Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Aksi Mahasiswa (Akan) Semakin Meluas

24 September 2019   01:49 Diperbarui: 24 September 2019   05:31 3875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan Mahasiswa melakukan aksi demo di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019). Mereka menolak pengesahan RKUHP.(KOMPAS.com/M ZAENUDDIN)

Sejarah berulang. Begitulah situasi yang terjadi beberapa hari ini. Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Jakarta, Bandung, Yogya, Makassar, Medan melakukan demonstrasi ke DPR dan DPRD masing-masing kota, dengan tuntutan "Mosi tidak percaya kepada DPR dan derivasinya DPRD di daerah".

Mungkin banyak yang tahu, bahwa para anggota DPR dan DPRD yang mereka protes, dulunya adalah pahlawan reformasi yang menduduki Gedung DPR, untuk menurunkan Soeharto tahun 1998 akibat rezim Orde Baru sudah sangat KKN, dan ekonomi semakin memburuk.

Untuk sejarah berulang, rupanya tidak perlu sampai 30 tahun. Sejak reformasi berlangsung 17 tahun, roda berputar, manusia berubah.

Mereka yang dulu pahlawan reformasi, kemudian memasuki kekuasaan di eksekutif, legislatif, termasuk para militer yang dulu turut menentang dwifungsi ABRI dan ikut gerakan reformasi, menjadi sekelompok manusia yang "tegar" untuk mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan demokrasi dan reformasi.

Kuburan Habibie belum kering. Tetapi sebagai bapak demokrasi yang memancangkan pilar-pilar demokrasi, begitu saja dilupakan oleh mereka yang menepuk dadanya sebagai reformis sejati. Indonesia saat ini dalam situasi anomali, serba antagonis, dan tidak jelas arah kehidupan sebagai bangsa.

Pemerintah dan DPR yang merasa yakin rakyat sedang bengong, mahasiswa sedang sibuk main gadget, para dosen sibuk mengurus persyaratan yang rumit untuk dapat remunerasi sertifikasi dosen, yang harus dilengkapi setiap semester, merupakan strategi menteri Nasir, untuk tidak turut mengajak mahasiswa berdemonstrasi.

Strategi Pemerintah dan DPR mulai menunjukkan hasilnya, dengan lolosnya Capim Pimpinan KPK yang "bermasalah" menjadi Pimpinan KPK. Demikian juga revisi UU KPK mulus disetujui dalam sidang Paripurna DPR.

Masyarakat dan mahasiswa tersentak. Mereka kembali kepada nalurinya sebagai mahasiswa yang berpikir kritis, responsif, demokratis, dan "memberontak" atas kemapanan dan rezim yang mulai menunjukkan arah langkah ke otoriter, atau bahkan Koran Tempo menyebutkan hendak kembali ke Orde Baru.

Di sisi lain, DPR semakin bernafsu menyelesaikan RUU yang dinilai sangat krusial dan potensi untuk hidup suburnya korupsi. Antara lain RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, dan RUU Minerba. Siang malam DPR bersidang dengan sisa waktu yang sangat sempit sebelum periode mereka berakhir, akhir September ini.

Sidang-sidang di DPR, saling berpacu dan kejar-kejaran dengan demonstrasi mahasiswa di DPR sampai malam hari, dan berlanjut esok harinya seolah tidak kenal lelah. 

Bedanya mahasiswa berpanas-panasan dan berhadapan dengan polisi, sedangkan para anggota DPR di ruang rapat yang ber-AC, dengan panganan lezat. Kontras dengan mahasiswa yang hanya mendapatkan nasi bungkus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun