Berada di simpang lima Tanjung Pandan Belitung kita akan disuguhi sebuah pemandangan tugu besar berpilar lima dengan batu besar hitam di atasnya. Apakah itu? Itu adalah replika batu satam merupakan salah satu cindremata unik yang hanya ada di Belitung. Satam atau  Billitonite berasal dari ledakan meteor jutaan tahun yang lalu yang jatuh ke bumi Belitung. Setelah mengalami proses kimia dan fisik dengan zat asam karbon , zat mangan dan mineral lain di kedalaman 50 meter batu ini membeku menjadi batu hitam dengan ukiran beralur alami.
Pada tahun 1921 seorang Belanda bernama Ir N. Wing Easton dari Akademi Amsterdan Belanda menemukan Billitonite yang berarti batu dari Belitung. Sedangkan nama satam berasal dari bahasa cina . Sa artinya pasir dan tam adalah empedu, jadi satam adalah empedu pasir. Sedangkan di Belitung sendiri satam dikenal secara lebih luas pada tahun 1973, setelah ditemukan batu meteor ini di Desa Buding Kecamatan Kelapa Kampit. Batu yang memiliki kandungan Silikon yang teroksidasi ini diyakini memiliki kekuatan supranatural untuk mengusir mahluk halus dan penawar racun.
Untuk mengobati rasa penasaran dengan batu  misterius ini, kami mengunjung sebuah workshop batu satam yang ada di Pangkal Pinang, Tanjung Pandan. Workshop milik bapak Firman Zulkarnaen yang berada di jalan Dahlan No 29 menawarkan kerajinan Satam dalam beragam bentuk.  Batu satam tidak dapat dipecah atau dibentuk secara sembarangan, karena jika dengan teknik salah maka satam akan pecah menjadi pasir. Menurut bapak Firman batu ini dipecah dengan menggunakan getah daun sirih sehingga sekarang satam dapat muncul dengan bentuk yang lebih kecil dan tekstur yang lebih rapih jika ingin dijadikan perhiasan. Namun para pecinta kerajinan batu ini lebih menyukai satam dengan bentuk alami.
Mengenal sosok Bapak Firman Zulkarnaen, pemilik galeri sekaligus bengkel kerja batu satam adalah yang hal menyenangkan. Pria berusia 56 tahun ini adalah sosok humoris dan menyenangkan. Meskipun kami sudah larut malam mampir di kediaman beliau tapi kami tetap mendapatkan sambutan yang ramah. Dengan sabar dan lawakan jenaka beliau menjelaskan kekhasan cinderamata unik ini. Tanpa sungkan beliau mempersilakan kami untuk mencoba perhiasan ini walaupun sejak awal kami tidak berniat membeli karena harganya di luar buget untuk ukuran seorang backpacker. Bayangkan untuk sebutir batu satam berukuran kelereng dihargai 350 ribu rupiah. Kamipun diberi kesempatan untuk berfoto dengan tasbih satam seharga 2 milyar rupiah.
Keunikan lain satam produksi n pak Firman adalah mengkombinasinya dengan kayu simpur laki, petaling dan kayu cendana menjadi sebuah pena. Kamipun diperlihatkan beberapa tongkat komando pesanan beberapa petinggi militer dan kepolisian yang akan hadir di acara pembukaan Sail Wakatobi Belitung 2011. Ternyata kemisteriusan si hitam dari Belitung ini membuat banyak orang penasaran dan ingin memilikinya walau harus merogoh kocek lebih dalam. Apakah anda berniat memilikinya? catatan:
semua gambar koleksi pribadiFollow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya