Top of Form
Disinilah aku lahir dan tumbuh besar, sebagai anak nelayan, keseharian disamping sekolah dan belajar, ikut bergelut dengan ikan, sebagai anak2 hanya pantai tempat aku bermain, berenang dan semuanya. Deburan ombak yang lembut dengan riaknya yang rendah, sungguh bagaikan alunan music yang sangat merdu, yang kami nikmati sehari-hari. Tak jarang setiap pulang sekolah aku dan kawan-kawan menikmati makan siang bersama di pinggir pantai, dihamparan pasir putih, di bawah pohon baharu yang rindang. Sungguh aku rindu ..!
Sekarang sebagian besar lapangan bola pasir yang luas tempat aku bermain bola, berkejar-kejaran dngan teman,membuat istana pasir, tempat para nelayan menjemur ikan tri beralaskan tikar pandan, hampr tidak ada. Hamparan pasir putih itu telah habis, baik karena kikisan ombak, maupun masyarakat yang membangun rumah di pinggir pantai, sungguh tak terawat, luput dari perhatian. Yah..., pantai bungus tak seindah dulu lagi..!
Tampaknya belum ada perhatian pemerintah setempat untuk mencegah pengikisan pantai oleh ombak maupun untuk menertibkan pembangunan rumah dipinggir pantai yang jelas merusak keindahan pantai itu sendiri, pada hal pantai bungus merupakan objek wisata yng potensial.
Waktu aku kecil, banyak sekali turis asing datang ke pantai bungus, artinya pantai bungus juga penyumbang devisa negara sejak lama, namun umpan balik untuk kemajuan negeri bungus dan pemeliharaan pantai bungus belum pernah ada ....!
Memang ironis ya, tidak untuk pantai bungus saja, berjibun objek wisata di ranah minang tidak mendapat perhatian yang selayaknya dari pemerintah dan atau pihak2 terkait, pada hal di banding Bali, sumatra barat atau yang lebih dikenal dengan Ranah Minang dengan keindahan alamnya dan keindahan budayanya kurasa tak kalah potensial..............!Bottom of Form
Ini adalah senja di pantai bungus, yang sekarang jarang dapat kunikmati, karena badan di rantau orang, sungguh aku rindu. Dahuluaku sering menikmatinya bersama kawan-kawan, biasanya di hari kamis, karena malamnya tidak harus pergi mengaji ke surau. Kami bermain seakan kami lah mahkluk paling bahagia di muka bumi, walaupun kami sadari kehidupanpara nelayan tidak semewah kehidupan anak2 di kota –kota besar. Pada bulan purnama, bahkan kami bermain di hamparan pasir putih hingga larut malam.
Ya, pantai bungus dan hamparan pasir putihnya yang menakjubkan, sekarang hampir tinggal kenangan, tak ada yang peduli, bahkan mungkin suatu hari pabila aku pulang, tak akan kutemui sebutir pasirpun, karena telah tenggelam di bawa ombak yang menerjang teluk bungus dari samudra hindia dengan ganasnya.
Aku berharap pemerintah atau instansi terkait akan segera menyadari kelalaiannya terhadap asset keindahan alam yang dihamparkan pantai bungus, semoga ..!
Top of Form
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI