Suatu ketika di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW melihat seorang wanita sedang memaki-maki budaknya. Melihat kejadian itu, Nabi meminta salah seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan menghampiri wanita tadi.
Lalu Nabi mengulurkan makanan kepada wanita itu dan berkata, ”makanlah”. Wanita itu menjawab, ” saya sedang berpuasa”.
Nabi berkata lagi, ”ayo makanlah”. Wanita itu menjawab lagi , ”ya Nabi, saya sedang berpuasa”.
”Bagaimana mungkin engkau berpuasa, kalau engkau berkata buruk seperti itu?”, sergah nabi.
Kemudian nabi bersabda kepada sahabatnya : ”Kam Min Sho-Imin Laisa Lahu - Min Shiyaamihi Illal Ju-’u Wal ’Athsyu”,Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majjah)
Pernyataan nabi tersebut tentu harus menjadi renungan kita bersama. Artinya banyak diantara kita, umat nabi Muhammad yang puasanya sia-sia, yang tidak mendapatkan pahala dari puasa tetapi hanya merasakan lapar dan dahaga. Kenapa?
Karena sesungguhnya hakekat puasa adalah pengendalian diri (self control) dari perbuatan sia-sia dan perbuatan munkar.
Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)
Berkenaan dengan pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan, yaitu :
1. Golongan pertama disebut SHAUMUL ’AWAAM atau puasanya orang awam.