Mohon tunggu...
Ifdol Lusyarif Muhammad
Ifdol Lusyarif Muhammad Mohon Tunggu... -

Keterbatasan merupakan cara tuhan melatih kita agar menjadi lebih kreatif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komodifikasi Pagelaran Budaya Wayang pada TV Nasional

10 Juni 2013   20:50 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berdasarkan KBBI, komodifikasi memiliki arti pengubahan sesuatu menjadi komoditas (barang dagangan) yang dapat diperjual belikan. Dalam hal ini berarti yang menjadi objek komodifikasi adalah pagelaran budaya wayang yang dilakukan oleh media. Dengan demikian ada perubahan yang dilakukan pada pagelaran wayang itu sendiri yang bertujuan agar pagelaran budaya wayang itu memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini membuat budaya tidak lagi dipandang dari aspek sentimental, tetapi juga sudah dinilai dari asek ekonomi.

Tarsoen Waryono (2008) dalam makalahnya yang disampaikan pada Saresehan Budaya Wayang Kulit, 8 Agustus 2008 di KBRI Berlin Jerman, menuliskan bahwa Wayang diartikan sebagai bayang (bayangan), sehingga memiliki dua makna yaitu:

1.Bayangan yang ditonton (dilihat dari belakang layar).

2.Melihat bayanganperilaku kehidupan manusia yang memberikan pemahaman antara perilaku yang baik dan buruk.

Pada akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000, salah satu stasiun televisi swasta sukses menayangkan sebuah program acara yang dikemas sebagai program komedi situasi dengan nama “Ketoprak Humor”.ini menampilkan panggung ketoprak dalam kemasan yang lebih populer sehingga acara tersebut tidak hanya disukai oleh penonton berlatarbelakang budaya jawa, melainkan juga menjadi favorit pemirsa hampir di seluruh tanah air

Trend yang tidak jauh berbeda berkembang sekitar sepuluh tahun kemudian dengan munculnya program acara “Opera van Java”. Acara ini dikemas dengan menghadirkan setting pagelaran wayang lengkap dengan dalang dan sinden ke layar televisi, dan tentu saja dengan modifikasi yang jauh berbeda dari pakem sebuah pagelaran wayang yang sesungguhnya. Dalam hal ini OVJ dan ketoprak humor berarti masuk pada makna wayang yang kedua seperti yang diungkapkan Tarsoen Waryono.

Salah satu acara televisi yang saat ini memiliki rating yang tinggi adalah acara komedi “Opera van Java” (OVJ).Berdasarkan data AGB Nielsen (ALL), Rabu, 28 Maret 2012, Opera Van Java episode “Panas Dingin Award” memuncaki rating dengan TVR 5,6 dan share 20,3. Episode tersebut merupakan episode khusus karenamenjadi parody terhadap acara Panasonic Gobel Award (PGA) 2012. Rating yang diiperoleh OVJ pada tersebut tentu saja luar biasa karena mampu melampaui rating PGA sendiri. Pada episode-episode lainnya, OVJ juga selalu memperoleh raihan rating yang tinggi, sehingga mampu memposisikan diri sebagai program komedi terfavorit dalam beberapa tahun terakhir ini.

Menurut mosco (dalam Nasrullah, 2012), komodifikasi yang dilakukan oleh media itu ada tiga bentuk komodifikasi, yaitu :

1.Komodifikasi Content (isi)yaitu perubahan yang dilakukan pada sektor isi. dalam hal ini komodifikasi yang terjadi pada pagelaran wayang yang dilakukan oleh media antara lain; wayang kulit yang dianggap kurang interaktif dan kurang menghibur serta masih menggunakan bahasa jawa dirubah menjadi wayang orang (Ketoprak Humor & OVJ), namun dalam Ketoprak Humor masih tetap mempertahankan bahasa jawa.

2.Komodifikasi Khalayak yaitu dimana khalayak itulah yang menjadi komoditas utama. Dalam dunia pertelevisian, rating ibaratnya adalah dewa. Khalayak disuguhi hiburan gratis melalui TV, program dengan jumlah penonton yang tinggi akan sangat mempengaruhi rating dan share program itu sendiri dimana hal tersebut akan sangat mempengaruhi minat sponsor yang merupakan sumber pemasukan terbesar bagi media.

3.Komodifikasi labour (pekerja). Dalam hal ini berarti khalayak selain menjadi konsumen suatu program acara, secara tidak sadar mereka telah ikut andil dalam mentransformasikan informasi kepada masyarakat yang lain. Realitas yang seringkali terjadi adalah transformasi infromasi melalui jejaring sosial yaitu melalui share status, gambar atau bahkan video tentang suatu program acara yng mereka tonton di TV.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya komodifikasi tersebut antara lain Wayang kulit diangap kurang menjual, kurang interaktif dan tidak bersifat universal karena menggunakan bahasa jawa, sehingga diperlukan beberapa perubahan untuk mendongkrak nilai jualnya.

Namun tindakan komodifikasi yang dilakukan oleh media ini menimbulkan sisi positif dan negatifnya juga.

Sisi positif

1.Komodifikasi isi seperti yang dilakukan pada OVJ lebih mampu menghibur masyarakat jika dibandingkan budaya wayang kulit itu sendiri. Hal itu dapat saya lihat dari pagelaran wayang kulit yang diadakan pada acara pagelaran budaya nusantara di Universitas Tribhuwana Tunggadewi pada tanggal 7 juni 2013 kemarin, pada saat acara pagelaran wayang kulit banyak penonton dari kalangan remaja dan mahasiswa meninggalkanlokasi pertunjukkan dengan alasan kendala bahasa dan kurang menghibur. Sementara pemandangan yang sangat kontras terjadi saat pertunjukkan OVJ Tour Malang yang berlangsung di gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang beberapa waktu silam, dalam acara pertunjukkan tersebut penonton terlihat sangat terhibur sekali dan mereka rela membayar tiket yang harganya cukup mahal.

2.Tingkat Rating dan Share yang tinggi membuat banyak perusahaan tertarik untuk mensponsori acara OVJ dan membuat pemasukan mereka semakin tinggi.

3.OVJ menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat.

Sisi negatif.

1.Dengan adanya komodifikasi tersebut OVJ lebih menonjolkan sisi hiburannya daripada nilai budayanya sehingga dikhawatirkan nilai budaya dalam acara tersebut akan semakin luntur. Padahal Opera Van Java pada awal penayangannya berkomitmen untuk tidak hanya menghibur tapi juga memberikan pendidikan melalui cerita-cerita rakyat yang disajikan (Astuti, Indri ,2010).

2.Membawa budaya lokal ke layar televisi dan meramunya menjadi sebuah tontonan yang segar terbukti mampu menarik perhatian pemirsa. Namun terkadang ramuan tersebut menjadi tidak proporsional. Sering terjadi para pekerja kreatif terlena dengan popularitas yang dicapai dan kemudian lupa dengan misi awalnya membuat program acara yang segar, menghibur dan mendidik dengan menyajikan budaya lokal beserta kearifan yang terkandung di dalamnya.

Memang pada dasarnya budaya sama ekonomi merupakan aspek yang tidak bisa dilebur menjadi satu. Budaya lebih menonjolkan nilai-nilai kearifan yang terkandung di dalamnya, sementara ekonomi lebih menonjolkan sisi bisnisnya. Suka atau tidak suka pada kondisi tertentu komodifikasi memang harus dilakukan dan inilah realita yang terjadi. Harus diakui banyak masayarakat yang menyukai acara seperti OVJ termasuk penulis sendiri karena acara tersebut memang sangat menghibur dan hal itu mengindikasikan bahwa tanpa sadar mereka telah mendukung komodifikasi yang terjadi disana dan bukan berarti mereka tidak mencintai budaya asli bangsa Indonesia. Sementara pemandangan yang kontras terjadi pada budaya tradisional wayang kulit yang semakin lama mulai ditinggalkan. Namun masih banyak juga yang berusaha mempertahankan budaya asli bangsa Indonesia dan saya beri kredit kepada Universitas Tribhuwana Tunggadewi  yang pada minggu lalu membuat acara Pagelaran Budaya Nusantara yang mengangkat budaya tradisional Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan pagelaran wayang kulit sebagai upaya untuk mempertahankan budaya asli bangsa Indonesia.

Refrensi

Nasrullah, R. 2012. Komunikasi Antar Budaya : Di era budaya cyber. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setiansah, M. 2012. Menjadikan Budaya Lokal Sebagai Komoditas Media Secara Arif: Analisis Kritis Terhadap Komodifikasi Wayang Dalam Opera Van Java. [pdf]. Available at: http://pendarbudaya.web.id/2012/08/11/komodifikasi-budaya-indonesia/. [Accessed 5 Juni 2013].

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun