Meski strategi asset alokasi dianggap paling mempengaruhi kinerja portofolio, investor tidak mesti menyampingkan faktor stock picking and market timing. Kali ini kita bahas market timing. Ada investor dan fund manager yang menggunakan beragam analisis teknis, seperti relative strength index (RSI), fibonaccy, dMarkCombo, dan money flow analysis. Analisis ini umumnya tidak terlalu melandasi dengan faktor fundamental. Market timing yang lebih terkait fundamental adalah menduga earning momentum. Seperti diketahui perusahaan publik mengumumkan kinerja triwulan sebelumnya biasanya sebulan setelah triwulan sebelumnya berlalu. Untuk full year, tahun sebelumnya umumnya mesti keluar pada akhir Maret tahun berjalan. Nah, aktivitas ini yang melandasi mengapa indeks saham, termasuk IHSG, memiliki pola musiman. Memang selain pengumuman earning ini, ada faktor lain yang mempengaruhi pola musiman, seperti January's effect, window dressing diakhir tahun, dan liburan musim panas di triwulan ketiga (khususnya Agustus). Dibawah ini disajikan hasil komputasi 'menemukan' pola musiman IHSG dengan menggunakan data yang cukup panjang, mulai Januari 2000 hingga Januari 2012 (ada 145 bulan). Untuk setiap bulan, dihitung rata-rata laju perubahan (bisa positif, bisa negatif) . Kami juga sertakan nilai ekstrim minimum dan maksimum lengkap dengan kapan salah satu keduanya terjadi. Khusus untuk nilai ekstrim minum (baca: terjelek), disajikan juga posisi rupiah saat ini. Supaya memudahkan pencermatan kami sertakan grafik. Pokoknya lengkap dong, emang Bahana kasih you barang bagus punya lah:) Terlihat IHSG, rata-rata pada bulan April cenderung tinggi. Pencermatan kami, hal ini menandakan pengaruh earning momentum yang positif ketika emiten ternyata melaporkan kinerja tahunan sebelumnya yang lebih baik dari dugaan konsensus. Begitulah pasar sebagai mekanisme discounter. Kalau kenyataan lebih baik dari harapan, IHSG naik. Kalau lebih rendah, langsung anjlok. Kalau sama, ndak naik malah cenderung turun. Kita juga cermati pada akhir tahun, perhitungan menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi. Mungkin tidak cuma karena windows dressing, bisa juga dipicu oleh ekspektasi sektor yang terpacu oleh pengeluaran pemerintah yang biasa lebih gegas sejak semester kedua. Selanjutnya terlihat bulan Agustus nampaknya lebih sering diwarnai dengan penurunan. Cermati tabel. Kenaikan bulan tertinggi pernah terjadi pada Agustus 2006 (+6%), penurunan tertajam (-11%) tahun 2005. Pada bulan ini memang volume perdagangan cenderung menipis. Mungkin kita perlu tinggal di Amrik untuk menghayati bagaimana suasana musim panas yang membuat fund manager lebih suka liburan ketimbang trading:) Sekarang silakan cermati, kapan IHSG mengalami penurunan terparah? Apa hal itu dilandasi faktor fundamental? Atau ada faktor lain? Sekira kita memahami situasi objektif, apa yang meski dilakukan? (Weleh, pertanyaan-pertanyaan itu, kayak ujian aja..., maklum saya pernah jadi dosen, dan pengen jadi dosen lagi...) Lalu apa penerapan dari pola musiman ini? Ingat disclamer mode on. Kalau menyakini kinerja perusahaan akan lebih baik dari dugaan (lebih tepatnya kalau kita menduga para investor besar akan menduga bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik dari dugaan), ya cukup beralasan untuk pasang posisi beli terlebih dahulu. Mengapa saya menggunakan "(lebih tepatnya kalau kita...")? Sewaktu menulisnya, saya teringat pendapat Keynes, ekonom kondang Inggris sekaligus juga investor yang berhasil. Dia pernah bilang bahwa bursa saham itu seperti pertandingan ratu kecantikan. Supaya menang dapat cuan, kita tidak memilih kontestan yang kita anggap paling cantik. Tetapi menduga pendapat banyak orang siapa yang paling cantik. Dalam jangka pendek, market itu seperti voting machine. Ya tergantung voting suara terbanyak (ya mirip kontes Indonesia Idols dan politik...) Penerapan konsep ini terlihat ketika merenungkan yield obligasi negara kita untuk tenor 10 tahun terus turun mendekati 5%. Bagi kita yang mempertimbangkan inflasi, yield itu kurang menarik. Bayangkan selama 10 tahun kita cuma mendapat 5% per tahun. Namun bagi investor asing yang suku bunga disono kueeeciilll buanggetss, 5% Indonesia cantik seperti bidadari (ada yang bilang, daya tarik "bidadari bidadari" ada di "dada", sebab kalau "dada" dibuang tinggal "biri-biri":)) Okeh, selamat berinvestasi....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI