Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesona Wayang Orang Bharata di Tengah Gemerlap Kota Jakarta

6 Januari 2013   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 3361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_218723" align="aligncenter" width="601" caption="punakawan yang bikin gerr"][/caption]

Akhirnya setelah sekian lama, kemarin malam terwujud sudah cita-cita sederhana saya nonton wayang orang Bharata.  Entahlah, untuk hal yang satu ini segala rayuan maut sudah sering saya keluarkan, namun saya tak kunjung jua mendapat partner menonton. Rata-rata teman saya berpendapat kalau nonton wayang orang secara langsung itu buang-buang waktu saja, tidak mudeng ceritanya dan bikin orang mengantuk. hiks jadi sedih deh, mau menonton sendri juga nggak berani karena lokasinya jauh dari tempat saya tinggal dan pementasan berakhir lepas tengah malam...hiii serem kalau harus pulang sendirian. Ups..kenapa jadi curhat ya hihihih.

[caption id="attachment_218725" align="aligncenter" width="300" caption="jenazah sembadra hendak dilarung"]

13574800861426763407
13574800861426763407
[/caption]

Setelah sepakat dengan dua orang sahabat, kami pun memutuskan untuk menonton pementasan Wayang Orang Bharata, Muji teman saya yang sudah beberapa kali menonton mengingatkan agar kami reservasi tiket terlebih dahulu karena khawatir tidak mendapat tiket. Saya agak tidak percaya juga kalau tiket wayang orang bisa terjual habis, yang ada dalam benak saya adalah pasti sepi penonton.

Sabtu malam sekitar pukul 20.00 kami sudah tiba d lokasi, Wayang orang Bharata (Bhawa Rasa Tala) yang bermarkas di jalan kalilio 15 Senen Jakarta pusat, sekitar seratus meter jaraknya dari terminal pasar senen. Berdasarkan informasi yang saya baca sebelumnya, WO Bharata rutin pentas setiap hari sabtu pukul 20.00 WIB. Saya yang datang bersama sahabat saya indri tersenyum geli karena bayangan suram akan tempat pementasan kesenian tradisional dalam benak kami tidak terbukti. Gedung yang dipakai terawat dengan baik. Setelah membayar tiket yang sudah kami reservasi sebelumnya, kami pun masuk ke dalam teater (ah ternyata benar Muji, tiketnya sold out cynn...hihihi salut)

[caption id="attachment_218729" align="aligncenter" width="637" caption="akhirnya gatotkaca dan antasena nggak jadi missunderstanding ^^"]

1357480335117491985
1357480335117491985
[/caption]

Sesampainya di dalam, saya pun tersenyum senang karena ruangan terasa sejuk ber AC, dan kursipun nyaman walaupun tidak seempuk kursi bioskop, saya rasa itu sebanding dengan besaran tiket 50.000 yang kami harus keluarkan untuk kelas utama ini, untuk VIP sendiri harganya 60.000 dan kelas festival (duduk di balkon) sebesar 40.000. Atas informasi dari muji, saya pun jadi tahu kalau disini kita bisa memesan ketoprak, es teh atau makanan lainnya selama pertunjukan berlangsung ...ahahaha...asyiknya makan sambil nonton.

Beberapa menit lagi pertunjukan akan dimulai, indri pun bertanya kepada saya bahasa apa yang akan digunakan para wayang, dan dengan mantapnya saya jawab bahasa jawa, dia pun hanya bisa nyengir karena saya tahu persis kemampuan bahasa jawanya (hahaha...sori cynnnn). Namun kekhawatiran tidak akan mengerti karena bahasa pengantar yang kurang dipahami sirna sudah, dalam setiap babak adegan disampaikan informasi berupa running text tentang apa yang sedang terjadi dalam bahasa Indonesia. Sehingga orang-orang yang tidak memahami bahasa jawa pun tetap tahu alur cerita yang sedang dimainkan.

Sabtu kemarin lakon yang dimainkan adalah Sembodro larung, adegan demi adegan saya simak dengan serius dan sesekali ikut rengeng-rengeng kalau saya tahu tembangnya hehe. Dari adegan pembuka pasukan kurawa dan patih sengkuni yang mencari keberadaan Burisrawa yang menghilang, hingga burisrawa yang tengah galau karena cinta bertepuk sebelah tangan kepada sembadra sampai dengan gara-gara nya punakawan yang menghibur, juga proses pelarungan jasad sembadra hingga dihidupkan kembali oleh antasena, pokoknya bagus menurut saya.

[caption id="attachment_218732" align="aligncenter" width="664" caption="sembadra ditemukan sudah meninggal oleh srikandi"]

13574806712145687038
13574806712145687038
[/caption]

Dan yang membuat saya lebih bersemangat menonton pertunjukan sampai akhir adalah keberadaan penonton yang mengisi penuh hampir semua kursi, tak hanya orang-orang tua seperti dalam bayangan saya, namun juga anak-anak kecil dan remaja yang kebanyakan datang bersama keluarga mereka. Semua antusias melihat dan sesekalli bertepuk tangan ketika adegan berganti. Para orang tua yang membawa anaknya tak segan untuk menjelaskan siapa tokoh yang sedang tampil dan adegan apa yang sedang dimainkannya, sampai tancep kayon sekitar pukul 00.30.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun