Dua tahun silam, ketika Anies Baswedan memutuskan untuk "turun tangan" mendukung Jokowi-JK, bahkan secara total menjadi juru kampanye, banyak orang menyesalkan. Tak sedikit yang awalnya kagum dengannya, kemudian tidak lagi. Tentu karena berbeda preferensi politik.
Anies Baswedan pun menyadari bahwa setiap pilihan akan memunculkan pro dan kontra. Katanya, tidak mungkin kita terus berada dalan lautan puji-puji.
Sebelum itu, sosok Anies memang penuh pujian. Rekor sebagai Intelektual muda yang mendunia, sampai dekan dan rektor termuda. Ia juga populer dikalangan komunitas anak-anak muda, menggagas Indonesia mengajar, serta intensitas pergaulannya yang luas, tidak saja kalangan akademisi, tapi juga seniman dan artis.
Tentu ketika ia memilih terjun ke politik praksis, banyak orang kecewa. Tapi ia tak bergeming. Popularitas Anies Baswedan di barisan Jokowi-JK kala itu seolah menjadi penyeimbang setelah kubu Prabowo-Hatta didukung oleh Mahfud MD yang juga populer itu.
Tentu 'harga reputasi' yang harus dibayar Anies begitu mahal. Meski nantinya ia menjadi menteri, dan karena jabatan menteri adalah jabatan politik, tetap saja memunculkan preseden tersendiri.
Ketika ia kemudian dipilih menjadi Mendikbud oleh Jokowi-JK, kehadirannya tentu menyegarkan komposisi kabinet. Figur Anies yang masih muda, populis, humble, dan hopefully.
Nada bicaranya seperti motivator, serta gaya hidupnya yang terbilang sederhana.
Tentu posisi Mendikbud bukan posisi yang mudah. Kompleks sekali persoalan di dalamnya. Tapi dengan latar pendidikan luar negeri, serta jabatan struktural yang pernah ia duduki sebelumnya, plus usianya yang masih muda, membuat orang percaya Anies Baswedan bisa berbuat lebih baik untuk Pendidikan kita.
Apalagi ketika domain yang dikelola tidak saja Pendidikan, tapi juga Kebudayaan. Waktu dua tahun serasa belum mencukupi untuk membuat perubahan yang maksimal, karena menata budaya pun juga butuh pembiasaan. Termasuk keinginannya untuk merubah budaya MOS, dan budaya literasi di Indonesia.
Anies Baswedan telah berkerja dengan baik, termasuk dalam jajaran menteri dengan rapor yang baik. Tapi entah kenapa gerangan tiba-tiba kena resuffle.
***