Mohon tunggu...
Eddi Kurnianto
Eddi Kurnianto Mohon Tunggu... Jurnalis - orang kecil dengan mimpi besar.

orang kecil dengan mimpi besar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

sekilas sejarah Stiletto, High Heel to Kill

2 Maret 2012   10:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:37 4255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_174581" align="alignleft" width="290" caption="Stiletto Moody Bare Lauren "][/caption] Ada sebuah adegan menarik dalam film “in Her Shoes” yang dibuat tahun 2005. di film itu, Cameron Diaz yang berperan sebagai Maggie, membongkar lemari sepatu tempat saudara perempuannya Rose (diperankan Toni Colette) menyimpan sepatu sepatu eksotis. Saat dia mengenakan sebuah sepatu stiletto didepan Rose, Maggie berkata: ”Aku selalu mendapatkan sesuatu dari sepatu sepatu ini!. Saat aku sedang sedih, aku akan berusaha mempercantik diriku. Pakaian bagus tak membuatku lebih baik, makanan enak bisa membuatku gemuk, tapi sepatu.. selalu berhasil ”

Pernyataan ini adalah penyataan yang tepat untuk sebuah sepatu Stiletto.

Sepatu stiletto adalah sepatu dengan ukuran hak tinggi yang sangat kecil dan tipis. Biasanya tinggi tumitnya antara 10 sampai 15 sentimeter. Sejak lama sepatu jenis ini terkenal sebagai sepatu yang meningkatkan sensualitas dan pesona seorang wanita. Apalagi sepatu jenis ini sudah sejak lama dikaitkan dengan erotisme. Sepatu hak super tinggi ini membentuk betis dan bokong mereka yang memakainya menjadi lebih indah. Bagian pinggang kebawah itu akan menegang, dan memberi kesan sensual, yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan agar dapat berjalan tanpa terjatuh.

Seperti kata-kata Maggie, untuk mempercantik diri, sepatu ini selalu berhasil.

[caption id="attachment_174582" align="alignleft" width="308" caption="Chopine"]

13306837371945766392
13306837371945766392
[/caption] Tak ada yang tahu siapa dan kapan pertama kali Stiletto dibuat, tetapi sepatu berhak tinggi sudah ada sejak dulu. Wanita-wanita di Venezia, sudah mengenakan sepatu berhak tunggal yang tingginya bisa mencapai 50 centi. Sepatu ini disebut Chopine. Selain mempertinggi tubuh pemakainya, Chopine juga berguna untuk menghindari genangan. Masalahnya, pengguna Chopine hanya dapat berjalan dengan dituntun seorang pelayan. Napoleon Bonaparte, juga tercatat sebagai pengguna sepatu berhak tinggi.

Tapi Stiletto bukan sekedar sepatu ber hak super tinggi. Stiletto adalah sepatu dengan hak super tinggi yang kurus dan ramping, yang bisa membuat pemakainya terlihat lebih sensual dan menggoda. Sederhananya; Stiletto gives women killer look. Namanya sendiri diduga diambil dari bahasa Yunani; “Stylos” yang berarti pilar penyangga. Pendapat lain mengatakan bahwa nama Stiletto diambil karena hak sepatu ini –yang panjang, ramping dan tipis- mirip dengan senjata khas Italia yang disebut pisau belati logam tipis Stiletto yang terkenal sebagai alat pembunuh yang Silent and deadly.

Analogi yang sama seperti wanita cantik yang mengenakan sepatu stiletto.

Ada beberapa fakta menarik tentang Stiletto. Sepatu bertumit super tinggi ini tercatat pertama kali muncul secara resmi pada pernikahan Catherine de Medici, dengan Henry, Duke of Orleans, di Italia pada tahun 1533. Catherine adalah wanita mungil yang tingginya hanya 150 centimeter, sementara Henry sang Duke of Orleans tergolong jangkung bahkan bagi orang Eropa saat itu. Stiletto itu mampu mengembalikan kepercayaan diri Catherine, hingga ia bisa menikah dengan Henry. Kabarnya Stiletto Catherine de Medici adalah hasil karya jenius dari seniman Leonardo Da Vinci.

Sejak itu, Sepatu ber hak super tinggi menjadi trend dikalangan bangsawan Eropa. Biasanya stiletto diberi hiasan batu permata dan emas berlian, sehingga menjadi sangat mahal. Pada akhir abad ke 18, Marie Antoinette dari Prancis selalu memakai hak tinggi minimal 5 sentimeter, bahkan sampai pada saat ia di eksekusi mati. Pada masa revolusi Prancis, sepatu hak tinggi dianggap sebagai lambang kemewahan dan borjuasi. Apalagi penggunaan hak tinggi memang tidak cocok dengan kehidupan keras rakyat jelata yang umumnya bertani dan beternak.

Perancang sepatu Prancis Andre Perugia, merancang stiletto modern pertama yang berhasil di foto. Perugia merancangnya untuk Mistinguett, penyanyi Paris pada 1940-an. Ia dianggap sebagai salah satu perancang yang melestarikan Stiletto dalam dunia mode. .

Di masa modern Stiletto itu dihidupkan kembali melalui di koleksi Christian Dior (1905 -1957) dan perancang sepatu terkenal Roger Vivier (1913 – 1998). Stiletto karya perancang Salvatore Ferragamo (1898 – 1960), bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab Marilyn Monroe (1926-1962) memiliki gaya jalan yang sangat seksi. Sebenarnya, baru pada akhir 1950an tehnologi mampu menciptakan Stiletto yang dikenal saat ini, dengan menyisipkan baja tipis dibagian tumit tinggi. Sebelumnya Stiletto sulit dibuat lebih tinggi dari 7 sentimeter karena haknya terlalu kecil.

Stiletto mengharuskan pemakainya untuk berdiri berjinjit saat berjalan. Ketidaknyamanan dan rasa sakit saat memakai stiletto sudah melegenda, tapi toh masih banyak wanita yang memilih memakai Stiletto dan menahan rasa sakitnya.

Kenapa wanita tetap memakai Stiletto meskipun tahu bahaya dan rasa sakitnya? Jawabannya sederhana. Stiletto membuat mereka merasa lebih mempesona.

Sepatu hak super tinggi memperbaikji bentuk postur pemakainya Bagian belakang yang tinggi, membuat betis tertarik sehingga tampak lebih ramping. Begitu juga bagian pantat dan paha. Saat berjalan, bahu terpaksa tegak untuk mengimbangi kontraksi di bagian tulang punggung dan kaki bawah..Otot pinggang dan pinggul dipaksa bekerja lebih keras demi keseimbangan. Tindakan penyeimbangan itu membuat pinggul dan pantat itu mengeras, dan bergoyang secara sensual. .

Dunia kedokteran menganggap Stiletto sebagai salah satu alat yang dapat menyebabkan kerusakan pada tendon dan memunculkan nyeri serius di punggung dan kaki. Sepatu hak super tinggi ini tidak memiliki dukungan yang tepat untuk kaki Anda dan menyebabkan kaki dibentuk dalam cara yang tidak wajar. beban yang ditanggung oleh pengguna stiletto juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada struktur internal kaki dan cedera kaki eksternal, bahkan juga cedera tulang belakang yang fatal.. Sederhananya selain membuat seorang wanita memiliki killer looks , stiletto juga benar benar bisa menjadi  alat pembunuh untuk penggunanya. Bahayanya mungkin setara dengan pisau Stiletto yang legendaris itu.

Seperti semua hal, Stiletto ada positif maupun negatifnya. Silahkan anda masing masing memutuskan, kapan seorang wanita harus mementingkan kecantikan, atau kesehatan.

Eddi Kurnianto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun