Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nonton Wayang

27 Februari 2018   20:09 Diperbarui: 27 Februari 2018   20:16 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(doc. www.kraton.com)

Rintik hujan awali malam, mendung gelap penuh kelap,  diselingi kilatan cahaya malam,  semakin malam serasa seram

Lamat terdengar irama gamelan,  laksana malam dalam pertunjukan,  ataukah mungkin orang hajatan,  dengan tetabuan yang memecah keheningan

Semakin dekat kaki ini melangkah,  irama gamelan kian menggemah,  merdu dengan lengkingan kidung sinden yang bersahutan.

Nampaklah pada panggung pertunjukan wayang,  dibalik layar yang berbayang,  kutatap tajam setiap bayangan,  ku reka dan ku kenali sederat nama wayang dipertontonkan

Dalam bayang sukmaku serasa turut melayang,  akan hidup setiap insan,  manusia laksana wayang,  setiap saat si mainkan setelah itu dibaringkan,  dalam kotak penuh kegelapan

Wayang pasrahkan raganya pada dalang,  Sang Penguasa pada layar berbayang,  kadang ada tuk berperang,  kadang tampil tuk ungkapkan sayang

Bila dalang berkehendak turunkan wayang,  semua tinggal cerita dibalik layar berbayang,  hanya wayang perkasa yang terakhir menghilang  dalam keremangan disertai asap kemenyan

Cirebon,  27022018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun