Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama featured

Tarian Tradisional Membuat Bule-bule Ini Jatuh Cinta

10 Januari 2015   19:50 Diperbarui: 7 Agustus 2020   09:35 3457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.thejakartapost.com / Mbak Kaori Okado, wah gemulai sekali ^^

Kita semestinya harus lebih banyak bersyukur dapat bernafas di saat Indonesia sudah terbebas dari belenggu penjajahan (red: penjajahan fisik). Meski sekarang pun masih terus berjuang untuk melawan penjajahan yang lain: kemiskinan, kebodohan, kesengsaraan, ketimpangan sosial, korupsi dan tugas dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang lain.

Memang saat ini kita tak perlu ke medan perang dengan bambu runcing dan amunisi bara semangat berapi-api. Kita tak perlu juga menebusnya dengan tumpahan darah akibat peluru sang penjajah. Tidak. Bela negara seperti ini bukan cara kita lagi. Kita sudah merdeka dari urusan ini sejak 69 tahun yang lalu.

Lantas, apakah “perjuangan” sudah benar selesai? Tidak. Lihatlah berapa ratusan atau bahkan jutaan nyawa gugur dalam masa penjajahan. 350 tahun bukan waktu yang sebentar- jikalau usia harapan hidup saat itu hingga 70 tahun, sudah 5 generasi merasakan “pahit”nya penjajahan. 

Dulu, pahlawan merelakan hidupnya. Kalau bukan karena cintanya pada negeri, apa lagi? Semua karena cintanya demi generasi penerus yang diharapkan mampu membangun bangsanya sendiri.

Kemudian, Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah perjuangan untuk mencintai negerinya menjadi kewajiban semua warganya? Jawabannya: Jelas. Dari sejarah kita dapat belajar banyak hal. Jika sebelum kemerdekaan mencintai negeri ini dengan sebuah perjuangan ke medan perang. Saat ini mencintai bisa dilakukan dengan berbagai cara. Banyak cara mencintai negeri ini.

Salah satunya adalah melestarikan budaya kita sendiri khususnya tarian tradisional. Ya, menurut wikipedia jumlah tarian tradisional yang berkembang di Indonesia berjumlah sekitar lebih dari 3.000 tarian. Bisa dibayangkan betapa beragamnya gerakaan yang ada dengan kekhasan daerah masing-masing. Ya, tidak diragukan lagi. Sebagaimana Aceh punya Tari Saman, Padang punya Tari Piring,  di Jakarta ada Tari Ngaronjeng, Jaipong Jawa Barat, Gambyong Jawa Tengah, Sampai Tari Yospan di pulau paling ujung timur, Papua.

Tak hanya berhasil membuat jatuh cinta rakyatnya kepada negeri sendiri. Tarian Indonesia pun berhasil mengambil hati orang-orang di luar Indonesia.  Apa kita harus menyalahkan orang asing yang ingin belajar budaya kita? Jawabannya: Tidak boleh melarangnya! justru mereka yang “benar-benar” jatuh cinta dan kita harus belajar kepadanya?

Berikut adalah orang asing yang berhasil jatuh cinta pada Tari Daerah Indonesia:

1. Kaori Okado

Dari namanya pun pasti sudah banyak yang bisa menebak dari mana wanita cantik ini berasal. Negeri bunga sakura, Jepang. Tarian jawa benar-benar membuat hatinya tergerak untuk lebih mendalami gerakannya. Sebagai orang Indonesia, mungkin kalian harus iri pada wanita ini. 

Kenapa? Karena banyak tari Jawa yang sudah dikuasainya, antara lain tari Karonsih, Gambyong Mangkunegaran, Srimpi Pandelori, Srimpi Moncardan lainnya. Oya, untuk membacanya artikel yang lebih lengkap ternyata kompasianer "MbakSarie "pun sudah pernah ada yang menulis tentangnya. Silakan cek disini (Gatotkaca dari Jepang)

http://www.thejakartapost.com / Mbak Kaori Okado, wah gemulai sekali ^^
http://www.thejakartapost.com / Mbak Kaori Okado, wah gemulai sekali ^^
2. Camille Guaty

Siapa sangka budaya Indonesiapun berhasil membuat aktris dalam serial “Prison Break” asal California ini benar-benar jatuh hati. Bahkan ia rela tak dibayar dalam pementasan Wayang Orang dalam lakon Gatotkaca Kembar yang disutradari Mirwan Suwarso. Dalam pementasan tersebut, ia memainkan peran Dewi Batahari Durga. Meski mendapatkan kendala saat belajar tari jawa, tak membuatnya patah arang.

kapanlagi.com/ tetap tersenyum saat latihan ^^
kapanlagi.com/ tetap tersenyum saat latihan ^^

3. Junko Morishima

Jujur, nama ini saya temukan dari kompasiana. Yup, kompasianer Mbak Sita dalamartikel-nya pernah membahas Penari Bali asal Jepang ini. Sudah belajar menari tarian Bali sejak 2003 dan meskipun sudah memiliki anak, tekatnya menari tak kunjung reda. Seperti orang yang jatuh cinta pada pasangannya dengan tulus, usia pun tak akan menuakan kecintaannya.

 

4. Anouk

Melalui Darmasiswa, yaitu program beasiswa yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia kepada warga negara asing yang ingin mempelajari seni dan budaya Indonesia. Anouk berhasil menapaki kakinya di Indonesia. Wanita yang berasal dari Belanda ini bahkan mengakui bahwa tinggal di Indonesia khususnya Yogya membuatnya kerasaan. Tak hanya pandai menari Jawa, ia pun menguasai tari Sunda dan Cirebon.

tabloidnova.com/ Tari Jawa- Muka Belanda :)
tabloidnova.com/ Tari Jawa- Muka Belanda :)
5. Ivana

Tanah kelahirannya adalah Serbia. Wanita ini pertama jatuh cinta pada tari Bali yang dia pelajari di Kedutaan Indonesia di negaranya. ISI Surakarta adalah tempatnya jatuh cinta pada tarian jawa.

Itu adalah beberapa yang tersebut namanya. Kalau kalian pernah mencari di youtube ada banyak orang asing yang menari tari daerah kita. Ya, sebagai orang Indonesia sudah sepatutnya kita berbangga karena ternyata budaya kita berhasil membuat “bule” jatuh cinta. 

Namun, apa rasa bangga sudah cukup? Lebih baik lagi adalah kita mau ikut belajar seperti mereka. Jangan malu untuk mempelajari tradisi budaya negeri sendiri. Kalu bukan kita siapa lagi? Jangan sampai ketinggalan, orang asing saja berbondong-bondong mempelajari kesenian kita, diam saja? Menunggu  diakui negeri orang? Lalu baru ribut.

Saya yakin, banyak anak muda negeri ini  yang "sebenarnya" mencintai budaya mereka. Ya, tulisan ini pun semoga bisa menjadi motivasi untuk generasi muda- bahwa mempelajari tradisi tidak akan membuat menjadi kuno. Memang saat ini arus budaya luar mengalir cukup deras- hal ini akan membahayakan untuk generasi yang tidak memiliki penyaring dan akhirnya cuma ikut-ikutan. 

Ayo, mulailah peka dengan negeri sendiri. Tugas kita mencintai dan membela negeri ini bisa dengan menari atau yang paling mudah adalah mengapresiasinya. Ya, ini pun menjadi catatan untuk apa yang akan saya lakukan.

14208681871416216769
14208681871416216769

Salam cinta budaya,

Listhia H Rahman


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun