Tadi malam saya tidur dengan pakaian yang melekat di badan. Acem !!! Itu kata istriku mengomentari baju yang kupakai. Sayapun hanya bisa tersenyum, wong istri dalam hatiku hehehe. Hari Rabu tanggal 14 Mei 2014, hari kedua kami di Brunei Darussalam. Pagi-pagi sekali kami sudah mendengar suara orang banyak di seberang jalan. Rupanya pasar tradisional Tamu Kianggeh sudah menggeliat dengan aktifitas jualannya. Beberapa mobil parkir di pinggir jalan. Ada yang berjualan makanan dengan mobil terbuka dan ada pula yang sekedar memarkirkan mobilnya untuk pergi belanja ke pasar yang berada persis di seberang sungai. Taksi-taksi air atau perahu taksi mondar-mandir menepi dan menurunkan penumpangnya yang kebanyakan adalah kaum wanita. Menarik untuk diamati dari jendela kamar hotel kami.
Rencana kami pada hari kedua adalah pergi kembali kembali ke Brunei International Airport (BIA) untuk menanyakan keberadaan koper saya yang lenyap kemarin. Dengan menelpon Pak Azman sang supir taksi, kami minta dijemput di hotel pada pukul 10 pagi. Rupanya Pak Azman datang tepat waktu ke hotel kami dan kebetulan kami sudah siap menunggu di lobi setelah makan pagi.
" Kita ke BIA lagi kah ? Belum ada kabar koper bapak ? " tanya Pak Azman dengan seriusnya.
" Belum Pak Ci. Dari kemarin sore hingga malam hari kami menunggu berita dari Air Asia tentang kepastian koper kami " jawab istri saya.
" Kasian kalian. Kalau begitu kalian harus tanya dengan jelas nanti sewaktu di kantor Air Asia ya "
" Ya. Pak Ci. "
Pak Azman melajukan mobilnya ke BIA dengan penuh semangat. Tampak wajah simpati dari Pak Azman yang membuat kami yakin untuk menggunakan taksinya. Sesampainya di BIA, kami langsung menuju ke Kantor Air Asia yang berada di dalam BIA yang sedang direnovasi. Suasana sepi terlihat di dalam BIA pada pagi itu. Akhirnya kami menemukan Kantor Asia. Kami tidak boleh masuk ke dalam kantor. Kami hanya dilayani oleh seorang di luar dan bicara seperti di loket pembelian karcis bioskop. Tak ada jawaban memuaskan yang kami dapat dari Customer Service Air Asia Brunei. Malah ketika kami tanyakan tentang klaim koper yang hilang, wanita tersebut mengatakan bahwa klaim tidak dapat dilakukan karena koper kami tidak diasuransikan. Ya memang tidak diasuransikan tetapi hilangnya koper bukanlah kesalah kami. Tetapi wanita tersebut tetap tidak bergeming dengan pendapatnya. Yang lucunya ketika kami meminta wanita tersebut untuk menelpon Air Asia Kuala Lumpur, dijawabnya kalau Air Asia tidak dapat menelpon langsung dan hanya bisa menanyakan via email. Waduh, beginikah pelayanan Air Asia. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu kabar koper kami dan meminta Air Asia agar segera menelpon kami ke hotel apabila sudah mendapatkan informasi dari Air Asia Kuala Lumpur.
Semangat !!! Istri menghibur saya. Segeralah kami keluar BIA dan bertemu Pak Azman untuk mengantarkan kami ke Pusat Perbelanjaan atau Mall yang ada di Bandar Seri Begawan. Pak Azman menyarankan kami untuk pergi ke Grand Mall (Shopping Complex), salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Brunei. Jarak antara BIA ke Grand Mall ternyata hanya membutuhkan waktu 15 menit. Pak Azman menyarankan kami sebaiknya menggunakan bus atau taksi air sewaktu ingin kembali ke hotel dari Mall karena kalau naik taksi terlalu mahal ongkosnya. Lagi pula susah mencari taksi di Brunei Darussalam. Dari Grand Mall ke Hotel disarankan menggunakan bus 23 atau 57 sambil menunjukkan halte bus berada. Tarifnya hanya 1 Brunei Dollar per orang saja. Atau menggunakan taksi air dengan tarif 5 Brunei Dollar per orang tetapi tergantung kondisi sungainya. Kalau sungai surut maka taksi air tidak beroperasi.
Selama 1 jam kami mengelilingi Grand Mall, ternyata baju atau kaos atau celana pendek untuk ukuran saya tidak didapatkan. Mulai dari lantai dasar sampai lantai 6, toko-toko pakaian yang kami datangi tetap saja tidak ditemukan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di Food Court Grand Mall tersebut.
Setelah makan siang, kami memutuskan untuk mengelilingi pertokoan yang berada di sekitar Grand Mall. Akhirnya kami menemukan juga kaos dan celana pendek ukuran besar atau ukuran US (kata penjual Suvernir khas Brunei Darussalam). Tanpa pikir lagi, kami membeli 2 buah kaos dan 3 celana pendek. Lumayanlah untuk pakaian pengganti selama perjalanan nanti.