Mohon tunggu...
lady day
lady day Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru Taman Kanak-kanak yang sedang menyiapkan S2 di UTHM Johor-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wayang dan Keroncong di Negeri Malaya

23 November 2009   08:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:13 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Festival keroncong makum 2009”itulah spanduk besar yang saya lihat ketika memasuki pintu gerbang kampusku Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) Johor Baharu Malaysia 2 hari yang lalu.Saya terkejut membaca spanduk itu, seingat saya keroncong hanya dimainkan di Indonesia, ini malah festivalnya dibuat di negeri yang dipimpin oleh Perdana Menteri Datuk Najib ini.

Saya jadi teringat pada hari raya Idul fitri lalu, saya diundang menghadiri “rumah terbuka” (open house hari raya) oleh teman kampus saya warga Malaysia. Betapa terkejutnya saya pada waktu itu ketika memasuki rumahnya yang dipenuhi dengan ornament jawa, mulai dari wayang kulit dipajang didinding, foto keluarga dari kakek dan neneknya dengan pakaian batik jawa dan berbagai perhiasan kuningan yang dipajang di dalam lemari kaca di ruang tamunya itu.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah teman saya itu, saya juga melihat bentuk rumah dan lingkungannya mirip seperti rumah-rumah di jawa. Malah ada sebuah aula terbuka yang tertulis di plang depan bangunan itu “Padepokan Suroboyo”. Aku bingung ini Malaysia atau Indonesia?

Kebingungan saya itu terjawab ketika emak teman saya mulai tanya asal usul saya. Wanita setengah baya berpakaian melayu yang dipanggil emak oleh teman saya itu langsung sumringah setelah mengetahui saya dari Indonesia.

“Kamu dari Indonesia, dimananya?” tanya wanita itu

“Saye daripada Medan makcik, tapi atuk saya daripada semarang, jawa tengah” saya menjawab dengan logat melayu, maklumlah saya tinggal dengan teman Malaysia, jadi sehari-hari mulai terbiasa memakai bahasa melayu.

“Ooooo, wong jowo to” wanita itu langsung menganga mulutnya, sepertinya dia senang kalau saya sebut saya orang jawa.

“Kenape makcik?” tanya saya keheranan

“Alah, ojo makcik, panggil aku mak”, jawabnya

“Aku iki wong jowo juga, podo karo koe” jawabnya lagi

Ternyata teman saya ini orang jawa, saya sempat dikenalkan juga dengan mbahnya bernama Sumarto, ayah mbah sumarto itu dulu datang pertama sekali dari Jawa Timur ke Johor sekitar tahun 40-an. Mereka datang untuk mencari penghidupan di Malaya bersama dengan ratusan orang Jawa lainnya. Sekarang mereka sudah menjadi warga Negara Malaysia, walaupun demikian Mbah sumarto bilang kalau masih ada saudaranya di Jawa.

Senada dengan cerita orang Jawa, Prof Madya Tono Saksono, dosen saya di kampus UTHM Johor, berasal dari Jogjakarta yang menjadi dosen tamu di kampus kami, telah diundang oleh Pak Miskun, seorang seniman kebudayaan Jawa di wilayah Parit Raja, Johor Malaysia. Pak Miskun adalah orang Malaysia keturunan orang Ponorogo yang sangat “gagah berani” ingin melestarikan kebudayaan nenek moyangnya. Menurut Prof Madya Tono, Pak Miskun menjelaskan bahwa 75% penduduk di sekitar pedepokannya adalah orang-orang Jawa yang beragam.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga atau yang disebut Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. (http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang)

Namun, akankah kita menyalahkan Pak Miskun? Tentu saja tidak! Kita harus bangga bahwa masih ada seorang yang begitu kuat rohnya untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan nenek moyangnya, begitu kata Prof Madya Tono.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun