Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Wayang Kontemporer (04) Panitia Khusus Hak Koalisi Pandawa dan Korawa

26 Januari 2010   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:15 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada ide briliyen dari Begawan Durna dan Arya Sengkuni, untuk melanggengkan kekuasaan di Astina pura ---tanpa Perang Bratayuda.

Mereka mengajak Prabu Yudistira untuk melakukan Joint Body ala Panitia Khusus  Hak Angket Bank Century di Arcapada.


"Ngger, Prabu Duryudono, ada ide mamang untuk melanggengkan kekuasaan ananda tanpa Perang Bratayuda, Anak-ku " Kata Begawan Durna , ditimpali oleh Arya Sengkuni.

"Anak-ku Duryudono, dengarkan gurumu si Begawan Drona, Korawa bisa langgeng mewariskan Astina kepada Anak cucumu---yakni dengan merampas --- menyolong kekayaan Amarta yang sudah dikumpulkan dengan susah payah untuk menjamin ketentraman nasabah Lumbung Pangastuti Swadaya mereka, yakni dengan pasukan buto cakil penghisap bailout.  Kemudian kita buat Panitia Koalisi---toh kita lebih kuat dari mereka, Ngger !"


Amarta geger padi lumbung untuk menjamin nasabah kalau terjadi krisis paceklik --- lenyap digondol maling dengan transfer dan pengangkutan tujuh truk kereta lembu --- para buto cakil menari-nari . Bahwa, mereka merampas itu untuk kemaslahatan seluruh rakyat ---Astina dan Amarta.  Di Negeri orang Indian dan di negeri orang Yolanda dan sekitarnya telah paceklik --- yang dinamakan orang sana "likuiditi skuis". Mereka menggandakan segala risiko untuk saling menjamin, nyatanya krisis mereka karena perjudian, tipu, penggandaan risiko karena ketamakan : buntut-buntutnya mereka paceklik.  Ide orang Indian dan Yolanda memang sejalan dengan sifat tamak orang Korawa.


( Tadi telah diperdengarkan lagu Cucur Bawuk laras 6 , yang dilanjutkan Manjuro. Berlaras 9. Rupanya di sana  sudah tengah malam )


Ki Dalang menghentakan kakinya--- cempolo menghentak di ujung kaki dalang.  Dok,dok jreng ngeng .

"Ho, ho, ho .........wus kawentar................cah " begitu  Wangsalan Ki Dalang untuk  mengomandokan  permainan gendhing "Gending kedaton bentar "  ( maksudnya Istana yang tercela) Gending dimainkan.


Untuk menghormati guru mereka Begawan Drona---walaupun Batara Kresna memberikan pertimbangan, agar hati-hati dengan Korawa. Akhirnya dengan susah payah Panitia Khusus Hak Koalisi Pandawa dan Korawa dibentuk untuk menyelidiki "lenyapnya Lumbung Pangastuti Swadaya " Amarta.


Begawan Durna telah memberikan strategi pertempuran " Ngger para Korawa--- kirimkan para Korawa yang berjiwa penjilat, tetapi akal panjang. Gunakan ilmu jurus celurut ngibrit di malam gelap - badan selamat, masuk lobang , tinggalkan bau pahit menyengat "


"Siapa itu Guru, pilihlah di antara 99 adik-ku " Kata  Prabu Duryudono.

"Anak-anak-ku pertempuran ini harus dimenangkan dengan jahil dan ngocol, gunakan ilmu Arcapada ---sabotase di ruang sidang "


Semua terdiam menunggu penjelasan strategi Sang Guru Drona.

" Pertempuran ini di semua lini, Korawa harus memainkan peran.  Kuda semberani goyang kibul --- yakni melakonkan kejengkelan, kemuakan, dan perkataan kotor ala Korawa --- karena rakyat sudah kebal dengan kekotoran, terus kita jejalkan kata-kata kotor. Agar rakyat simpati pada Korawa.  Kalau tidak kita sabotase cara begituan. Korawa akan konyol ---rakyat akan menyerbu, lho !"


Khalayak ada yang mengerti penjelasan Begawan Durna, ada yang hanya melongo. "Taktik Sabotase ?"


"Ngger aku pilih adikmu 12 orang , Kartawarma, Citraksa, Citraksi, Windandini, Dewi Dursilawati, Bomawikata, Wikataboma, Bogadenta, Yuyutsu, Pratipa, Citraboma, dan Gardapura---dibantu dua cakil Kala Marico dan Celurut Cibuntung.  Tugas kedua cakil, itu tadi membuat onar sabotase, agar lawan terkecoh atau kecele, atau menyerah kecapaian."

"Dursasono, satrio Banjarjungut tidak usah dikeluarkan, Ngger !"


Baru orang mengerti betapa strategi Resi Drona begitu hebat --- sebagai seorang jenderal yang akan tampil di Perang Bratayuda kelak.  Sepertinya ia mumpuni---walau rakyat sudah tidak percaya !

Tentu Prabu Duryudono setuju dengan strategi memenangkan pertempuran dengan taktik---tikus Celurut Cibuntung.  Menjijikan dan memuakkan orang.  Mudah-mudah menang taktik Resi Durna dan Arya Sengkuni memakai Celurut Cibuntung itu.


Tancep Kayon.  Disambung tanggal wolulikur "Goro-goro ne Lagu Saparua".   Ning nong.....ning nong ...ning nong---Gong  ngngngngn !

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun