdas, setia, tangguh dan berjiwa perwira --- ia bersama Pandawa, turut senang dan susah dalam masa pembuangan dan penyamaran selama 13 tahun. Di India Utara di mana setting asli di dalam kitab Mahabarata, di mana kisah iniberasal --- tradisi poliandri memang ada di masyarakat di sana (Ensiklopedi Wayang Purwa,Balai Pustaka, 1991).Dewi Drupadi dan Sang Ibunda Pandawa, adalah dua wanita yang turut dalam masa-masa sulit itu “

Dalam perjalanan masa pembuangan dan penyamaran, yang menempuh hutan balantara, lembah ngarai dituruni, bukit dan gunung yang terjal didakirombongan Pandawa --- pengalaman serta ujian fisik dan mental, yang melahirkan kebijaksanaan --- di keheningan panorama yang indah dengan berbagai hewan dan tumbuhan, bunga-bungaan dan kemeriahan kicauan burung.Di perjalanan jauh yang melelahkan itu, bagi seorang wanita, istri yang menyertai perjuangan itu --- ia haruslah orang yang memberi semangat sebagai kekasih yang menjaga morale dan keteguhan semangat rohani. Melahirkan ide dan praxis seksual yang luar biasa dari seorang Drupadi, sebagai seorang kekasih yang senantiasa menghibur dan melalaikan penderitaan suaminya.

Drupadi ditakdirkan bersuamikan Yudistira, Puntadewa yang lemah lembut tutur bahasanya ---seorang yang mudah sekali terharu, seorang lelaki yang tidak pernah berbohong --- kelembutan ini mengilhami Dewi Drupadi untuk melayani sang suami dengan cara yang tenang penuh kenikmatan --- melakukan seksual dengan laku meditatif. Memang itulah yang disenangi Sang Puntadewa setiap kali ia melakukan sanggama dengan isterinya.

Banyak prilaku Dewi Drupadi diabdikannya demi kebahagiaan Sang suami.Dewi Drupadi adalah seorang wanita cantik yang tidak pernah memakai perhiasan --- karena ia mengerti, suaminya menyukai kesederhanaan.

Sehingga tubuh mulus ringan tidak gemercing, apa lagi saat ia bertelanjang badan.

Ki dhalang Tukidjan menceritakan --- sikap laku sanggama Dewi Drupadi bagi kebahagiaansuaminya, Puntadewa , yakni sikap “ketek momong” --- Sang Dewi duduk di pangkuan Puntadewa.Sikap ini tidak terdapat di dalam Kamasutra --- yang menitik beratkan pada bentuk tubuh dan ukuran organ seks --- begitu pula tidak ada diajarkan Dewi Bunga kepada Kaisar Cina, apalagi di Taman Wewangianseni cinta dan seks Arab ---- yang menitik beratkan pada pacuan gerak baik tubuh maupun organ seks..

Ketek Momong adalah laku seks yang meditatif ---- menikmati cinta dalam gerak halus, lembut, dan penghayatan kenikmatan yang dibalut dengan nafas dan rasa transcendental ke alam dan Sang pencipta……….

“Bagaimana cara itu sebenarnya Ki Dhalang ?” tanya khalayak dengan penasaran.

“Laku Puntadewa yang selalu meditatif --- diimbangi Sang Dewi dengan duduk khidmat di pangkuan suaminya, kedua kaki Drupadi memeluk pinggang dan pantat suaminya, kedua tangannya dilingkarkan dari bawah ketiak yang sensitif, mengusap punggung Sang Yudistira; suaminya melayang-layang menikmati kecupan di bibir, di bahu, di leher, begitu pula suaminya bisa menancapkan gigitan lembut di nadi Sang Dewi, ia menjerit dalam kenikmatan kasih sayang kecupan --–sementara organ seksnya menikmati gerak lambat yang terarah --- yang setahap demi setahap melayang-layang di langit keindahan alam rohani, organ seks Drupadi terlatih dengan jepitan kegel dan denyutan menggigit --- berputar-putar sekitar bukit bunga dan rerumputan yang menggelitik --- nafas terayun-ayun lembut dihembuskan dalam gelungan lenguhan halus. Byar !”

“Begitu mbah, selesai mbah ?” tanya khalayak.Dhalang Tukidjan hanya tersenyum, langsung menyeruput kopinya.

“Sikap laku mirip itu ada dalam Aji Asmaragama SeksualitasJawa --- yang ingin dicapai setiap hubungan seks adalah Sejatining lanangdan Sejatining Wadon, yakni kekhidmatan hubungan seksual antara lelaki dan perempuan yang spirituil-mistis “

Ki dhalang Tukidjantersenyum, “ lain waktu disambung maning, yo”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun