Mohon tunggu...
Henri Nurcahyo
Henri Nurcahyo Mohon Tunggu... -

Menulis apa saja, sepanjang memungkinkan. Lebih lengkap tentang saya, sila klik: http://henrinurcahyo.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kolaborasi Jaranan Wayang Wong dari Blitar

5 Oktober 2013   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:58 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380952361684722018

[caption id="attachment_270384" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]SURABAYA: Kesenian unik dari Blitar, kolaborasi Jaranan dengan Wayang Wong (Jarwo) dipentaskan di Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, Jum’at malam (18 Oktober). Pergelaran dengan lakon “Kongso Adu Jago” ini mengawali Gelar Seni Budaya Daerah (GSBD) Jawa Timur dari Kabupaten Blitar yang berlangsung hingga Minggu siang (20/10). Sebagaimana diketahui, bahwa seni pertunjukan rakyat Wayang Wong (Wayang Orang) sedang berada diambang kepunahan, khususnya di Jawa Timur. Penggemar WO kebanyakan hanya bertahan pada orang-orang tua. Sementara kesenian Jaranan malah merebak dimana-mana dan disukai berbagai kalangan, terutama anak muda. Maka menggabungkan Jaranan dengan Wayang Wong ini merupakan terobosan kreatif yang berhasil dilakukan oleh seniman Blitar. Dalam kisah pewayangan diceritakan, Kongso (Kangsa) adalah putra Dewi Maerah (Amirah), isteri Raja Manduro, Basudewa. Namun Basudewa meragukan Kongso anaknya sejak dalam kandungan, lantaran Amirah pernah berhubungan dengan Guruwangsa, raja kerajaan Guwabarong, yang menyamar menjadi Basudewa dan menelusup ke dalam keraton ketika Basudewa sedang berburu. Amirah meninggal dunia ketika melahirkan Kongso di pengasingan lantaran diusir suaminya. Sementara Suratrimontro adik dari Guruwangsa, yang menampungnya, mendidik dan memprovokasi Kongso agar kelak menjadi Raja di Mandura. Ketika tumbuh dewasa Kongso datang ke Mandura dan menantang “adu jago”. Basudewa menjagokan Bima, sedangkan Kongso diwakili oleh Suratrimontro, pamannya sendiri. Di sekitar arena tanding telah disiapkan kolam air (sendang “panguripan”) dimana bila ada orang yang mati dalam bertanding, jika mayatnya dimasukkan di kolam itu akan hidup lagi. Karena itulah meski Suratrimontro kalah berkali-kali, namun hidup kembali berkat sendang penguripan tersebut. Namun setelah Arjuna memasukkan senjata Sarutomo ke kolam, seketika itulah tubuh Suratrimontro hancur lebur. Demikian juga Kongso tewas oleh tumbak Kokrosono, anak Basudewa. Memilih tema “Kawentaring Bumi Budaya Penataran,” GSBD Kabupaten Blitar ini juga menampilkan Tari Bedaya Sri Tanjung dan Tari Kismo Handayani pada hari pertama, mengawali pertunjukan Jarwo. Sementara besok malamnya (Sabtu) disajikan Pergelaran Kesenian Jaranan Blitar, Tari Karma Jaya Brata dan Pergelaran Ketoprak dengan lakon “Balitar”. Diluar acara seni pertunjukan, di kompleks TBJT ini juga digelar pameran seni kerajinan dan produk unggulan Kabupaten Blitar, bazaar kuliner khas Blitar, pemutaran film potensi seni dan pariwisata, Lomba Melukis Ibu Dan Anak (PAUD dan TK) Tema Pesona Budaya Jawa Timur, Lomba Senam Aerobik, dan Pergelaran Tari Ater-Ater serta Campursari Suryo Ndadari Blitar. Sebagaimana biasa, disediakan doorprize dan hadiah menarik serta makan dan minum gratis pada hari Minggu pagi. (*) Informasi: Taman Budaya Jawa Timur, telp: 031 534 2128 (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun