Ribut-ribut soal Pilkada sampai banjir, sampai banyak yang tidak sadar bahwa Februari 2017 ada dua perusahaan besar Indonesia yang merayakan ulang tahunnya ke-60. Kedua perusahaan itu adalah Astra International dan BCA. Perusahaan-perusahaan yang dibangun sekitar satu dasawarsa setelah Indonesia merdeka, yaitu pada 1957.
Namun keduanya baru mencapai kejayaan pada masa Orde Baru. Banyak yang mengomentari bahwa Astra dan BCA besar karena dibantu penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto, yang memerintah Republik Indonesia selama 32 tahun. Tak heran pada masa lalu, banyak yang memprediksi bahwa kedua perusahaan itu akan gulung tikar setelah pemerintahan Soeharto selesai.
Memang setelah Soeharto tak lagi jadi Presiden RI, cukup banyak perusahaan besar yang terkenal di masa Orde Baru gulung tikar. Tapi itu bukan semata-mata karena adanya Reformasi 1998 yang menuntut turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan. Faktor ekonomi makro juga mempengaruhi. Krisis ekonomi yang dengan cepat berubah menjadi krisis multi dimensi pada kurun 1997-1998 dan dua tiga tahun setelahnya, menyebabkan limbungnya perekonomian banyak negara, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Di Indonesia, krisis diperburuk karena situasi politik dan keamanan juga terganggu. Untung sejak 2000-an, sedikit demi sedikit perekonomian Indonesia mulai bangkit. Namun korbannya sudah banyak. Perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor industri, barang, dan jasa, bertumbangan. Tapi di antara mereka, Astra International dan BCA bisa bertahan.
Bukan hanya bertahan. Kedua perusahaan tersebut terus berkembang dan kini memasuki usianya ke-60. Kalau usia pernikahan, 25 tahun diibaratkan dengan perak, lalu 50 tahun dibilang emas, maka 60 tahun adalah berlian, permata yang paling anggun. Tak heran ada yang menyebutkan juga sebagai diamond jubilee, peringatan ulang tahun berlian. Suatu pencapaian yang cukup luar biasa.
Astra International
Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Astra International Incorporated, pada 20 Februari 1957, yaitu tanggal pengesahan perusahaan tersebut di Jakarta oleh Notaris Sie Khawn Djioe. Pendirinya adalah William Soerjadjaja yang bernama asli Tjia Kian Liong dan adiknya Tjia Kian Tie. Informasi lain juga menyebutkan bahwa kedua kakak beradik itu mengajak juga seorang temannya, Lim Peng Hong, untuk ikut bergabung.
Mereka mendirikan PT Astra Internasional Inc., yang bermula dari pemasaran minuman ringan dan ekspor hasil bumi. Selanjutnya, perusahaan itu bertambah besar dari bidang usahanya meluas. Astra semakin dikenal sebagai “rajanya” perusahaan otomotif Indonesia. Namun bukan hanya itu. Peralatan berat, peralatan kantor, perkayuan, dan bidang lainnya juga digarap Astra yang tumbuh menjadi “pohon rindang”, ungkapan yang dikatakan William Soeryadjaya sendiri.
Perusahaan itu kemudian mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk pada 1990, dan sekaligus telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990. Kini memasuki usianya yang ke-60, Astra International mengusung slogan “SATU Indonesia”. Ini adalah singkatan dari “Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia”. Suatu langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Dimulai dengan tiga anak muda pengusaha keturunan Tionghoa, Astra International telah berkembang menjadi perusahaan yang ditangani oleh beragam suku, agama, ras, dan antargolongan. Bila akhir-akhir ini di sebagian wilayah Indonesia marak terjadi kasus intoleransi terkait SARA, di Astra International justru membuktikan keberagaman dengan semangat terpadu, menjadi kekuatan.