Mohon tunggu...
Sosbud

Urgensi Pelestarian Wayang Suket sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Purbalingga

31 Maret 2019   19:06 Diperbarui: 31 Maret 2019   19:20 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kearifan lokal merupakan keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas (Simanjuntak, 2014: 115). Kearifan lokal juga merupakan perwujudan budaya yang seharusnya terus dijadikan pedoman dan pegangan hidup oleh masyarakat. Salah  satu  contoh  dari kerifan lokal  yang  ada  di  Indonesia  adalah  "wayang  suket", sebuah  hasil kebudayaan asli dari Kabupaten Purbalingga.

Keunikan anyaman wayang  suket  yang terbuat dari rumput kasuron inilah  yang membuat kreasi buatan Badriyanto,  warga Desa Wlahar, Rembang, Jawa Tengah mendapatkan tempat tersendiri di mata para pecinta wayang bahkan  berhasil dikenal oleh dunia.  Terbukti dengan  datangnya pesanan dari  Jerman  dan  Perancis  yang  memesan tokoh Pandawa Lima kepada Badriyanto.

Wayang suket  sebagai hasil atau karya yang sangat luar biasa karena mampu menghadirkan kekhasan wayang kulit  dalam wayang yang hanya berbahan dasar  suket(rumput).  

Sejalan  dengan  berkembangnya  zaman, banyak masyarakat Purbalingga yang terbuai dengan apa yang globalisasi tawarkan sehingga rasa memiliki terhadap  budayanya,  khususnya wayang suket semakin terlupakan.

Namun ironisnya, wayang suket merupakan salah satu di antara 75 wayang yang telah atau hampir punah. Hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor, antara lain kurangnya perhatian pemerintah dan perkembangan zaman yang telah membawa perubahan peradaban serta kebudayaan, sehingga mempengaruhi minat masyarakat terhadap seni pertunjukkan wayang dan upaya pelestarian ataupun gagasan untuk mengembangkan eksistensi wayang.

Wayang suket yang semakin terlupakan dan mengalami kelangkaan  generasi pewaris, sehingga  terancaman  punah.   Hal  inilah  yang  dikhawatirkan jika  masyarakat  khususnya  generasi  muda  di Purbalingga  tidak  dikenalkan  dengan  wayang  suket, padahal banyak orang dari luar negeri justru menyukai dan mempelajari wayang  suket.  Apabila keadaaan ini dibiarkan  terus  menerus  maka  tidak  menutup kemungkinan wayang suket akan diklaim oleh negara lain.  Hali tersebut disebabkan karena para generasi muda malu untuk  mengakui bahwa kesenian  wayang  suket merupakan kesenian asli Purbalingga.

Pelestarian budaya asli Purbalingga agar tetap tumbuh dan dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya memerlukan upaya konkret. Upaya tersebut harus  mampu  menyentuh  langsung terhadap  sasaran  yang  diinginkan yaitu  generasi muda. Upaya tersebut antara lain : (1) menjadikan wayang suket sebagai ikon Kabuapten Purbalingga dengan dijadikan cinderamata; (2) memasukkan wayang suket ke dalam kurikulum  pendidikan  formal sehingga  sangat memungkinkan untuk mengakomodasi wayang  suket sebagai  materi  kontekstual  dalam  pelajaran  muatan lokal.

Untuk mewujudkannya memang membutuhkan komitmen  dan  kerjasama  serta  kolaborasi  antara pegiat seni atau seniman, pemerintah, pihak sekolah, dan  tentu  saja  masyarakat  Kabupaten  Purbalingga, sehingga  potensi  wayang  suket  sebagai  warisan budaya asli kabupaten tersebut mampu dikembangkan dan menjadi kebanggaan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun