Mohon tunggu...
Edy Priyono
Edy Priyono Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja peneliti, juga sebagai konsultan individual untuk berbagai lembaga. Senang menulis, suka membaca. Semua tulisan di blog ini mencerminkan pendapat pribadi, tidak mewakili institusi apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hati-hati Gunakan E-Toll Card

22 Februari 2012   06:37 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 12737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_172867" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Sekitar dua bulan lalu saya mem-posting tulisan berjudul "Saya Tidak Mau Menggunakan E-Toll Card (Masukan untuk Dahlan Iskan)" yang intinya: (1) E-Toll Card tidak banyak membantu kita keluar dari jebakan kemacetan di jalan tol, (2) Ada beberapa permasalahan dalam teknis pengelolaan kartu yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerugian bagi konsumen. Kemarin (Selasa, 21 Februari 2012) saya membaca keluhan tentang E-Toll Card di "Redaksi Yth" Kompas edisi cetak. Saya kutipkan surat pembaca itu dengan sedikit editan supaya tidak terlalu panjang: [caption id="attachment_162722" align="aligncenter" width="300" caption="Kartu Tol Elektronik (sumber: www.okkypedia.org)"]

1329892763590916765
1329892763590916765
[/caption] "..pada 1 Februari saya mengemudikan mobil dari Bintaro menuju Fatmawati melalui gerbang tol Veteran, saya membayar dengan e-toll card..  setelah membayar, di layar monitor tertera saldo sekitar Rp 900.000, saya menerima struk beserta e-toll card saya.. tanggal 2 Februari saya menuju Bintaro masuk melalui gerbang tol Ampera/Trakindo, lalu menyerahkan e-toll card untuk membayar seperti biasa.. ternyata kartu tidak dapat digunakan, kata petugas karena saldo di kartu itu tidak cukup.. saya terkejut, karena terakhir saya pakai saldonya masih Rp 900.000, tapi petugas di gerbang tol itu memastikan bahwa saldo saya tinggal Rp 12.000.. saya langsung memeriksa e-toll card saya, ternyata logo MMS yang ada di kartu berbeda dengan kartu yang saya miliki, artinya jelas bahwa kartu yang saldonya tinggal Rp 12.000 itu bukan kartu saya.. saya melaporkan kejadian itu kepada Jasa Marga dan Bank Mandiri, tapi mereka tidak bisa berbuat banyak, karena --menurut mereka-- kartu tol elektronik itu seperti uang tunai...". Dari apa yang disampaikan oleh ybs, terlihat jelas modus operandi kecurangan yang dilakukan oleh oknum petugas di gerbang tol elektronik: (1) Dia memegang beberapa kartu yang saldonya sudah tinggal sedikit, entah dari mana asalnya kartu itu, (2) Saat menerima pembayaran dengan E-Toll card, dia mengamati saldo yang tersisa di kartu, dan jika saldonya cukup besar maka kartu itu ditukar dengan kartu lain yang saldonya tinggal sedikit yang telah disiapkan sebelumnya, (3) Kartu yang sudah ditukar itu kemudian diserahkan kepada pengguna bersama dengan struk, (4) Pemegang kartu tidak tahu dengan segera kalau kartunya ditukar, karena informasi saldo yang terlihat di layar monitor adalah informasi saldo kartu asli, sedangkan yang dia terima adalah kartu yang sudah ditukar yang secara fisik sama persis dengan kartu yang asli. Yang lebih memprihatinkan, seperti yang disampaikan pembaca tersebut di atas, sejauh ini Jasa Marga (sebagai pengelola jalan tol dan yang bertanggung jawab atas perilaku karyawannya) dan Bank Mandiri (sebagai penyedia kartu tol elektronik) tidak punya mekanisme untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Itu artinya konsumen akan berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh petugas di gerbang tol. Meskipun saya bukan pengguna e-toll card (dengan berbagai alasan), saya ingin mengusulkan supaya pihak Jasa Marga dan Bank Mandiri tidak 'cuci tangan' terhadap persoalan ini. Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah menyediakan alat di gerbang tol yang memungkinkan pengguna E-Toll Card memeriksa saldo (sendiri, bukan oleh petugas) segera setelah membayar dan menerima kartu kembali. Memang kemudian menjadi ironis, karena transaksi menjadi lebih lama (setidaknya perlu tambahan sekitar 10 detik), dan diperlukan biaya tambahan untuk investasi alat tersebut. Untuk mereka yang menjadi pemakai E-Toll Card, sebaiknya ekstra waspada sehingga tidak menjadi korban kecurangan dengan modus operandi seperti itu.. Waspadalah...waspadalah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun