Mohon tunggu...
Anggi Irawan
Anggi Irawan Mohon Tunggu... peneliti -

Saya penikmat fotografi-travelling-dan dunia etnografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang Postmodern "Sentilan Kocak ala Wayang kampung Sebelah"

23 Desember 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305160" align="alignleft" width="300" caption="Pementasan Wayang kampung Sebelah"][/caption] Tipukan jimbe dipadu dengan tiupan saxopon disertai hentakan drum dan alunan melodi gitar membungkus suasana malam di pelataran RRI Semarang menjadi hangat di tengah guyuran hujan. Mereka "Wayang Kampung Sebelah" yang dikomandoi Ki Jelitheng Suparman mulai mementaskan kesenian panggung yang "tidak umum".
Sekelompok seniman solo yang telah malang melintang di dunia kesenian mencoba meng
hentak di ibukota Propinsi Jawa Tengah dengan sebuah seni pertunjukkan di panggung 4x6 meter. Tanpa menghilangkan identitas ke-jawa-an perangkat kendang turut serta bersanding dengan peralatan musik modern mewarnai alunan suara pembuka dari pagelaran wayang. Sebuah pagelaran yang sarat kritik sosial yang sering dicekal di beberapa wilayah ini, dengan konsisten selalu menyampaikan sindiran dan kritik yang tajam terhadap berbagai penyimpangan atau kebobrokan oleh para elit yang menyengsarakan warga. Semua itu dikemas di dalam berbagai adegan yang penuh humor sehingga suasana pertunjukan menjadi segar
Ki jeliteng mengungkapkan penciptaan wayang ini berangkat dari keinginan membuat format pertunjukan wayang yang dapat menjadi wahana mengangkat realitas kehidupan masyarakat secara lugas dan bebas tanpa harus terikat norma-norma estetik yang rumit seperti wayang klasik.

Tokoh-tokoh wayang yang disampaikan sangatlah berbeda, “wayang postmodern” saya coba menyebut pagelaran ini. Tokoh nyata seperti penarik becak, bakul jamu, preman, pelacur, pak RT, Pak lurah, sampai pejabat tinggi tingkat pemerintah kota dihadirkan dalam pagelaran ini.
Pementasan yang tidak didominasi oleh dalang, pemain musik di panggung hingga penonton menjadi bagian dari pementasan. Kala itu pementasan dimulai pukul 9 malam, dan berakhir tepat pada tengah malam.
Terpingkal-pingkal para penonton menyaksikan wayang kali ini dengan tema “tragedi jual beli mimpi”. Pementasan kali ini mengangkat tema tentang Keluarga berencana, karena kali ini BKKBN yang nanggap pentas wayang. Format sosialisasi KB dengan media macam ini lumayan efektif, dan tidak membosankan.
Berbagai tokoh yang unik dan lucu serta dialog dengan campuran bahasa jawa-indonesia, bahkan sesekali bahasa inggris menjadi hidangan para penonton yang hadir.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan cerita yang berbeda, Ceritanya benar-benar menunjukkan kehidupan kontemporer kita sekarang ini. Cerita-cerita dalam wayang gubahan ki jelitheng ini terkesan tanpa pakem, atau lebih tepatnya tidak mengikuti pakem wayang konvensional. Namun inilah yang menarik, saya seperti menunggu sebuah letupan-letupan, menunggu hal-hal baru yang ditontonkan melalui tokoh-tokoh yang unik.
Tema KB yang disampaikan beberapa tokoh mulai dari dukun bayi, pak lurah, hingga pemabuk ditutup dengan hadirnya tokoh-tokoh tenar, seperti Rhoma Irama, Inul Daratista muncul dengan adegan-adegan kocak, seperti inilah letupan segar yang ditunggu penonton.
Pagelaran dihadiri penonton mulai dari kalangan orang tua, remaja, bahkan anak-anak, menunjukkan pagelaran semacam ini cukup menjanjikan sebagai sarana penyampaian pesan di tengah masyarakat yang sudah selangkah lebih maju dari kata modern, yakni jaman postmodern yang menunjukkan kelatahan manusia. Kelatahan ini ditangkis oleh ki jeliteng dan kelompoknya dengan ide segar yang mampu menampar fenomena yang melenceng pada jaman kini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun