Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kripik Apel Malang, Tak Semanis Kemasannya

7 Maret 2011   03:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:00 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299467531341552980

Sejuknya kota Batu Malang, memang memberikan sejuta kenangan dengan keindahan alamnya. Jajaran gunung-gunung yang mengelilinginya memanjakan mata untuk terus memandang. Sungai Barantas mengalir deras disisi kanan kiri jalan disaat perjalanan memasuki Kota Batu dari arah Jombang. Kota yang terkenal dengan sentra bebuahan, terutama apel memang memberikan daya tarik tersendiri,namun ada yang lebih menggelitik mata disaat ada apa dengan apel yang dikeringkan. Sudah menjadi menu wajib disaat bepergian untuk sedikit membawa cindera mata sebagai barang bukti bahwa sudah sampai disana, Maka mata, nafsu dan dompet terjebak akan tawaran etalase dan penjaja makanan khas. Mata ini tertarik pada sebuah bungkusan paket besar yang berisi 9 bungkus kemasan kecil. Harga cukup kompetitif, karena saya tidak pandai menawar maka 25 ribu perak tidak masalah, sebab ada yang bisa memaksa untuk menebus dengan mahar 20 ribu perak, Bebuahan hasil olahan fried dry, atau yang lazim disebut dengan goreng kering. Bebuahan seperti, apel, salak, nangka, dan melon digoreng dalam wadah bertekanan tinggi. Setelah digoreng lalu dipisahkan minyak dengan cara di sentrifugasi, atau diputar dalam kecepatan tinggi layaknya anda mengeringkan pakaian dengan mesin cuci. Rasa gurih, manis dan gurih layaknya buah asli begitu nendang dilidah. Usai transaksi, kembali saya perhatikan label dalam kemasan. Dalam label yang hari dari gambar tempel dalam kemasan plastik alumunium foil yang diseaeler, tidak ada data kapan kadaluarsa, kode produksi, berat bersih, namun hanya nampak samar dalam kemasan yang di press. layaknya membeli kucing dalam kardus, begitu sampai dirumah berharap bisa menikmati bebuahan fried dry tapi harapan itu mlempem saja. Setelah di buka dengan sedikit paksa, di ujung bawah mengumpul bebuahan yang nampak berwajah gosong. Rasanya seperti menikmati ikan buntal dengan perut gembunya, namun disaat sudah kempis segede jempol. Kemasan seolah menjebak persepsi dibalik kemasan besar ada isi yang banyak, namun tong kosong tetap nyaring bunyinya. Silahkan berbicara "ana rego ana rupa", namun disini ada harga tidak sesuai dengan kenyataan. Bolehlah harga 25 ribu dibalasa dengan isi sepuluh biji apel goreng yang diiris tipis, tetapi setidaknya ada informasi dalam kemasan bahwa "maaf isi hanya sepuluh potong". Kemasan yang nampak mewah dengan ukuran besar yang berbanding terbalik dengan isi juga terdapat pada makanan kemasan lain. Seolah harga yang dibayar bukan produk, tetapi teknologi canggih yang bisa memasukan udara lalu menjebak didalamnya layaknya ikan buntal. Apel melang memang manis, namun lebih manis kemasanya dan terlalu manis untuk isinya yang berkoloni diujung kemasan. Memang coba dulu sebelum membeli wajib dilakukan agar berbuah manis. Salam apel krowak "foto kemasan apel dengan kripik salak yang tak jauh beda dengan kripik apel"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun