BAGAIMANA asal muasal dari sejarah Museum Wayang? Dari penelusuran di lapangan, diketahui ternyata awalnya dari sebuah bangunan gereja kemudian sempat jadi kantor sebuah surat kabar. [caption id="attachment_153674" align="alignright" width="300" caption="Museum Wayang (Foto2: Google)"][/caption] Gedung Museum Wayang di Jl Pintu Besar Utara No.27 Jakarta Barat yang sekarang ini, dibangun pada tahun 1912 di atas tanah yang sebelumnya milik gereja. Tempat ibadah orang Belanda itu pertamakali dibangun pada 1640 dan dinamakan de Oude Holandsche Kerk (Gereja Tua Belanda). Setelah hampir 90 tahun gereja itu mengalami kerusakan sehingga pada tahun 1732 direnovasi dan bangunan baru itu berganti nama dengan de Niew Holandsch Kerk.Namun karena gempa bumi bangunan tersebut hancur. Kemudian tanah dan bangunan tersebut dibeli Genootshap van Kunsten en Wetenschappen suatu lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan Inonesia. Oleh lembaga tersebut gedung ini diserahkan ke Stichting Oud Batavia dan pada 22 Desember 1939 dijadikan museum yaitu Museum Batavia Tua. Setelah kemerdekaan pada 1957 dioperkan ke Lembaga Kebudayaan Indonesia dan 5 tahun kemudian diserahkan ke Depdikbud. Departemen ini menyerahkan gedung tersebut kepada Pemerintah DKI Jakarta pada 23 Juni 1968. Oleh Gubernur DKI Jakarta H Ali Sadikin gedung antik dua lantai itu dijadikan Museum Wayang yang diresmikannya pada 13 Agustus 1975.
13258200511456955501
Dengan koleksi yang jumlahnya lebih dari 5000 an, gedung yang luas lantainya sekitar 900 m2 itu terasa sempit. Untunglah seorang pengusaha nasional H Probosutedjo menghibahkan bangunan di sebelah utaranya kepada Pemprov DKI Jakarta untuk perluasan Museum Wayang. Sebelumnya gedung di Jl Pintu Besar Utara nomor 29 itu pernah dijadikan Kantor Administrasi dan Iklan Harian Umum Berita Buana dari 1994-1997. Dalam acara hibah pada 16 September 2003, almarhum H Ali Sadikin selaku Penasehat Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso waktu itu juga hadir di samping Bang Yos sendiri. Dalam acara tersebut sempat terlontar wacana, untuk menghormati jasa H Probosutedjo, salah satu ruangan di Museum Wayang setelah perluasan tersebut akan diberi nama Ruang Probosutedjo. Setelah melalui renovasi beberapa kali sekarang Museum Wayang di Jl Pintu Besar Utara nomor 27 dan 29 dengan dua gedung kembar itu tampak megah dan antik. Sekarang pun tata letak dan tata ruang pamer Museum Wayang sudah lebih leluasa lagi diatur dan diubah ubah secara periodic untuk mengilangkan kejenuhan. “Namun hingga kini wacana Ruang Probosutedjo itu belum sempat terpikirkan kembali, apalagi terwujud. Semoga hal ini mendapatkan perhatian selanjutnya,” ujar Abu Galih WS, seorang wartawan senior pengamat dan pecinta museum yang tinggal di Jakarta. (aliem) Tulisan wisata lainnya, klik di www.aliemhalvaima.blogspot.com