Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Globalisasi Tidak Melunturkan Peminat Kain Tenun

23 April 2019   12:43 Diperbarui: 23 April 2019   12:59 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Pringgasela kabupaten Lombok timur, NTB merupakan salah satu desa pengerajin kain tenun khas Lombok yang ada di Lombok selain Desa Sade dan Desa Sukarara yang menjadi sentra kain tenun. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Kain tenun Pringgasela ini merupakan salah satu budaya nasional yang memiliki keunikan tersendiri. Selain sebagai suatu budaya menenun juga menjadi sumber ekonomi. Sebagian besar warga di Desa Pringgasela terutama para wanita berprofesi sebagai penenun, dapat kita lihat di sejumlah teras warga terdapat alat tradisional untuk menenun (Gedogan). hampir semua ibu-ibu Desa Pringgasela bisa menenun dan diajarkan secara turun temurun ke anak gadisnya. Dalam kebudayaan suku sasak para perempuan sasak diwajibkan bisa menenun sebagai salah satu persyaratan untuk menikah.

Dengan majunya globalisasi tidak mengurangi peminat akan kain tenun baik kain songket ataupun ikat. Majunya globalisasi semakin banyak inovasi-inovasi yang dilakukan dengan memanfaatkan kain tenun. Kain-kain tenun tersebut dapat dijadikan sebagai baju, tas, dompet, sal, sepatu, dll.

Ibu Nunang merupakan salah satu penjual kain tenun di Pringgasela, dia mulai membuka usaha sejak tahun 1991 pada saat usia 25 tahun dan kini usia beliau sudah 53 tahun. Ibu Nunang mengambil kain tenun dari pengerjain rumahan di Pringgasela dan dia menjualnya kembali dengan memajangnya di toko miliknya yang bernama "Art Young Shop". Ibu Nunang mamasarkan kain tenun buatan warga hanya dengan memajang beberapa jenis contoh kain tenun ditokonya dan menerima pesanaan dalam jumlah besar sesuai dengan motif yang diinginkan pembeli. Peminat kain songkat ini sangat luas tidak hanya masyarakat lokal namun juga diminati oleh asing. Karena masih dibuat dengan cara tradisional dan pewarnaan benangnya menggunakan bahan-bahan alami dari alam dan kualitasnya terjamin.

Kain tenun ini terbuat dari benang katun, penenun biasanya membeli benang katun polos berwarna putih namun pewarnaan benangnya dilakukan sendiri, sebelum sampai ke tahap pembuaatan kain tenunnya para pengerajin kain tenun perlu menyiapkan benangnya terlebih dahulu. Benang tersebut harus ditaji menggunakan air ketan supaya kainnya tidak luntur,lebih kuat dan tahan lama; setelah ditaji lalu dijemur selama satu hari; setelah itu dipintal; kemudian dirane; dan terakhir penggulungan benang setelah itu baru proses pembuatan kain tenun bisa dimulai. Pembuatan kain tenun ini membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 1 bulan untuk 1 kain.

"Dulu benangnya dibuat sendiri oleh orang tua terdahulu  ada tempat khusus untuk menanam benang namun banyak yang sudah meninggal dan tanaman untuk membuat benang tersebut diganti dengan menanan ubi " ucap bu Nunang. Jadi, saat ini para pengerajin membeli benang yang sudah jadi tapi pewarnaannya tetap secara manual menggunakan bahan-bahan alami seperti kulit kayu banten, bakau, kunyit, dll. Warna yang dihasilkan cenderung lebih lembut karena terbuat dari pewarna alami.

Kain tenun yang di jual memiliki beraneka ragam motif dan dengan semakin berkembangnya zaman semakin banyak motif yang dikembangkan oleh penenun. Jika disebutkan satu-satu banyak sekali nama dari motif-motif kain songket beberpa diantaranya yaitu motif sundawa, ragi puleng, ragi tokek, ragi rujak gedang, ragi motor, ragi sepeda ,dll. jenis kain yang banyak diminati adalah kain songket. Banyak orang lokal dan asing yang datang ke Art Young Shop milik bu Nunang dan melakukan pemesan secara langusung pembeli datang langsung ketoko dan pembeli dapat menetukan sendiri motif kain yang ingin dipesan. Biasanya yang menjadi pelanggan ibu Nunang adalah para desainer atau penjahit. Mereka memanfaatkan kain tenun tersebut untuk dikembangkan dibuat menjadi baju, sepatu, tas, dompet, sarung bantal, dll. Tentu saja dapat menambah harga jual misalnya penjahit membeli kain tenun seharga Rp 300.000 s.d. Rp 400.000 setelah menjadi baju bisa dijual hingga lebih dari 1 juta. 

Kain tenun tidak hanya terkenal di Indonesia namun bahkan mancanegra. Kain tenun juga  diminati oleh orang asing, bu Nunang memiliki banyak pelanggan dari luar negeri seperti  dari Italia, Singapura, Australia, Belanda, dll. mereka secara khusus datang langsung ke toko untuk melakukan pemesanan sekaligus melihat contoh motif kain yang sudah dipajang, kain yang dipesan bisa samapai ratusan lembar. Mereka akan datang kembali mengambil pesanaan 4 -- 6 bulan atau sampai jangka waktu yang ditentukan. Ada yang memanfaatkan kain tenun tersebut menjadi kursi dan taplak meja sebagai ciri khas direstorannya. 

Jika ada pemesanan jumlah banyak bu Nunang langsung memberi tahu para penenun, jika ada pesanan 50 lembar maka bu nunang akan meminta 50 penenun membuatnya. Karena untuk membuat satu kain tenun saja cukup memakan waktu yang lama satu bulan untuk satu kain. Kisaran harga yang ditwarkan untuk pembeli lokal RP 300.000 s.d. Rp 400.000 sedangkan untuk pembeli asing > Rp 700.000. 

Menurut saya, harga tersebut sesuai dengan panjang dan lamanya proses pembuatan kain tenun tersebut, meskipun pembuatannya masih dilakukan dengan cara tradisional kualitasnya tetap terjaga tenunannya rapi, kuat, warna kainnya tidak luntur jika dicuci, dan tentu saja tahan lama. Kain tenun itu semakin lama digunakan maka kainnya akan menjadi semakin lembut.  Jika kita baru beli mungkin teksturnya terasa agak kasar, namun setelah dicuci 2-3 kali maka kainnya akan terasa semakin lembut.

dokpri
dokpri
Ditoko art young shop tersebut selain kita dapat menmukan kain tenun yang baru kita juga dapat melihat dan membeli kain tenun antik yang usianya sudah ratusan tahun yang terpajang di lemari kaca yang ada di toko tersebut, kisaran harganya mulai dari 800 ribu hingga jutaan. Harganya lumyan mahal karena antik untuk mendapatkan kain tersebut sangat susah. Bagi para pengemar atau yang senang mengoleksi kain tenun kalian bisa membeli kain tenun antik disana.  Meskipun usia kainnya sudah ratusan tahun namun kualitas kainnya tetap masih terjaga.

Kain tenun pringgasela ini juga dikenalkan ke masyarakat luas, dengan diadakananya kegiatan Alunan Budaya Desa ke-4 pada tahun 2018 lalu. Pemuda di kecamatan Pringgasela, menggelar kegiatan tersebut dan menjadikan fashion show khusus kain tenun sebagai tema besar dan diadakan dengan konsep out door dengan latar persawahanselama tiga hari dari tanggal 28-31 Oktober 2018.  peragaan busana tersebut dapat diikuti oleh peserta dari mana saja, dengan syarat fashion yang dipertunjukan berbahan dasar tenun Pringgasela. 

Dalam kompetisi peragaan busana tersebut bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya menenun di Pringgasela. Kegiatan tersebut melibatkan para desainer berbakat, dengan berkompetisi peserta harus mampu berkereasi dan berinovasi untuk mendesain tenun Pringgasela menjadi sebuah busana yang selain memiliki unsur keindaahan dan komirsil saja, namun memiliki nilai kearifan budaya lokal yang tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun