Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengharukan, Iklan Idul Fitri Pertamina

5 Juli 2016   07:02 Diperbarui: 5 Juli 2016   07:13 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Youtube/NAP's Channel

Melihat tayangan iklan Idul Fitri selalu menyisakan rasa haru tersendiri. Melalui pariwara yang tayang satu tahun sekali tersebut, ada banyak pesan yang tersirat maupun tersurat. Terkadang, saking mewakili kondisi yang sebenarnya, pesan dari iklan tersebut sedikit “mencubit” hati.

Tahun ini, iklan Idul Fitri yang menurut saya paling mengharu biru adalah iklan “Oleh-oleh” Pertamina. Ada banyak pesan – langsung maupun tidak langsung – yang ingin disampaikan pariwara tersebut terkait mudik lebaran, mulai dari para tetangga sekitar yang kepo, hingga ketulusan seorang ibu.

Saking menariknya, saya sampai berusaha melihat iklan tersebut berkali-kali, mulai dari menonton melalui salah satu stasiun televisi swasta nasional hingga melihat melalui tayangan Youtube yang memiliki durasi lebih panjang – sehingga cerita dari iklan tersebut terlihat lebih utuh.

Meski bukan ahli “tafsir iklan”, melalui pariwara tersebut saya semakin paham bahwa:

  • Setiap Idul Fitri, setiap muslim yang merantau – terutama yang masih memiliki orangtua, pasti ingin mudik dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar. Mereka akan melakukan usaha apapun (tentu dengan cara yang halal) agar dapat pulang kampung saat lebaran.
  • Kita terkadang tidak enak hati saat tidak membawa oleh-oleh apapun untuk diberikan kepada orangtua saat pulang kampung, padahal bagi orangtua – hal terbaik yang bisa diberikan oleh seorang anak yang merantau adalah mudik dan bertemu mereka secara langsung. Sehingga, jangan sampai niat pulang kampung surut hanya karena tidak bisa membawa buah tangan apapun. Bagi orangtua, melihat kita yang bisa pulang dengan kondisi sehat wal’afiat saja sudah sangat menyenangkan hati.
  • Meski orangtua tidak pernah menuntut untuk dibawakan oleh-oleh apapun, terkadang ada rasa senang saat sang buah hati membawakan buah tangan. Bukan, bukan karena orangtua ingin menikmati sesuatu dari sang anak, namun lebih kepada rasa damai. Bila sang anak sudah sanggup berbagi rezeki dengan orangtua, berarti ia sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari yang paling mendasar.
  • Meski tidak berniat untuk pamer, terkadang orangtua merasa bangga saat membagikan oleh-oleh yang dibawa sang anak kepada kerabat atau tetangga. Oleh karena itu, bila memang memiliki rezeki berlebih, ada baiknya membawa buah tangan khas dari kota tempat kita tinggal saat kita pulang kampung.
  • Iklan Pertamina ini juga mengingatkan saya untuk tidak kepo atau bergunjing terkait urusan orang lain. Orang itu membawa apa, atau tidak membawa apa, bukan urusan kita. Kita tidak dirugikan apapun, dan juga tidak diuntungkan apapun. Kita tidak pernah tahu kondisi yang sebenarnya dari “dapur” orang lain.

    Namun mungkin sedikit berbeda ya, pada iklan tersebut settingnya di Kampar, Riau, tetangga tersebut bukan kepo, namun lebih kepada tradisi. Mereka menyambut pemudik dengan seremonial tertentu.

  • Setiap orangtua pasti sangat sayang pada anaknya. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan “muka” sang anak, seorang ibu akan melakukan apapun. Pada iklan tersebut, diceritakan bahwa sang ibu mengisi kardus-kardus kosong yang dibawa sang anak dengan aneka kue kering. Sehingga, para tetangga dan kerabat tetap beranggapan sang anak membawa oleh-oleh yang lumayan banyak. Coba kalau si ibu tetap membiarkan kardus-kardus tersebut kosong, mungkin akan ramai sekampung bahwa sang anak hanya membawa kardus kosong. Iklan tersebut juga memberi pelajaran bahwa, aib anak merupakan aib orangtua, sebaliknya prestasi anak juga merupakan prestasi orangtua.

Ah, saya jadi ingat nenek saya yang berkali-kali selalu bilang pada anak dan cucunya agar pulang kampunglah, meski tidak memiliki oleh-oleh apapun untuk dibawa. Terkadang beliau malah bela-belain menyisipkan beberapa lembar uang untuk pengganti ongkos saat kami menengoknya di kampung halaman. Ah Selamat Idul Fitri 1437 Hijriah. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Salam Kompasiana! (*)


Videonya bisa dilihat disini:

Iklan versi TV

Iklan dengan cerita utuh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun