Mohon tunggu...
Lyfe

Eksistensi Seni Wayang Potehi di Indonesia

25 Mei 2016   10:16 Diperbarui: 25 Mei 2016   10:22 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Suka main wayang? atau suka nonton wayang? Nah, ada namanya Wayang Potehi. Wayang dari Tiongkok. Cara mainnya sama dengan Si Unyil. Tapi karakternya jelas berbeda. Biasa dimainkan saat Imlek, atau festival lainnya.

Wayang merupakan kesenian yang dimiliki oleh beberapa daerah di Indonesia. Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang asal Tiongkok yang sudah dikenal dan tidak asing lagi di dunia perwayangan Indonesia. Berasal dari kata serapan dialek Hokkian, yaitu ‘’po’’ (kain), ‘’tay’’ (kantong), dan ‘’hie’’ (wayang). Sedangkan dalam bahasa Mandarin, disebut Bu Dai Hu. Maka secara harfiah, berarti wayang yang berbentuk kantong dari kain.

Dilansir dari tionghoa.info, Wayang Potehi sendiri dulunya diperkenalkan oleh orang-orang asli Tionghoa yang yang masuk ke nusantara pada sekitar abad ke-16 hingga abad ke-19.

Usia Wayang Potehi ini sekitar 3.000 tahun. Wayang asli dari Tiongkok bagian selatan ini sudah ada sejak Dinasti Jin (265-420 Masehi) dan berkembang pada masa Dinasti Song (960-1279). Tetapi jejak awal yang tercatat adalah dari abad ke-17, berasal dari provinsi Fujian, yaitu di Quanzhou, Zhangzhou. Selain di dua daerah itu, banyak juga dimainkan di provinsi Guangdong, dan ditemukan juga di Chaoshan, Taiwan.

Saat masuk ke Indonesia, wayang ini selalu menggunakan bahasa Hokkian. Namun, lambat laun pertunjukan Wayang Potehi ini mulai menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia pada pertunjukan ini lah yang membuat orang-orang non-Tionghoa juga ikut menikmati Wayang Potehi. Alur cerita yang dimainkan saat pertunjukan biasanya cerita klasik Tiongkok. Namun saat ini Wayang Potehi juga sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik, kera sakti misalnya.

Bahkan, terkadang pertunjukan wayang ini juga menceritakan tentang kisah Nusantara. Ketoprak misalnya. Menjadikan tokoh Sie Djin Kui yang kemudian diadopsi menjadi Joko Sudiro, atau tokoh Prabu Lisan Puro yang diambil dari tokoh Lie Sie Bin. Bahkan dalang dari Wayang Potehi didominasi oleh orang-orang Indonesia. Sehingga keberadaan Wayang Potehi ini semakin membaur di Indonesia.

Cara memainkan Wayang Potehi agak berbeda dengan memainkan wayang kulit atau golek, wayang ini dimainkan dengan lima jari. Tiga jari (telunjuk, tengah, dan manis) digunakan untuk menggerakan bagian kepala, dan dua jari (ibu jari dan kelingking) digunakan untuk menggerakan tangannya.

Tokok-tokoh yang dikenal dalam Wayang Potehi, misalnya Si Jin Kui (Ceng Tang dan Ceng Se), Hong Kiam Chun Chiu, Cu Hun Cau Kok, Lo Thong Sau Pak, dan Pnui Si Giok. Setiap tokoh pada Wayang Potehi ini bisa dimainkan untuk berbagai karakter, kecuali karakter Kwan Kong, Utti Kiong, dan Thia Kau Kim yang memiliki warna dan karakter khusus yang tidak bisa diubah.

Jika wayang Indonesia menggunakan alat musik gamelan, dan gong sebagai musik pertunjukan, pada Wayang Potehi biasa menggunakan tambur, kendang, suling, kecer dan rebab sebagai alat musik pengiring utamanya yang memberikan nuasa negeri Tiongkok.

Keberadaan Wayang Potehi memiliki tempat sendiri di hati orang-orang Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa seni Wayang Potehi dari Tiongkok menyatu dengan seni budaya Indonesia, sehingga memiliki harmonisasi. Bagi etnis Tionghoa, Wayang Potehi bukan sekadar seni pertunjukan, namun memiliki fungsi sosial serta ritual. Hingga sekarang, Wayang Potehi masih sering dimainkan dan tetap eksis di Indonesia. (Sumber: slaras.id)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun