Tahlilan menjadi budaya atau tradisi di beberapa daerah Indonesia untuk mendoakan orang yang baru saja meninggal dalam agama Islam. Biasanya tahlilan dilakukan selama satu minggu penuh setelah ada yang meninggal dunia. Tahlilan biasa dilakukan pada malam hari baik itu setelah shalat magrib atau shalat isya yang diakhiri dengan pembagian berkat atau makanan dari tuan rumah.
Sejak kecil, saya selalu "senang" jika ikut tahlilan ke rumah tetangga karena akan mendapatkan makanan gratis. Biasanya anak-anak akan ikut tahlilan di luar tidak di bagian dalam karena hanya akan mengganggu orang tua yang khusyuk berdoa. Giliran tahlilan selesai, anak-anak lah yang paling semangat dalam menerima bungkusan.
Sebagai seorang introvert yang beranjak dewasa, saya merasa cukup canggung ketika harus masuk ke dalam rumah tetangga yang baru saja meninggal saat tahlilan. Ingin duduk di luar pun merasa tidak enak karena di bagian dalam rumah masih ada spot kosong.
#1 Harus bersalam-salaman dengan bapak-bapak yang sudah stay di bagian dalam rumah
Bapak-bapak bersarung biasanya akan datang lebih awal ketika menghadiri tahlilan di rumah tetangga. Mereka juga biasanya menempati bagian dalam rumah. Bersalam-salaman dengan tetangga lain yang hadir sudah menjadi kewajiban sebagai tanda keramah-tamahan. Sebagai seorang yang dewasa, mau tidak mau saya pun harus masuk ke dalam rumah jika masih ada spot kosong terlebih tuan rumah mempersilakan untuk masuk.
Sebagai introvert yang jarang keluar rumah hal tersebut kadang bikin saya ingin segera pulang apalagi pemimpin acara lama dalam memulai tahlilan karena tetangga lain belum banyak yang datang. Saat bapak-bapak saling mengobrol, saya hanya bisa duduk sila sambil melihat-lihat isi rumah. Ingin membuka handphone pun takut tak sopan. Alhasil saya pun hanya terdiam mendengarkan obrolan bapak-bapak.
#2 Tidak terbiasa nimbrung dengan pemuda lain yang biasanya ngobrol sambil merokok
Jika di dalam rumah harus nimbrung dengan bapak-bapak, berbeda ketika di bagian luar biasanya nimbrung dengan para pemuda lain. Saya yang memang jarang keluar rumah terkadang bingung sendiri kalau yang lainnya mengobrol terlebih sambil menghisap rokok yang memang disediakan oleh tuan rumah.
Sebagai introvert, saya hanya memilih untuk mengamati saja sambil menunggu tahlilan dimulai. Jika diajak mengobrol saya akan menyahuti, kalau tidak ya diam saja. Saya hanya ingin tahlilan segera dimulai dan buru-buru pulang karena tidak biasa dengan keramaian meskipun di kampung sendiri. Berbeda saat masih kecil bisa ikut tahlilan di luar sambil bermain walau harus dimarahi oleh bapak-bapak yang bertugas mengamani anak-anak.
#3 Momen ketika tahlilan selesai namun berkat belum dibagikan