Duluuu… saat masih booming busana jeans ( jins), hampir di setiap kesempatan dan acara banyak orang mengenakan pakaian berbahan kain jins. Saya ingat betul ketika masih bersekolah SMA di Surabaya hingga lulus kuliah bahkan awal-awal bekerja pada tahun 1995 an sampai tahun 2000, busana berbahan jins begitu digandrungibanyak orang khususnya dari kalangan anak muda.
Waktu itu untuk ke kampus atau ngantor pada hari sabtu, celana jins seolah menjadi pakaian wajib. Nggak afdol kalau tidak berbusana jins. Hampir di setiap outlet pakaian yang ada di mal pasti terpajang celana panjang, celana pendek, jaket , tas dan topi dari bahan jins. Masyarakat saat itu sedang dilanda demam busana ala cow boy saja. Bahkan toko-toko khusus busana jins juga bermunculan di mana-mana bak jamur yang tumbuh di musim hujan.
Seorang adik memberitahu kalau berburu jins sebaiknya di sentranya saja, waktu itu pertokoan yang berada di atas kawasan Jalan Tunjungan Surabaya yang terhubung dengan salah satu lantai atas pertokoan Siola Surabaya atau dikenal dengan nama Tunjungan Centre (TC) menjadi tempatnya. Selain TC, di sepanjang trotoar Tunjungan masih banyak kita temukan lapak penjual pakaian jins, sabuk dan sepatu dari bahan kulit asli Bandung.
Setelah sekian lama tidak mengikuti perkembangan Kota Surabaya, baru pada akhir Desember tahun 2016 yang lalu, saya mendatangi kembali Jalan Tunjungan Surabaya. Ternyata kompleks pertokoan TC yang ada di atas Jalan Tunjungan, di mana kami pernah berburu celana jins dulu itu sekarang sudah tidak beroperasi lagi alias tutup.
Kurang jelas entah sejak kapan ditutupnya pertokoan itu. Seorang perempuan paruh baya yang sedang berjualan rokok di bagian bawah gedung mengatakan kalau toko-toko itu kini dialih-fungsikan menjadi taman bunga dengan berbagai tanaman hias yang indah dan berwarna-warni.
Seperti layaknya sebuah taman kota, selain koleksi tanaman hias yang menarik, taman itu juga dilengkapi kursi-kursi logam dengan disain unik, tempat sampah yang terbagi menjadi kotak sampah biasa (sampah basah) dan kotak untuk sampah yang bisa didaur ulang (sampah kering) dan tentunya lampu hias khusus taman.
Nah.. dari taman yang melayang di atas Jalan Tunjungan itu keramaian lalu lintas, gedung-gedung tua warisan Belanda, gedung bertingkat dan gedung perkantoran terlihat dengan sangat jelas dan pastinya nampak lebih menarik. Sebagian warga Surabaya menyebut taman ini dengan nama Taman Gantung Siola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H