Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dimanakah Mesti Berqurban ?

9 September 2016   23:45 Diperbarui: 2 Oktober 2018   22:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa jadi… pada hari raya qurban tahun ini keluarga kami bakalan mendapat bagian daging kambing lagi dari panitia qurban, lebih dari 3 kilogram. Ya, sama seperti tahun-tahun lalu. 

Padahal daging sebanyak itu tak akan habis kami makan sekeluarga selama seminggu. Tentu untuk menghindari ancaman kolesterol darah. Lalu satu kilogram daging kami bagikan lagi ke tetangga yang ekonominya pas-pasan. Ehhh… dia menolak. Alasannya ia sudah terima dari panitia qurban daging, buanyaaak sekali, katanya. Dia sendiri bingung bagaimana memasaknya, kan bumbunya pakai uang juga? Darimana?

Tahun lalu juga, di masjid Istighlal Jakarta, beberapa orang yang telah mendapat daging dari panitia qurban segera menjualnya kepada pengumpul daging yang berada diseputaran masjid. Ketika ditanya “kenapa dijual bu?” Si ibu itu menjawab santai, “saya lebih butuh uang pak, bukan daging. Memasak daging aja pakai uang, saya gak punya.”

Dari fenomena ini saya merenung. Apa sesungguhnya hakekat dan makna qurban?  Apakah cukup dengan menyembelih hewan, lalu dagingnya kita nikmati bersama tetangga dan kerabat? Ataukah daging hewan qurban kita bagikan kepada masyarakat yang tidak mampu, yang jarang sekali makan daging? Ya... berbagi kebahagiaan dengan kaum dhuafa.

Pesta daging kambing pada hari raya qurban seperti di komplek perumahan kami rasanya banyak mubazirnya, karena tidak terlalu membuat bahagia. Membagikan daging kepada kaum dhuafa seperti di masjid Istighlal juga kurang efektif, karena menguntungkan pengusaha daging.  Lalu... dimanakah mesti berkorban?

Beberapa lembaga sosial Islam membantu mendistribusikan daging qurban hingga menjangkau kaum papa yang berada di pelosok. Tak hanya mengenai distribusi hewan kurban, tetapi juga sembari memberdayakan ekonomi peternak lokal.  Lembaga sosial itu antara lain adalah: Tebar Hewan Qurban Dompet Dhuafa, Baitul Maal Hidayatullah, ACT (Aksi Cepat Tanggap), dan Yayasan Al Azhar Peduli Umat.

Program lembaga sosial qurban ini mendistribusikan daging hewan qurban ke daerah-daerah pedalaman dan terpencil, rawan gizi, dan terbelakang, serta di daerah bencana alam atau kerusuhan dari Aceh hingga Papua, di antaranya: wilayah bencana Merapi, Mentawai, Simeulue, NTT, NTB, dan lainnya.
Program ini juga menyalurkan hewan kurban ke mancanegara yang memiliki penduduk muslim minoritas dan sering mengalami konflik kemanusiaan, seperti Filipina, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Timor Leste.

Oh… alangkah indahnya bila bukan hanya sekedar membagikan  "daging hewan qurban" kepada kaum dhuafa di pinggiran kota dan di pelosok-pelosok desa, tetapi sekalian membagikan "daging kurban beserta bumbu dan kelengkapan memasaknya", atau bahkan "daging yang telah dimasak"  Mereka tinggal menyantapnya. Tak perlu susah-payah membeli bumbu yang butuh uang, yang belum tentu mereka punyai, dan tak perlu susah payah memasaknya, yang belum tentu mereka punya peralatan memasaknya.

Semoga para lembaga sosial penyalur qurban bisa mewujudkannya. amin.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. Al Kautsar 1-2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun