Seperti halnya di bidang menyanyi, akting, dan lainnya, dunia tulis-menulis juga dikelilingi orang-orang tak bertanggung jawab yang mengambil keuntungan dari impian seseorang menjadi penulis buku. Tak jarang, korbannya bisa rugi materi, psikis, dan harga diri. Bahkan saya sempat pula mendengar seorang calon penulis permpuan yang sampai dilecehkan secara seksual.
Berikut saya sampaikan beberapa modus penipuan yang menyasar calon penulis, yang sering sampai ke telinga saya:
1.Tiba-tiba seseorang mengaku editor sebuah penerbitan dan menawarkan jasa menerbitkan naskah calon penulis. Orang itu meminta imbalan kepada calon penulis agar naskahnya pasti lolos terbit. Catatan untuk modus seperti ini adalah mengecek dulu keberadaan penerbitnya. Jika tidak ada di Google, Facebook, Yellow Pages, bahkan di antahberantah sekalipun, maka tolaklah permintaannya. Jika penerbitnya ada, minta konfirmasi keberadaan nama editor itu. Perlu diketahui, seorang editor sudah digaji oleh penerbitnya, sehingga ganjil jika ada editor yang sampai minta uang jasa kepada calon penulis. Justru penulislah yang kelak akan mendapat bayaran dari penerbit.
2.Seseorang dari penerbit buku meminta naskah kepada calon penulis. Walaupun penerbitnya tidak terkenal, tapi kantornya ada, Facebook ada, bahkan punya website sendiri. Tidak meminta imbalan sedikit pun. Tapi tiba-tiba kantor, facebook dan website-nya hilang setelah calon penulis  mengirim naskah.  Catatan untuk kejadian seperti ini adalah sebelum mengirimkan naskah cobalah bertanya kepada para penulis lain untuk merekomendasikan. Beberapa kejadian, ada oknum yang bikin penerbitan untuk menerbitkan sejumlah judul buku, kemudian kabur. Dia tidak membayarkan royalti kepada penulis, sementara bukunya tetap terbit dan beredar luas. Penulis tidak bisa apa-apa karena tidak ada kantornya. Biasanya nanti pelaku akan mendirikan penerbit abal-abal lagi dan mencari korban.
3. Seseorang mengaku kenal dengan penulis terkenal, lalu menjanjikan calon penulis dibimbing menulis oleh penulis tersebut, bahkan duet bareng. Dia menunjukkan foto bareng penulis di Facebooknya. Sebagai jasa kelancaran, dia meminta sejumlah uang. Setelah uang didapatkan, Facebooknya ditutup. Catatan untuk menghadapi kasus seperti ini adalah, selalu cek dan ricek, misalnya kepada penulis yang dia sebutkan atau kepada penerbit si penulis jika penulisnya susah dikontak.
4.Seseorang mengaku-ngaku agen naskah. Dia hanya minta persentase royalti atau uang muka royalti bila naskah diterbitkan. Namun, saat buku terbit nama yang tercantum adalah nama orang lain, bukan nama si penulis naskah yang masih calon penulis. Alasannya, namanya tidak menjual. Si penulis tetap mendapat haknya, tapi secara harga diri tertindas. Catatan bila berhadapan dengan agen naskah adalah membuat perjanjian yang detil mengenai hak dan kewajiban penulis.
5.Seseorang dari penerbit meminta naskah kepada calon penulis. Setelah buku terbit dan terjual, penulis hanya mendapat sedikt royalti. Padahal penulis tahu bukunya sangat laris. Penerbit tersebut malah menyebutkan persentase royalti yang kecil. Sang penulis tidak pernah mendapatkan surat perjanjian penerbitan serta mendiskusikan royalti. Penulis baru umumnya sangat mudah manut-manut karena keinginannya menerbitkan buku lebih diutamakan.
Itulah sebagian modus penipuan yang bisa saya sampaikan. Saran saya kepada calon penulis buku, banyaklah bertanya kepada teman-teman penulis, tambah wawasan dunia penerbitan buku, agar tidak menelan kekecewaan dan akhirnya patah arang untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H