[caption id="attachment_178131" align="aligncenter" width="392" caption="tas belanja daur ulang (dok.pribadi)"][/caption]
Kemarin saya mengantarkan kakak ipar saya belanja di Tojasera (Toko Jajanan Serba Ada) yang berada di dalam komplek. Sampai di pelataran parkir Tojasera, saya lihat sebuah spanduk lumayan besar terpampang di dinding kaca Tojasera. Warnanya lumayan menyolok, kuning kehijau-hijauan. Dari tempat parkir yang berjarak sekitar 10 meter itu, yang sangat jelas terbaca di spanduk itu hanya tulisan "Tanpa Kantong Plastik" yang memang dicetak secara tebal dan lebih besar dibanding tulisan lainnya. Karena penasaran saya bukannya langsung menuju ke dalam Tojasera tujuan awal kedatangan saya, melainkan langsung menuju ke spanduk itu. "Tanpa Kantong Plastik, kantong plastik disediakan namun tidak gratis". Namanya juga ibu-ibu, kalau sudah baca tulisan yang ada embel-embel "tidak gratis", pastilah sedikit mengernyitkan dahi. Saya baca dengan seksama, tapi tetap belum begitu jelas maksud dari isi pengumuman di spanduk itu. Walaupun masih belum jelas dengan maksud pengumuman itu, toh saya dan kakak saya tetap tidak mengurungkan belanja di tempat itu. Kami tetap masuk ke Tojasera, mengambil keranjang belanja dan mulai berbelanja. Saya hanya berpikir bahwa kalau saya hendak belanja di tempat itu, saya harus membawa kantong plastik sendiri atau kalau tidak saya harus menyediakan ekstra rupiah guna membayar kantong plastik.
[caption id="attachment_178132" align="aligncenter" width="490" caption="spanduk yang terpasang di kaca luar Tojasera (dok.pribadi)"]
Setelah semua barang yang dibutuhkan sudah masuk di keranjang belanja, mulailah kami mengantri di meja kasir. Di depan meja kasir, saya kembali melihat sebuah spanduk yang diletakkan dibelakang petugas kasir. Spanduk yang posisinya berdiri itu jelas-jelas bisa dibaca oleh setiap pengunjung yang sedang mengantri di kasir. Masih dengan penasaran, saya pun menanyakan ke petugas kasir apa maksud dari pengumuman itu. Dan dari petugas kasir itulah saya tahu bahwa mulai tanggal 1 Mei 2012 ini Tojasera akan memberlakukan peraturan tersebut, yaitu setiap pengunjung yang hendak berbelanja harus membawa sendiri tas belanja daur ulang dari rumah. Bagi yang tidak membawa atau kelupaan membawa kantong belanja sendiri, maka Tojasera tetap akan menyediakan kantong plastik namun dikenakan biaya alias tidak gratis seperti biasanya.
"Jadi nanti ibu kalo belanja, jangan lupa bawa tas belanjanya ya! Kalau tidak, nanti bayar lho!",begitu kata petugas kasir kepada saya.
"Lho itu maksudnya tas daur ulang itu yang bagaimana?", tanya saya masih belum jelas karena di pengumuman itu jelas disebutkan "Pakailah tas belanja daur ulang di Tojasera!!!"
"Itu contohnya ada di belakang ibu!", kata petugas kasir itu lagi sambil menunjuk ke bagian tumpukan keranjang belanja yang tepat berada di belakang saya.
Saya pun menoleh ke belakang, tempat tumpukan keranjang belanja itu. Disana teronggok sebuah tas yang bentuknya lumayan besar. Saya ambil tas itu, saya amati. "Lumayan juga tas ini, kesannya kuat", batin saya. Tas itu terbuat dari bahan plastik daur ulang yang lumayan tebal. Sepintas mirip dengan karung beras yang terbuat dari plastik anyaman (seperti karung goni, tapi dari bahan plastik). Talinya pun juga tebal dan jahitannya kokoh sehingga mampu membawa barang belanjaan yang lumayan berat. Beda sekali dengan tas kresek yang sering kali putus talinya begitu diisi dengan belanjaan yang berat-berat macam susu kaleng dan botol sirup. Oh ya saya pernah punya pengalaman membeli sebotol sirup yang saking tipisnya tas kresek yang disediakan oleh penjualnya, maka begitu saya angkat putus talinya dan botol sirup itu terjatuh ke lantai hingga pecah. Dongkol sudah pasti! Oleh karena itu setiap kali beli sirup botolan saya terpaksa meminta tas kresek dobel untuk meminimalisir kejadian yang sama atau kalau belanjaan saya lumayan banyak saya minta ditaruh dalam kardus bekas aja. Tak perlu pakai tas kresek, malah ribet saja kesannya. Jelas ribet karena biasanya penjual suka memilah-milah barang belanjaan kita sesuai dengan jenisnya. Misalnya saja deterjen akan dicampur dengan pasta gigi, sabun mandi dan juga shampoo. Snack selalu dicampur dengan kecap, sirup, gula, dan mie instant. Menurut saya ini terlalu ribet dan juga pemborosan. Bayangkan saja berapa plastik yang nantinya akan terbuang percuma sebagai sampah.
Seperti kita ketahui sampah plastik termasuk kategori sampah anorganik. Sulit untuk diurai di dalam tanah. Itu artinya bahwa semua sampah yang berbahan plastik tidak dapat dihancurkan oleh bakteri tanah. Sampah plastik akan tetap bertahan seperti wujud aslinya, meskipun sudah kita tanam dalam tanah. Sampah plastik ini akan mampu bertahan lama hingga puluhan tahun bahkan lebih. Inilah bedanya dengan sampah  organik yang kalau kita tanam di tanah justru akan mudah diurai oleh bakteri tanah sehingga mampu membuat tanah menjadi subur. Sampah plastik seyogyanya tidak dibuang sembarangan karena bisa mencemari lingkungan. Untuk itulah biasanya sampah plastik didaur ulang menjadi tas kresek hitam atau ember plastik yang juga berwarna hitam.
Oleh karena sampah plastik susah diurai, maka saya lebih senang meminta belanjaan saya ditaruh saja dalam kardus bekas. Tak perlu pakai tas kresek lagi dan tidak perlu dipilah-pilah sesuai jenisnya. Biarlah barang saya bercampur dalam satu kardus. Kesannya memang aneh ya, tapi menurut saya malah praktis dan tidak ribet. Justru yang senang pakai tas kresek apalagi bila dipilah-pilah sesuai jenisnya itulah yang membuat ribet. Kita harus membawa buntalan tas kresek yang begitu banyak karena terkadang petugas mengisi satu tas kresek yang belum penuh dan mengambil tak kresek lain hanya karena beda jenis belanjaanya. Benar-benar pemborosan menurut saya. Memangnya perlu berapa lama membawa barang belanjaan dari toko sampai ke rumah sehingga takut untuk terkontaminasi antara bahan makanan dengan bahan non makanan. Saya saja kalau berbelanja lumayan banyak hingga perlu membawa kendaraan roda empat, Â saya geletakkan saja barang-barang belanjaan saya yang di kardus begitu saja dalam bagasi. Semua bercampur baur antara makanan dan non makanan. Bahkan sering baru saya bongkar belanjaan saya keesokan harinya, toh saya sehat-sehat saja. Dan kalau hanya belanja sedikit dengan kendaraan roda dua, saya cuek aja dengan belanjaan saya yang hanya satu kantong kresek dengan rupa-rupa belanjaan jadi satu. Itu lebih praktis daripada harus membawa berkantong-kantong kresek di gantung di stang motor saya. Malah mengganggu kenyamanan saya dalam berkendara. Bisa-bisa malah celaka dijalan, sudah tas kreseknya banyak bergantungan di stang, putus lagi ditengah jalan hingga barang belanjaan kita berantakan. Repot bukan? Karena itulah saya suka yang praktis-praktis saja.
Dan kalau melihat tas plastik daur ulang yang nantinya akan dipakai di Tojasera itu, saya yakin talinya tidak akan putus karena bahannya tebal dan jahitannya kokoh. Selain itu pada bagian dalam tas ternyata terdapat sekat, yang maksudnya untuk memisahkan barang belanjaan yang berupa makanan dan non makanan. Praktis dan simple. Dan yang pasti akan mengurangi sampah plastik di lingkungan komplek.