Mohon tunggu...
Hari Listrik Nasional PLN
Hari Listrik Nasional PLN Mohon Tunggu... Karyawan -

Akun resmi yang menayangkan hasil artikel pegawai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam kegiatan blog competition "Kerja Nyata Terangi Negeri". Email: hln71@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pegawai PLN: Pejuang LDR!

19 Oktober 2016   11:13 Diperbarui: 19 Oktober 2016   11:33 4095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
With My Officemates | dokpri

Setiap pertengahan bulan, kami selalu berpacu dengan deru sepeda motor melaju ke bandara.

 “Itu ma.. itu ma.. itu pesawat nya!” teriak Cathrine sambil menunjuk pesawat yang persis melaju diatas kepala kami.

Makin kencang gas motor kutarik, mau sekencang apapun kutarik tetap saja di kecepatan 50 km/jam, maklum saja ketika Cathrine ada di boncengan sepeda motor entah kenapa sepeda motor ini tak bisa melaju lebih dari 50 km/jam.

Tibalah kami di Bandara, seperti biasa Cathrine selalu sigap menekan tombol Tiket parkir! Sesungguhnya dia belum bisa membaca, dia hanya mengenali dari warna hijau pada tombolnya.

“Perhatian..perhatian.. Pesawat udara Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 266 dari Kualanamu telah mendarat” suara dari pengeras suara Bandara

“Itu pesawat Papa,Nak! Sudah landing rupanya” ujarku sambil bergegas memarkirkan sepeda motor.

“Cepat ma.. cepat.. !! Oh iya, aku jalan dibelakang mama supaya nanti bisa surprise ma!” teriak Cathrine sambil memperagakan berjalan ala gerbong kereta.

Ya, Cathrine suka sekali memberikan surprise. Bagi dia itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri menjadi kejutan bagi orang lain, yang  dia tahu pasti kalau orang itu sangat merindukannya.  Jadilah kami berdua berjalan seperti rentetan gerbong kereta api, saya menjadi lokomotif dan Cathrine memegang pinggang saya persis seperti sambungan gerbong kereta.

Saya sejujurnya tidak suka berjalan seperti rangkaian gerbong kereta, bukan apa, saya takut ketika kaki Cathrine menginjak kaki saya dan BUMB! Aduh..duh..duh.. membayangkannya saja saya sudah lemas. Berjalan seperti cara ini tidak saya rekomendasikan untuk siapapun yang tidak punya spion apalagi yang berbadan besar seperti saya.. huehehe..

Tak lama kemudian datanglah seorang Pria bertubuh tinggi besar, berkulit sawo matang, lengkap dengan satu kantung plastik bolu meranti dan ransel hitam yang sudah mulai usang, entah kenapa setiap bertemu dengan pria ini rambutnya selalu dipangkas botak. Gara-gara style rambut yang selalu botak, Pria ini sering dikira aparat keamanan hahahaaa… ya lumayanlah jadi ga ada yang berani nanyain surat-menyurat kendaraan ama doi.. boro-boro ngasih surat tilang hihihi..

“Lho  mana Cathrine, tidak diajak?” pria itu bergegas menghampiri saya sambil membopong ranselnya yang tampaknya cukup berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun