Mohon tunggu...
Mifthahul Nuraini
Mifthahul Nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Islam,Universitas Islam Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Dengan minat yang kuat dalam jurnalisme dan isu-isu sosial, aktif berkontribusi dalam organisasi kemahasiswaan,serta untuk menyelesaikan tugas mata kuliah semester ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta Laut di Kuala Samboja: Warisan Budaya atau Bencana Lingkungan?

27 April 2024   09:45 Diperbarui: 27 April 2024   10:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kuala Samboja, sebuah desa nelayan yang terletak di muara Sungai Samboja, Kalimantan Timur, telah menjadi saksi bisu atas masalah sosial yang berkembang akibat tradisi pesta laut tahunan.  Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini telah menjadi sorotan karena dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.

Pesta laut, atau dikenal sebagai "Festival Bahari", adalah sebuah perayaan tahunan yang melibatkan penangkapan ikan secara besar-besaran di lepas pantai Samboja. Ribuan nelayan dari berbagai daerah berkumpul selama beberapa hari, berlomba-lomba menangkap ikan sebanyak mungkin dengan menggunakan berbagai metode penangkapan, termasuk beberapa yang dianggap tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan.

Meskipun pesta laut ini dianggap sebagai warisan budaya yang penting, praktik penangkapan ikan yang berlebihan telah menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian sumber daya laut di wilayah tersebut. Eksploitasi berlebihan tidak hanya mengancam populasi ikan, tetapi juga ekosistem terumbu karang dan keragaman hayati laut lainnya.

Selain itu, pesta laut juga memunculkan masalah sosial yang signifikan. Selama pesta berlangsung, banyak nelayan kecil yang kesulitan untuk mendapatkan hasil tangkapan, karena persaingan yang tidak seimbang dengan nelayan dari luar daerah yang memiliki peralatan dan modal yang lebih besar. Hal ini mengancam mata pencaharian mereka dan memperlebar kesenjangan ekonomi di masyarakat pesisir.

Masalah lain yang muncul adalah limbah yang dihasilkan selama pesta, seperti sampah plastik dan sisa-sisa ikan yang tidak terjual. Kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai di daerah ini menyebabkan limbah tersebut terbuang ke laut, mencemari lingkungan laut dan mengganggu kehidupan biota laut.

Pemerintah setempat telah berupaya untuk mengatur pesta laut dengan memberlakukan peraturan dan batasan tertentu, seperti pembatasan jumlah kapal dan alat tangkap yang digunakan. Namun, penegakan peraturan ini seringkali lemah dan kurang efektif, membuat masalah terus berlanjut.

Solusi yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah ini, termasuk kampanye edukasi tentang pentingnya konservasi laut, penerapan kuota penangkapan yang ketat, serta pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang lebih berkelanjutan.

Pesta laut di Samboja mungkin telah menjadi tradisi yang mengakar, tetapi warisan budaya ini tidak boleh mengorbankan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Diperlukan kesadaran dan upaya kolektif untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan kelestarian alam, sehingga generasi mendatang juga dapat menikmati kekayaan laut yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun