Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serial Wayang Kontemporer (02)

23 November 2009   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:13 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kotak ukir Angkawijaya (baca: Ongkowijoyo) yang misterius

Dia wanita yang cantik tur ayu, lembut, ramah dan mandiri. Sosok wanita Jawa yangmemenuhi syarat, telahmenyiapkan diri untuk menjadi isteri yang “ngabekti, ngajeni, dan ngrumati”. Tetapi sampai saat ini ia belum juga menentukan calon suami-nya di alam nyata ini. Cuma, ia memiliki sebuah kotak kayu jati dengan ukiran yang sangat indah. Kotak itu hadiah dari seorang dalang terkenal Ki DalangNS. Yang menjadi rahasia--- tokoh di dalam kotak tersebut adalah Angkawijaya---apakah diberikan oleh Ki Dalang setelah mengetahui bahwa karakter Angkawijaya adalah idola sang wanita---atau karakter yang cocok bagi si Wanita, atau justru ia jatuh cinta setelah kotak tersebut dihadiahkan Ki Dalang---tentunya ada momen penting mengapa Ki Dalang memberikan hadiah buatSi Wanita, Memang dia adalah wanitayang pantas dihargai oleh Ki Dalang atau siapa pun yang mengenalnya dan mengenal karya-karyanya. Ia memang wanita sukses yang mapan.

Penulis belum pernah melihat wujud wayang kulit di dalam kotak ukir tersebut, konon ia tidak pernah memberi kesempatan orang lain untuk melihat sosok pria tampan tersebut. Bila ia memperlihatkan Angkawijaya, Sang Idola, berarti ia telah menjatuhkan pilihan pada pria itu. Wah !

Kita bisa menemukan wayang kulit Angkawijaya di banyak tempat, di peti wayang kulit Ki Dalang, di pakeliran jejeran wayang kulit yang akan dipagelarkan, atau bahkan di toko barang kesenian dan kerajinan yang menjual koleksi wayang kulit.

Angkawijaya adalah anak Arjuna, penengah Pandawa---dari isterinya Dewi Sumbadra, Wara Sumbadra ! Nama Angkawijaya itu diberikan padanya karena ia memiliki nilai angka keunggulan. Nama lain Angkawijaya banyak sekali, nama baginya sebagai gelar yang memang pantas disandang olehnya. Tetapi bagi penulis namanya yang paling berkesan adalah Abimanyu, nama itu dikenal penulis ketika kira-kira berumur 7 tahun, lebih kurang 60 tahun yang lalu---dari serial komik perwayangan “Ulamsari”. Dalam persepsi penulis, dari jamankanak-kanak itu sampai sekarang tidak berubah bahwa tokoh Angkawijaya memang karakter yang mengagumkan. Seorang yang tampan dan cerdas, tokoh yang mempunyai visi ke depan yang luar biasa. Ia kesatria yang mempersiapkan dirinyadengan ilmu dan pengalaman yang berguna sepanjang hidupnya.

Jalan hidup Angkawijayasungguh dramatis, karena putera seorang kesatria yang sakti mandraguna, tentulah dia juga mempunyai bakat untuk menjadi sakti mandraguna. Suatu saat Arjuna mendapat misi membela Kerajaan Wirata yang mendapat serangan dari para agresor. Singkat cerita Arjuna dapat mengalahkan para agresor. Sang raja KerajaanWirata yakni, Prabu Matswapati memberikanpenghargaan pada Arjuna, menganugrahkan puterinya sebagai calon istri.Tetapi Arjuna menyatakan kepada Prabu Matswapati, bahwa puteri Sang Raja, Dewi Utari agar dijodohkan saja dengan puteranya.

Demikianlah tingginya nilai dan falsafah di dalam cerita-cerita wayang.Putera yang dijodohkan Arjuna itu masih di dalam rahim istrinya, yang kemudian lahir diberi nama Angkawijaya.Apa keistimewaan Angkawijaya ? Walaupun ia masih berupa janin di dalam rahim ibunya, Wara Sumbadra---janin itu telah mendapat “wahyu hidayat”, yang mempunyaikemampuanmengerti mengenai segala hal.

Angkawijaya atau Abimanyu setelah lahir dan dewasa, mempunyai sifat-sifat kesatria : berkelakuan baik dan tingkah laku nya halus. Berbudiyang menyenangkan, bertanggung jawab, pemberani yang gemar berlatih diri dan mengolah batin (mengembara dan bertapa). Tetapi ia mempunyai pula sifat yang paradoks yakni, mudah tersinggung, berhati keras, dan mudah patah hati.

Pendidikan dan pelatihan kesatrian dilakukan oleh ayahnya, Arjuna.Ilmu kebatinan-nya dibimbing oleh eyangnya Begawan Abiyasa. Setelah ia dewasa itu lengkaplah sudah kesaktian-nya . Termasuk yang visioner, yakni ia menerima “wahyu Cakraningrat”, wahyu yang menyatakan bahwa keturunan-nya kelak akan menjadi raja-raja besar. Kompetensi yang dicapai Angkawijaya tentulah menjadi idaman para calon mertua, para dewi mau pun wanita, sebagai ukuran pria yang bakal mapan. Dewi Siti Sundari, puteriSri Batara Kresna, Raja di Raja Dwarawati, yang beruntung menjadi jodoh Angkawijaya.

Demikian pula, Dewi Utari puteri Prabu Matswapati dengan Dewi Rakatawati pun ternyata, adalah seorang wanita yang mempunyai wahyu hidayat, sehingga ia punmenetapkan kriteria kesatria yang bagaimana yang dapat mengawini-nya. Ia hanya merindukan kesatria yang mempunyai Wahyu Cakraningrat. Sang Dewi lalu mencari suami idaman, denganmelakukan “sayembara junjungan”.Para raja dan kesatria yang turut dalam sayembara, tak seorang pun mampu “membopong sang Dewi”---kecuali…. memang sudah jodo, hanya Angkawijaya yang dapat menjunjung/membopong Dewi Utari.

Memang drama kehidupan Angkawijaya dan perkawinannya dengan Dewi Utari harus terus menerus mempunyai suspensyang pekat. Setelah pernikahan, kok bolehnya Sang Dewi membuat percumbuan maut dengan Sang pengantin lelaki. Ia berbisikmanja : “Kanda aku masih perawan apakah kanda masih perjaka?”----dasar lelaki, Angkawijaya mengaku lajang. Dengan sumpahnya : “ Kanda masih perjaka, kalau kanda berdusta biarlah kanda mati dalam keadaan hancur lebur !” Memangiaberdusta, sebenarnya ia telah beristeri Dewi Sundari. Dasar !

Belakangan filosofi kisah Angkawijaya, ketika masih berupa janin didalam rahim ibundanya---ternyata kini menimpa Wanita cantik turayu, yang mandiri dan “siap menikah”---menanti “Angkawijayasang calon suami” datang menitisi wayang kulit dalam kotak berukir itu. Apakah ia akan menemukan jodohnya : perjaka atau suami orang, syukur-syukur “Duren”---alias duda keren.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun