Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghindari Penyalahgunaan Donasi

28 Maret 2024   21:21 Diperbarui: 29 Maret 2024   16:54 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketulusan dalam Bersedekah ( Pexels.com/Antoni Shkraba )

Fenomena penyalahgunaan donasi telah menjadi bagian yang tidak terhindarkan dari lanskap kemanusiaan. Dari skandal besar hingga kejadian kecil yang tidak terduga, kasus penyalahgunaan donasi telah memperlihatkan sisi gelap dari kebaikan hati manusia.

Singgih Sahara, seorang komika asal Semarang, telah menggalang donasi sebesar Rp 250 juta. Namun, Singgih,menggunakan dana donasi itu untuk keperluan pribadi seperti pembayaran sewa rumah dan kebutuhan sehari-hari. (Kompas.com, 20/03/2024)

Sumbangan yang diberikan dengan niat tulus sering kali terjebak dalam jaring penipuan dan penyalahgunaan. Bahkan, munculnya berita terbaru tentang dana amal yang dihabiskan untuk kepentingan pribadi menjadi pengingat yang menyakitkan akan kejahatan yang tersembunyi di balik topeng kedermawanan.

Ketika terungkap bahwa sebagian besar donasi tidak digunakan sesuai dengan tujuan awalnya, Zulfikar Akbar bertindak sebagai mediator dalam upaya untuk menyelesaikan masalah ini. Dalam mediasi tersebut, disepakati bahwa Singgih harus mengembalikan sebagian donasi yang tidak tepat penggunaannya. Batas waktu untuk pengembalian donasi tersebut ditetapkan hingga 30 Juni 2024.

Dalam konteks yang semakin kompleks ini, pertanyaan mendasar muncul: apakah memberikan donasi langsung kepada individu yang membutuhkan lebih baik daripada melalui lembaga atau platform donasi yang terstruktur?

Pilihan ini menghadirkan dilema moral yang serius bagi kita yang ingin memberikan bantuan. Dalam pandangan saya, memberikan bantuan dengan tulus lebih penting daripada mencari popularitas dalam beramal.

Pertimbangan yang cermat agar aman beramal

Memberikan bantuan langsung kepada individu bisa menjadi pilihan yang lebih baik, meskipun kita perlu waspada terhadap kemungkinan penyalahgunaan. Risiko penyalahgunaan tidak boleh menghentikan kita dari berbuat baik, tetapi terus mendorong kita untuk lebih bijaksana.

Kita perlu lebih waspada dan bijaksana dalam memberikan bantuan agar sumbangan kita benar-benar sampai kepada yang membutuhkan tanpa hambatan. Ini menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap penggalangan dana dan pentingnya pendekatan yang lebih hati-hati dalam memberikan sumbangan.

Sebelum terjun dalam tindakan beramal, adalah krusial untuk melakukan pertimbangan yang cermat. Pertimbangan ini tidak hanya tentang seberapa besar atau seberapa sering kita memberikan sumbangan, tetapi juga tentang bagaimana kita memastikan bahwa bantuan yang kita berikan benar-benar mencapai tujuan yang dimaksudkan. Inilah mengapa argumen kedua saya adalah pentingnya melakukan penelitian dan pertimbangan sebelum beramal.

Transparansi dan akuntabilitas 

Transparansi dan akuntabilitas menjadi prioritas utama dalam setiap tindakan amal. Kita memastikan bahwa dana yang kita sumbangkan digunakan dengan benar dan efisien. Salah satu cara untuk melakukannya adalah melalui verifikasi lembaga atau platform donasi yang telah teruji dan terpercaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun