Mohon tunggu...
Tohirin Sanmiharja
Tohirin Sanmiharja Mohon Tunggu... -

Tohirin Sanmiharja, Dosen al-Islam-Kemuhammadiyahan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Bisma dan Basudewa Krisna

6 Agustus 2014   19:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:16 6302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bagi para penggemar kisah Mahabarata tentu tak asing lagi dengan tokoh Bisma dan Basudewa Krisna. Kedua tokoh ini termasuk figur sentral yang banyak memberikan teladan moral.” Bisma Yang Agung” demikian julukan untuk Bisma. Bisma adalah sosok berwibawa yang sangat idealis, taat tradisi, loyal dan komitmen terhadap kebenaran. Demi menjaga Dinasti Kuru, ia bersumpah untuk membujang seumur hidupnya dan mengabdikan diri untuk menjaga dinasti ini. Ketika Dinasti Kuru melahirkan Pandawa dan Kurawa, Bisma berada di pihak Pandawa. Bisma berharap Pandawalah yang nantinya akan memimpin tahta Hastinapura, memimpin Dinasti Kuru. Saya adalah salah satu pengagum Bisma.
Tokoh lain yang saya kagumi adalah Basudewa Krisna. Basudewa Krisna adalah sosok yang cerdas, arif, juga komitmen terhadap kebenaran. Sama seperti Bisma. Basudewa Krisna juga berada di pihak Pandawa. Sama seperti Bisma dan Basudewa Krisna, Pandawa yang terdiri dari lima pangeran keturunan Pandu adalah sosok yang moralis dan komitmen terhadap kebenaran. Untuk alasan inilah Basudewa Krisna dan Bisma, dua tokoh sakti mandraguna nan kharismatik ini berada di pihak Pandawa Lima.

Sampai di sini, kita tahu persis, kedua tokoh ini satu visi. Mereka juga sama-sama berada di pihak Pandawa Lima. Saya sebagai pengagum bahkan tak membeda-bedakan antara keduanya. Keduanya dapat dijadikan teladan moral dan saya, meskipun tidak terlibat dalam kisah Mahabarata dan beda masa dengan mereka berdua, tapi dengan tegas saya pun menyatakan berada di pihak Bisma dan Basudewa Krisna. Dengan demikian, saya tegaskan bahwa saya... juga berada di pihak Pandawa.

Hingga suatu saat, mata saya terbuka akan adanya perbedaan mendasar antara Bisma dan Basudewa Krisna. Singkat cerita, suatu hari Duryudana, pentolan Kurawa, melamar Subadra, adik Basudewa Krisna. Tapi Subadra menolak. Ia sudah sejak lama mengenal Arjuna dan tertarik kepadanya. Membela adiknya, akhirnya Basudewa Krisna membuat siasat yang akhirnya adiknya dapat menikah dengan Arjuna. Langkah Basudewa Krisna ini mengundang protes. Termasuk dari Bisma. Dan untuk pertama kalinya, Bisma dan Basudewa Krisna berbada pendapat.

Bisma memprotes keras langkah Basudewa Krisna yang menurutnya melanggar tradisi, karena Subadra sudah dijodohkan dengan Duryudana. Apalagi perjodohan ini bukan sembarang perjodohan. Tapi perjodohan untuk mempersatukan dua kerajaan. Untuk pertama kalinya dia bersikap kasar terhadap Arjuna. Bisma tidak mau merestui pernikahan Arjuna dan Subadra yang melanggar tradisi itu. Basudewa Krisna sebenarnya juga tahu soal itu. Tapi baginya perasaan Subadra lebih penting ketimbang menuruti tradisi. Terlebih lagi, penyatuan dua kerajaan ini juga baginya justru berbahaya. Karena Hastinapura dikuasai oleh pihak Kurawa. Kekuatan Hastinapura bagi Krisna justru akan menjadi bencana. Lantas, Bisma dan Basudewa Krisna pun berdebat soal tradisi.

Bagi Bisma, tradisi sama dengan kebenaran itu sendiri. Karena itulah ia menentang keras Basudewa Krisna. Lantas Basudewa Krisna menjawab: Bisma, tradisi itu seperti buah mangga. Awalnya ia pahit, tak seorang pun yang menyukainya. Lama kelamaan menjadi asam, sebagian orang kemudian mulai bisa menikmatinya. Akhirnya berubah manis dan semua orang lantas menyukainya. Tapi kemudian ia membusuk. Orang  yang tahu akan kebenaran maka tak lagi mau menikmati mangga busuk ini. Tapi bagi yang pada dirinya sudah mendarah daging tentang mangga, maka ia tetap akan mengecapnya dan tak menyadarinya bahwa ia telah membusuk. Ia tak lagi memebrikan aroma wangi dan rasa manis yang menyegarkan. Tapi justru dapt meracuni orang yang memakannya.

Saya takjub dengan jawaban Krisna yang diplomatik dan amat cerdas ini. Yah, inilah bedanya Bisma dan Basudewa Krisna. Bisma adalah prototipe tokoh tua yang super idealis dan sangat kolot dalam memegang tradisi. Bisma adalah contoh tokoh yang super arif yang terkadang agak utopis. Saking arifnya, dia tak mau ambil resiko ketika terjadi konflik antara Pendawa dan Kurawa. Bagi Bisma, semua hal harus diselesaikan dengan jalan damai. Tak boleh ada permusuhan sedikit pun antar sesama keturunan Kuru. Tapi apa yang terjadi? Kelicikan Kurawa yang didalangi oleh Sangkuni justru seringkali meluluhkan Bisma. Demi menjaga persatuan Bisma sering memaafkan sema kelicikan-keicika Kurawa. Ironisnya, Pandawa-lah yang justru menjadi korbannya. Bisma memihak Pandawa. Tapi dia tak mau pasang badan untuk membelanya. Atas nama saudara, ia tak mau bertindak tegas untuk menghukum Kurawa yang telah berulangkali menzalimi Pandawa.

Berbeda dengan Basudewa Krisna. Dia prototipe tokoh muda yang pro perubahan. Dia lebih realistis dalam menyikapi permasalahan. Sikapnya mencerminkan seorang pemuda yang penuh ilmu. Dia memang arif dan bijak, tapi juga jago berdebat dan jago strategi. Bibirnya selalu menyungging senyum meskipun menghadapi banyak masalah. Basudewa Krisna selalu turun tangan dalam setiap permasalahan. Dia berada di pihak Pandawa bukan hanya berdoa dan menaruh simpatik belaka. Berulangkali ia mengambil resiko dan pasang badan demi membela Pandawa. Bahkan ia berani berdebat dengan Dewa Indra demi membela Pandawa. Dengan penuh keyakinan, ia pun menatap Bisma dan berkata dengan lugas: Bisma yang agung, zaman telah berubah. Tradisi-tradisi lama akan hancur digantikan dengan yang baru. Sekarang tuanku Bisma tinggal memilih, mau berada di pihak yang mana.

Wow! Benar-benar smart dan penuh keberanian! Tahukah kau kawan, tak seorang pun yang berani dan menang berdebat dengan Bisma yang agung ini sebelumnya. Semua orang takut dan takjub akan kewibawaan orangtua ini. Tapi bagi Basudewa Krisna, Bisma adalah tetap manusia biasa, dan kebenaran di atas segalanya. Dan... mulai detik ini, saya mulai kehilangan simpatik pada Bisma. Saya berpihak pada Basudewa Krisna. Bersamanya saya pun berpihak pada Pandawa. Tidak mudah memang mengikuti tokoh cerdas ini. Salah satu syaratnya adalah saya harus berpikiran maju, harus sadar dan menerima perubahan, harus mengubah cara berpikir dan cara berbuat. Satu lagi, sekaligus yang paling berat, harus berani pasang badan dan menerima resiko.

Saya dan Basudewa Krisna hanya beda zaman. Saya tak lagi berada dalam era Mahabarata. Perubahan tradisi yang dihadapi Basudewa Krisna juga berbeda dengan yang sekarang saya hadapi. Kini saya, juga Anda tentunya, berada dalam era teknologi, berada dalam era informasi, berada di era internet. Maka, tak bisa tidak, kita harus beradaptasi dengannya. Kita harus menggunakan internet sebagai daya gugah dan nafas kehidupan kita jika kita tak mau tergilas zaman seperti Bisma. Kawanku, jangan salah, sekarang ini masih banyak yang berpikiran seperti Bisma. Bahkan kebanyakan orang masih berpikir demikian. Mereka berpikir dan berbuat dengan cara lama. Tak sadar kalau zaman telah berubah. Dan... orang-orang yang beranjak menuju perubahan, saya, Anda akan dilihat sebagai orang aneh yang melanggar tradisi sebagaimana Basudewa Krisna.

Sekolah yang tinggi, kemudian bekerja adalah nasihat sukses gaya lama dan kearifan tradisional. Bekerja dalam arti menjadi karyawan atau kerja di kantor dengan aturan-aturan resmi adalah kesuksesan dan cara hidup gaya lama. Makanya, ketika ada orang yang melakukan BISNIS ONLINE dianggap sebagai pengangguran. Cari uang melalui internet di kalangan masyarakat kita masih dianggap aneh, bahkan mungkin dianggap mustahil. Padahal saat ini sudah merupakan kewajaran atau bahkan suatu keharusan. Dengan tanpa ragu sedikitpun maka saya katakan pada Bisma yang agung dan para pengikutnya: Bisma yang agung, dan wahai para pengikut Bisma, sekarang ini zaman telah berubah. Teknologi harus kita manfaatkan untuk kemakmuran hidup dan mencapai kesuksesan. BISNIS ONLINE adalah pilihan arif dan sangat menjanjikan untuk menggapai masa depan yang gemilang. Jangan tinggalkan dulu pekerjaan tradisionalmu. Tapi pelan dan pelajarilah dengan penuh keyakinan akan pekerjaan era kemajuan ini. Pekerjaan yang akan membebaskanmu dari kemacetan, stress, meninggalkan keluarga, dan hasil pas-pasan. Zaman telah berubah. Kini tinggal kau tentukan pilihan mau berada di pihak yang mana. Bersama Bisma dan masa lalunya. Atau bersama Basudewa Krisna dan Pandawa dengan harapan masa depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun