Papan petunjuk arah di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, untuk memudahkan para tamu Desa Wisata ini menelusuri kawasan desa. Desa Panggungharjo berhasil menjadi Desa Terbaik Tingkat Nasional tahun 2014. Foto: tembi.net
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Tahun 1980, Iwan Fals merilis lagu Surat dari Paman di Desa. Iwan menggambarkan, betapa tak berdayanya warga desa menghadapi kekuasaan yang menggusur sepetak tanahnya. Kini, pemerintah mengajak warga desa agar membangun desa untuk memandirikan desa.
Salah satu wujud ajakan pemerintah adalah dengan mengalirkan dana dari pusat ke desa. Mulai April 2015, diperkirakan dana desa senilai Rp 1,4 miliar untuk tiap desa, sudah bisa dicairkan. Dana yang besar itu, tentu harus dikelola perangkat desa dengan seksama, demi kemajuan warga desa, demi kemandirian desa yang bersangkutan.
Diharapkan, dengan dana itu, desa memiliki kekuatan untuk menggerakkan roda ekonomi setempat. Bagaimana mengelola dana desa itu, ke sektor apa dana desa itu dialirkan, bagaimana mengontrol aliran dana, serta bagaimana mengukur efektivitasnya, adalah sejumlah catatan yang hendaknya dicermati agar dana senilai Rp 1,4 miliar itu benar-benar bermanfaat bagi kemajuan desa.
Memahami Potensi Desa
Tiap desa tentulah memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka, mulailah dengan menginventarisir kelebihan dan kekurangan tersebut. Dari situ akan ketahuan, apa sebenarnya potensi desa yang bersangkutan. Potensi apa yang sudah mulai dikembangkan dan potensi apa yang belum dijamah. Peta potensi desa ini akan membantu perangkat desa untuk merencanakan penggunaan dana desa tersebut.
Kita ambil contoh Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Salah satu potensi desa ini adalah sebagian besar warganya memiliki keahlian membuat permainan tradisional, mulai dari othok-othok, bedhil-bedhilan, egrang, dan mainan tradisional lainnya. Ketika trend masyarakat bergeser dari mainan tradisional ke mainan pabrikan, pembeli menyusut. Pengrajin mainan pun berkurang. Sebagian warga kehilangan pekerjaan yang sudah dilakoni bertahun-tahun.
Wahyudi Anggoro Hadi, sang kepala desa, tak hilang akal. Pria yang masih menempuh pendidikan Strata II di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD-APMD) Yogyakarta ini terpilih melalui pemilihan kepada desa (Pilkades) tahun 2012. Dengan kreatif, ia bersama perangkat desa, merumuskan strategi. Potensi Panggungharjo sebagai desa sentra mainan, ia nilai masih berpotensi untuk dibangkitkan. Selanjutnya, Komunitas Pojok Budaya menjalin kerjasama dengan Kelompok Bermain Among Siwi menyelenggarakan Festival Dolanan Anak selama tiga hari, 29 November-01 Desember 2013. Festival ini sekaligus untuk mengukuhkan Desa Panggungharjo sebagai Desa Wisata Dolanan Anak.
Itu hanya salah satu contoh, bagaimana Desa Panggungharjo mengelola potensi desanya secara kreatif. Masih ada sejumlah potensi lain di desa ini, yang berhasil mereka olah dengan positif. Atas kesungguhan perangkat desa bersama warga mengelola kemandirian desa mereka, Desa Panggungharjo berhasil menjadi Desa Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2014. Desa ini mendapatkan penghargaan Adikarya Bhakti Praja dan dana simultan untuk pembangunan desa.