Sebuah tautan berita yang dirilis oleh Kompas.com mampir ke laman jejaring sosial saya sore itu. Seorang rekan Kompasianer, Dhave Danang yang juga seorang biologist lah yang memberikan tautan berisi berita yang cukup memprihatinkan dan bikin was was ini. Ditemukannya spesies yang terkenal dengan nama Ikan Alligator Gar  ( Atractosteus Spatula) atau Ikan Kepala Buaya di perairan Waduk Jatiluhur , Jawa Barat memang mengejutkan. Ikan native Amerika yang merupakan jenis predator invasif ini tidak semestinya berada disana. Selain Alligator Gar sendiri, ditemukan juga beberapa spesies ikan invasif lain, dan yang tak kalah mengejutkannya adalah dugaan adanya ikan predator ganas piranha yang merupakan ikan asli dari Amazon.
Alligator Gar- delightnature.com
Bagaimana jenis ikan  ikan predator  yang bukan asli Indonesia itu bisa berada disana?  Kepala Badan Penelitian ( Balitbang) Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia menyebutkan bahwa ada dugaan disalah gunakannya ijin penggunaan keramba yang pada umumnya diberikan untuk budidaya ikan seperti mujair, nila dan ikan mas yang bertujuan untuk konsumsi.  Alligator gar yang merupakan ikan eksotik dikalangan para hobbyist ikan hias tersebut justru yang dikembangkan  di keramba yang ada disana. Sudah bisa ditebak hasil selanjutnya. Banyak dari ikan tersebut yang menembus keramba keramba tersebut dan pada akhirnya berkembang biak di Waduk Jatiluhur sendiri. Alligator gar merupakan ikan predator. Pada usia 1 sampai 2 tahun pertama, tubuhnya akan mampu membesar sampai dengan berat kurang lebih 10 kilogram, dengan panjang sampai dengan 1 1/2 meter. Mereka mampu memakan apa saja. Dari mulai ikan ikan kecil, bahkan di beberapa kasus yang ditemukan mereka pun sanggup memakan burung yang justru sedang mencari ikan di danau atau sungai di Amerika sendiri.  Catatan membuktikan bahwa mereka bahkan sanggup tumbuh dan membesar sampai dengan ukuran 200 kilogram,  walaupun rekord memancing hanya menyebut ukuran sebesar kurang lebih 2,5 meter dengan berat 140 kilogram.  Yang lebih memprihatinkan lagi, ikan ini sanggup hidup sampai dengan usia antara 50 sampai dengan 70 tahun. Jelas terlihat ancamannya bagi keseluruhan ekosistem yang ada sekarang ini pada ikan ikan 'asli' Indonesia yang berada di Waduk Jatiluhur sendiri. Belum lagi, apakah jaminan bahwa mereka tidak akan bermigrasi menembus sungai atau seperti berita yang sempat heboh beberapa waktu lalu bahwa terlihat ikan ini berenang ditengah banjir besar di Jakarta beberapa waktu yang silam? Bagi yang berdomisili di Jakarta mungkin sudah pernah mendengar cerita ini juga. Dimana Danau Sunter pun sudah terpopulasi dengan 'pencemaran' ikan louhan.  Ikan 'jenong' yang dulunya merupakan ikan hias kebanggaan ini memang juga bukan asli ikan Indonesia.  Kabarnya, seorang peternak ikan hias yang frustasi akan anjloknya harga ikan yang sempat populer ini kemudian membuang beratus ratus ikan tersebut ke Danau Sunter , yang pada akhirnya pun berkembang biak disana. Walaupun Louhan bukanlah ikan predator yang sanggup menyerang ikan ikan asli Indonesia, namun populasi yang massive pun secara langsung akan mengganggu habitat disana. Dan jelas, akan ada perubahan pola ekosistem dan rantai makanan sendiri. Amerika Serikat sendiri pun mempunyai masalah yang tak kalah rumitnya. Apabila kita menemukan Alligator Gar yang merupakan asli spesies disana di perairan kita, mereka pun menghabiskan jutaan dolar Amerika untuk menanggulangi penyebaran Ikan Chinese Carp atau lebih kita kenal dengan turunan dari Ikan Mas di Indonesia sendiri.  Penyebaran yang sangat mengganggu ekosistem lokal dan juga membahayakan karena banyaknya ikan ini yang melompat keluar air dan tak jarang mengenai orang saat sebuah kapal melewati perairan di Amerika ini disikapi dengan sangat serius disana.
Pemerintah Amerika Serikat sudah mengeluarkan dana jutaan dolar untuk menanggulangi penyebaran ikan yang bukan asli Amerika tadi. Tetapi kasus demi kasus terus bermunculan yang mengatakan bahwa ikan ini bahkan sudah bermigrasi sampai dengan sejauh Kanada. Belum selesai dengan masalah Asian Carp ini, Amerika pun harus menanggulangi masalah yang lagi lagi berkaitan dengan invasi spesies ikan asing lainnya. Â Ikan yang di Indonesia atau sekitar lazim disebut dengan Ikan Toman atau Snakehead pun saat ini menjadi predator ganas yang ikut mengganggu ekosistem disana. Snakehead adalah predator ganas yang sifatnya teritorial. Â Dia akan menyerang apapun yang terdengar bergerak memasuki wilayahnya. Â Dengan sederetan giginya yang tajam dan kepala yang berbentuk seperti ular ( disini julukan Snakehead diberikan), di beberapa kasus snakehead bahkan sanggup menyerang manusia dan juga memakan bebek yang kebetulan berada di area yang merupakan habitatnya.
Dengan sederetan giginya yang tajam, sangat agresif dan ukuran yang mampu mencapai satu meter, tentu hal ini disikapi dengan sangat serius di Amerika sendiri. Snakehead pun mampu bergerak untuk keluar dari dalam air dan 'berjalan' di atas permukaan di darat untuk beberapa saat saat akan bermigrasi atau mengejar buruannya. National Geographic bahkan menjuluki ikan ini dengan nama "Fishzilla" untuk menggambarkan predator ganas ini  yang akan dengan mudah menjadi rantai teratas di sebuah ekosistem saat berada di dalam perairan tersebut.
Sama pertanyaannya dengan Alligator Gar yang ditemukan di Indonesia, bagaimana ikan ikan tersebut berada disana?
Ternyata, kebiasaan konsumsi orang Asia yang berada di Amerika lah yang menyebabkan hal ini. Ikan ikan seperti Carp dan Snakehead sendiri memang cukup populer sebagai konsumsi orang Asia. Mulai dari hidangan istimewa panjang umur Ikan Mas ataupun khasiat dari Ikan Toman pun menjadi penyebab awal invasi ikan spesies Asia ini di ekologi Amerika. Beberapa dari para pengimpor ikan ini ( yang dilakukan secara gelap) awalnya berusaha mengembangbiakkan mereka di perairan lokal.
Dengan cara tidak terkontrol, akhirnya mereka menjadi sebuah gangguan nyata.
Dari Asia, ke benua Amerika dan kini kita akan menuju Eropa.