Mohon tunggu...
Elite Rev.
Elite Rev. Mohon Tunggu... -

Teriakan Hati Kecil Yang Terdalam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kenapa Jokowi "Dibelai" detik.com?

1 Januari 2014   11:50 Diperbarui: 4 April 2017   16:17 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13885500921221894813

Kita semua tau detik.com adalah media online mainstream dan menjadi barometer perkembangan berita di Indonesia, berdasarkan peringkat yang dirilis Alexa, detik.com menempati sebagai situs nomor 9 paling sering dikunjungi di Indonesia, dan peringakat 316 secara global.

Alexa Top 10 Sites in Indonesia: 1. Google  2. Facebook  3. Blogspot  4. Youtube  5. Yahoo 6. Google  7. Kaskus  8. Wordpress  9. Detik 10. Twitter

Sumber: alexa.com

Sekilas, tidak ada yang salah dengan pemberitaan Jokowi di detik.com, yang menjadi pertanyaan besar adalah intensitas dan kualitas pemberitaannya yang terkadang menurut beberapa pihak terlalu berlebihan dan tidak substantif.

Mungkin pembaca disini pun sadar tingginya intensitas ulasan terkait Jokowi yang dalam posisi sebagai Gubernur DKI bahkan mengalahkan pemberitaan terkait SBY yang dalam posisi sebagai Presiden ataupun tokoh-tokoh lainnya di Indonesia. Dalam 1 hari bisa puluhan ulasan terkait Jokowi muncul di detik.com.

Menambah menyedihkan lagi adalah, tidak saja intensitas ulasan yang over-exploited, kualitas ulasan pun terkadang menjadi tanda tanya, karena banyak sekali substansinya yang remeh temeh dan banyak juga pemberitaan kejar tayang yaitu ulasan yang berulang-ulang, pokok isinya tidak jauh berbeda (sama) hanya ditambahkan beberapa kalimat ataupun paragraf baru.

Kenapa Jokowi "dibelai" oleh detik.com? Apakah sosok Jokowi realitanya jarang dibelai, sehingga perlu dibantu dorongan media? Apakah tidak ada tokoh lain yang pantas dibelai?

Ulasan terkait Jokowi di detik.com bukanlah tanpa benang merah penghubung, bila kita melihat pemilik dari detik.com saat ini adalah Chairul Tanjung, seorang pengusaha Indonesia yang cukup sukses dan berkibar namanya terutama sejak bergulirnya jaman reformasi, dibalik sosok Chairul Tanjung, tidak banyak yang mengetahui terdapat aktor yang memungkinkan terciptanya hubungan antara detik.com dan Jokowi melalui:

1 player berpengaruh yang berada dibelakang layar, yaitu A.M. Hendropriyono dan tambahan 1 player berpengaruh lainnya yang berada didepan layar, yaitu S. Bimantoro.

A.M. Hendropriyono adalah seorang pensiunan TNI, terakhir mengabdi sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada jaman Presiden Megawati, tentunya sudah paham dunia belakang layar, sosok ini merupakan anak emas Megawati terutama dalam mengatur strategi perang Intelijen, dan suatu kebetulan ternyata sosok ini, juga menjabat komisaris di salah satu perusahaan di bawah bendera CT Corporation.

S. Bimantoro adalah seorang pensiunan POLRI, terakhir mengabdi sebagai Kapolri pada jaman Presiden Gus Dur - Megawati, disaat akan berlangsungnya sidang MPR untuk "menjatuhkan" Gus Dur sebagai Presiden, S. Bimantoro berperan dalam mengamankan proses perpindahan kekuasaan kepada Megawati. Setelah Gus Dur mengeluarkan dekrit untuk membubarkan parlemen dan disinyalir meminta beberapa anggota POLRI menangkap pimpinan MPR, mendengar hal tersebut S. Bimantoro memerintahkan anggota lainnya untuk segera menangkalnya, dan juga kebetulan ternyata sosok ini, sekarang menjabat presiden komisaris di detik.com.

Benang merah antara Jokowi-Megawati-Hendropriyono-Bimantoro-CT-detik.com dapat diurut dari hubungan ini, sehingga bukanlah sebuah hal yang aneh bila detik.com berlebihan dalam memberitakan Jokowi, wacana yang pernah dilontarkan oleh salah satu Kompasiner bahwa media lebay dalam mengulas Jokowi cukup beralasan.

Melihat kondisi media seperti ini, sangat kecil harapan bagi publik mendapatkan informasi yang berimbang, suka tidak suka kita harus menyadari kondisi ini dan belajar menjadi objektif secara mandiri agar pengaruh media di filter dan di konfirmasi secara jelas terlebih dahulu sebelum dicerna.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun