Resi Wisrawa
Salah satu cerita pewayangan yang memuat ajaran budaya spiritual Jawa adalah Babad Lokapala yang didalamnya terdapat ajaran tentang “ilmu” yang disebut dengan nama Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Sastra = tulisan, kitab atau bisa juga disebut “ilmu”.
Jendra = raja ( Gusti) yang dapat pula diartikan sebagai Yang Maha Agung.
Hayuningrat dari kata “rahayu” yang berarti selamat, dan “ing Rat” yang berarti alam semesta.
Pangruwating = mengubah.
Diyu = raksasa, yang dapat diartikan sebagai angkara murka, sifat buruk dan kebiadaban.
Sastra Jendra ini dapat dikatakan sebagai sebuah ajaran “ilmu” dari Yang Maha Agung untuk menuju keselamatan manusia dan alam semesta dengan mengubah watak angkara menuju kebaikan, mengubah watak biadab menjadi beradab.
Dalam cerita Babad Lokapala, diceritakan bahwa Resi Wisrawa mengikuti sayembara untk merebut Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali dari Kerajaan Alengka, demi untuk putranya yang bernama Danaraja. Oleh Ditya Jambu Mangli, paman Dewi Sukesi yang diam-diam juga menaruh hati pada keponakannya, niat Resi Wisrawa ini dihalang-halangi. Sehingga terjadilah perang tanding, yang mana akhirnya Ditya Jambu Mangli ini berhasil dikalahkan dengan badan yang hancur.
Setelah berhasil mengalahkan Ditya Jambu Mangli, Resi Wisrawa masih harus memberikan wedaran ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu kepada Dewi Sukesi sebagai syarat menerima lamaran untuk putranya Danaraja. Namun sayang ketika sedang memberikan pelajaran “ilmu” secara berdua, keduanya tergelincir dan terperosok ke dalam perzinahan, sehingga niat yang suci demi melamarkan untuk putranya itu menjadi gagal total.
Resi Wisrawa harus menikahi Dewi Sukesi yang telah berbadan dua akibat godaan nafsu birahi, dan diusir dari Alengka maupun Lokapala. Dewi Sukesi kemudian melahirkan tiga bayi yang berwujud raksasa, yaitu Dasamuka (Rahwana), Kumbakarna dan Sarpakenaka. Tak berapa lama kemudian Dewi Sukesi hamil lagi dan melahirkan seorang bayi, yang berwujud manusia, yang kemudian diberi nama Gunawan Wibisana.
Dalam pandangan spiritual Jawa, tokoh Rahwana ini merupakan lambang dari nafsu amarah, nafsu angkara murka (nafsu merah yang bertempat di darah, merupakan anasir api). Kumbakarna ini lambang dari nafsu manusia akan kesukaan hidup enak dan malas, nafsu memanjakan perut (nafsu hitam yang bertempat di daging manusia, merupakan anasir tanah) . Sarpakenaka itu sebagai lambang nafsu atau hasrat seksual, nafsu kelamin (nafsu kuning yang bertempat di sungsum manusia, merupakan anasir air). Sedangkan Wibisana yang berwujud manusia atau satriya itu melambangkan kesucian (nafsu putih yang bertempat di pernafasan, yang merupakan anasir angin)
Resi Wisrawa akhirnya akan mampu benar-benar menguasai ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu kelak jika sudah berhasil mengalahkan nafsu-nafsunya, termasuk nafsu putihnya sendiri. Yang pada waktu itu kemudian Sang Resi akan mokswa, meninggal dengan sempurna kembali ke sang Pencipta-Nya.